Rabu, 13 November 2019

Pesugihan 3

Matanya tak berkedip, dengan penuh harapan. Sang gendruwo semakin mendekat pada dua makhluk berbeda alam yang sedang asik bersetubuh. Ranggawelang dan Leni semakin bergairah. Mereka puas jika ada yang ikut menikmatinya persetubuhan mereka. Ranggawelang menghajarkan penis besarnya ke dalam vagina Leni bertubi-tubi dari belakang. Siluman kera itu merasakan denyut kehangatan vagina sempit milik wanitanya. Leni pun mengejang, dan dia mengigit bibirnya, sambil menatap sang tamu dengan mata sayu menahan nikmat.

Tubuh Mareksa mengigil menahan hasrat birahi yang meluap-luap. Sang gendruwo merasakan penisnya semakin menggelembung walau sudah memuncratkan pejuhnya. Air liurnya menetes-netes. Entah apa yang dibayangkannya sampai begitu terpesona oleh kemolekan dan keseksian wanita manusia yang sedang digagahi oleh siluman kera itu. Dengan hanya berjarak sekitar tiga langkah, Mareksa terus menyaksikan persetubuhan mereka.

“Eem ... aahh ... aahh ... kaaanngg ... ssshhh...” Leni mendesis keenakan sambil matanya terus memandangi kejantanan Mareksa yang gagah perkasa, mencuat dan mengacung keluar dari kain penutup selangkangannya, mengangguk-angguk kepalanya naik turun. Diam-diam Leni sangat mengagumi ‘milik’ sang gendruwo tersebut.

Adegan persetubuhan itu demikian gamblang di hadapan Mareksa dan sang gendruwo tampak begitu menikmatinya. Desahan dan erangan menjadi irama merdu di telinga Mareksa dengan keringat yang membasahi tubuh Leni menjadi pemandangan paling erotis yang pernah dilihatnya. Sementara Leni semakin menikmati persetubuhan itu. Wajah dan tatapan nakalnya terus menggoda Mareksa.

Ranggawelang mempercepat tempo gerakannya saat dirasakannya Leni sudah mulai mendekati orgasmenya lagi. Keduanya sama-sama menikmati yang disebut dengan surga dunia walaupun mereka lakukan di ‘dunia lain’. Peluh bercucuran membasahi tubuh keduanya bercampur menjadi satu saat mereka merasakan akan mendekati puncak kenikmatan.

“Aaaaaccchhhh .....!!!” Leni meracau tak jelas dengan salah satu tangannya meremas kuat payudaranya sendiri saat ia merasakan sesuatu seolah akan meledak di dalam dirinya. Diikuti lenguhan panjang dari bibir Ranggawelang ketika keduanya mencapai puncak kenikmatan bersama.

“Aaacccchhhh ... !!” Ranggawelang menghentakan tubuhnya berkali-kali semakin dalam bersamaan dengan cairan cintanya yang menyembur keluar menyirami rahim wanitanya.

Beberapa detik berselang, Ranggawelang mencabut penisnya dari dalam tubuh Leni. Segera saja tubuh Leni ia rengkuh dalam gendongan kemudian melesat ke atas pepohonan meninggalkan Mareksa yang tersiksa oleh hawa birahinya sendiri. Namun Leni masih sempat menatap sayu sang gendruwo sambil melilitkan lidah ke bibirnya sebagai godaan terhebat untuk Mareksa.
Mareksa benar-benar sulit mengendalikan hawa birahinya. Dengan hati dan lutut yang bergetar sang gendruwo bergerak ke kediaman Zalanbur. Mareksa sangat terobsesi kepada wanita manusia itu dan sangat ingin memilikinya. Begitu bertemu Zalanbur, ia pun mengadukan apa yang dilihatnya.

“Tuan Zalanbur, aku lihat anda memiliki piaraan seorang wanita manusia cantik di pekaranganmu… Siapakah dia?” Tanya Mareksa.

“Ooh… Ya… Itu adalah tumbal pesugihanku yang tak dapat memenuhi janjinya… Ia adalah istri dari si pelaku…” Jelas Zalanbur. Mareksa manggut-manggut mendengarnya.

“Tapi mengapa ia kauberikan begitu saja pada ajudanmu? Tidakkah kau juga menyukai manusia wanita? Apalagi wanita itu sangatlah cantik…” Tanya Mareksa terheran-heran. Dan Zalanbur hanya tersenyum.

“Tentu saja aku masih suka wanita dari bangsa manusia… Mataku pun tak buta, Mareksa…” Sahut Zalanbur dengan wajah berserinya. “Aku tahu wanita itu sangat cantik… Tapi saat ini aku sedang menjalani laku wesi geni untuk meningkatkan kesaktianku… selama 12 bulan purnama… Selama itu pulalah aku harus menahan nafsu birahiku….” Lanjut Zalanbur menjelaskan perihal tapa geninya pada Mareksa. Kembali gendruwo itu manggut-manggut mendengar penjelasan Zalanbur. “Buatku tak masalah… Tak sulit bagiku untuk mendapatkan wanita dari bangsa manusia untuk di lain waktu…” Jelas Zalanbur lebih lanjut.

“Kalau begitu, berikan saja wanita itu padaku, Tuan Zalanbur…” Pinta Mareksa spontan. “Sayang sekali kalau manusia secantik itu hanya untuk melayani nafsu seekor kera… Kau kan tahu kalau aku pun sangat doyan wanita… Aku sudah langsung jatuh cinta padanya begitu melihat kecantikannya dan juga bentuk tubuhnya yang begitu aduhai panas merangsang mata… Sepertinya wanita itu benar-benar diciptakan khusus untukku…” Pinta Mareksa bersemangat. Zalanbur tampak termenung memikirkan permintaan itu. Sementara gendruwo itu tak bisa menyembunyikan keinginannya yang kuat dari wajahnya.

“Ranggawelang adalah pengikutku yang sangat setia… Walaupun hanya seekor kera, ia telah banyak berjasa bagiku… Mengambil wanita itu dari sisinya tentu akan berat baginya…. Kesedihannya adalah kesedihanku juga… Tapi, kira-kira apa yang bisa kau tawarkan padaku untuk menggantinya?” Ucap Zalanbur.

“Aku akan membawa semua kaumku untuk mengabdi padamu, Tuan Zalanbur… Apa pun akan kulakukan untuk mendapatkan wanita itu…. Aku sangat ingin menikmatinya dan mendapatkan keturunan darinya…” Tegas Mareksa. Zalanbur kembali termenung sejenak.

“Baiklah, begini saja… Kuterima tawaranmu… Kau akan kuberikan wanita itu…” Kata Zalanbur. Sontak wajah Mareksa pun berubah senang.

Saat ini Zalanbur memang membutuhkan pasukan yang cukup besar untuk mempertahankan kekuasaannya. Dengan adanya penundukan Mareksa dan anak buahnya tentu sangat disambut Zalanbur. Akhirnya, keduanya berjabat tangan erat sambil tersenyum lebar menyikapi kesepakatan itu. Sejatinya Mareksa berani berkorban hanya untuk mengedepankan sebesar apa eksistensi sukanya terhadap Leni. Sudah sejak lama Mareksa menginginkan pasangan dari golongan manusia dan baru kali inilah ia mendapatkannya.

----- ooo -----

Sepeninggal Mareksa, Zalanbur pun mengabarkan berita itu kepada Ranggawelang. Kata sepakat sudah dicapai, keputusan telah diambil. Kedua ‘piaraan’ Zalanbur ini hanya bisa mengikuti perintah tuannya dengan rasa yang tidak bisa diungkapkan. Ranggawelang tentu saja sedih mendengar kabar yang tidak terduga ini. Siluman kera itu sudah merasa sehati dengan Leni. Begitu pun sebaliknya, Leni juga telah mulai terbiasa untuk memenuhi kebutuhan nafsu birahinya pada pasangannya itu. Mereka sudah sampai ke tahapan saling menikmati hubungan seks mereka dengan frekuensi dan irama yang sama. Ranggawelang pun sudah mulai ketagihan menyetubuhi wanita cantik itu dan tidak bernafsu lagi terhadap makhluk sesama speciesnya. Namun, tentu saja Ranggawelang tak mampu menolak perintah dari tuannya, Zalanbur. Apalagi, statusnya di alam itu adalah tetap sebagai piaraan Zalanbur. Ranggawelang harus pasrah dan mematuhi semua yang diperintahkan siluman tua itu.

“Aku tak bisa menolak permintaan Mareksa ... Aku memang sangat membutuhkan wadya balad tentara untuk memperkuat pasukanku ... Jadi aku terima permintaan Mareksa ...” Titah Zalanbur pada ajudan setianya.

“Keinginan Tuan adalah titah bagiku ... Hamba tidak berani membantah ...” Ucap Ranggawelang menerima keputusan itu walau berat hati.

“Baiklah ... Sejak saat ini pasanganmu menjadi milik Mareksa ... Dua hari lagi Mareksa akan menjemput Leni ... Sekarang pergilah dan jauhi Leni dari sekarang ...” Perintah Zalanbur tegas.

“Baik tuanku ...” Kata Ranggawelang dan segera mundur dari hadapan tuannya.

Zalanbur tersenyum puas dengan kesetiaan ajudannya yang sangat setia. Ya, kesetiaan Ranggawelang memang patut disalutkan. Zalanbur pun meninggalkan ruangannya mencari Leni untuk memberitahukan bahwa wanita itu telah ditukar dengan pasukan gendruwo yang dipimpin oleh Mareksa. Tak seberapa lama Zalanbur berhasil menemukan wanita yang dicarinya.

“Leni ... Ikut aku!” Perintah Zalanbur.
“Baik, Tuan ...” Sahut Leni lalu mengikuti langkah Zalanbur dari belakang.

Zalanbur dan Leni memasuki ruang ramuan hasil racikan Zalanbur. Siluman tua itu mengambil beberapa cairan lalu dicampurkannya. Tiba-tiba terdengar bunyi letupan-letupan dari cawan yang digunakan Zalanbur dan tampak asap hitam mengepul di tengah asap putih. Wangi melati semerbak terkurung. Rupanya Zalanbur sedang meracik minuman penambah daya tahan tubuh dan penambah gairah seksual. Zalanbur mendekati Leni yang sejak tadi terdiam, hanya memperhatikan tuannya bekerja.

“Leni ... Dua hari ke depan ... Kamu akan tinggal bersama Mareksa ... Dia gendruwo yang tinggal di Gunung Malat sebelah timur tempat ini.” Zalanbur mengawali ceritanya yang kemudian dilanjutkan dengan perjanjian yang ia lakukan dengan Mareksa.

Leni tersenyum dan mendengarkan penjelasan Zalanbur dengan seksama. Sebagai ‘piaraan’ Zalanbur, wanita itu mau tidak mau harus mengikuti kemauan tuannya. Bahkan ia pun mengaku tidak ada alasan untuk menolak keputusan tuannya tersebut. Di mana pun tempatnya, bagi wanita itu akan sama saja. Terlebih ada jaminan keamanan yang diberikan Zalanbur kepada dirinya.

----- ooo -----

LENI POV

Sesungguhnya aku tidak keberatan dengan keinginan tuanku ini. Terlebih aku mendapat jaminan keselamatan darinya. Hidup di dunia siluman, bangsa manusia pasti dijadikan budak. Aku masih beruntung tidak dijadikan hamba sahaya yang setiap hari mendapat siksaan dan kerja paksa. Ya, aku hanya dijadikan budak pelampiasan nafsu birahi bangsa siluman. Sejujurnya, aku menikmati peranku saat ini.

“Leni ...” Tuanku berkata.
“Ya, Tuan ...” Jawabku pelan.
“Bangsa gendruwo sangat doyan bersetubuh ... Kekuatannya melebihi Ranggawelang ... Tapi mereka biasanya cepat bosan, setelah puas dengan pasangannya bangsa gendruwo segera mencari pasangan lain dan itu biasanya dilakukan dengan menukar pasangan yang diinginkan mereka ... Ini ... Aku berikan ramuan agar kamu bisa mengimbangi tenaga mereka ... Minumlah!” Tuanku memberikan ramuan berwarna merah seperti darah. Setelah mendengarkan penjelasannya, aku tanpa ragu meminum racikan itu.

Setelah racikan itu masuk melalui kerongkongan, aku merasakan ada hawa hangat yang berpusat pada perutku. Hawa itu terus menjalar menggerayangi seluruh syaraf-syaraf tubuh, mengangkut desir birahi yang teramat sangat. Desiran darahku semakin kencang seolah badanku dialiri setrum listrik kecil-kecil. Birahi semakin mengambil alih diriku yang membuatku tanpa sadar memainkan vaginaku sendiri. Rasanya tak ada waktu luang yang tak terlewatkan tanpa nafsu dan birahi.

Tiba-tiba, Tuanku bersiul keras. Tak lama datang seorang raksasa dari bangsa siluman yang sama dengan Zalanbur namun tanduk di kepalanya lebih kecil dari kepunyaan Zalanbur. Aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan karena telingaku telah tertutupi hasrat yang ingin segera tertuntaskan. Saking tidak tahan menahan kegatalan di bagian vaginaku, akhirnya tanpa minta izin aku bergerak hendak mencari Ranggawelang. Namun, tanganku ditahan oleh siluman yang baru datang tadi. Badanku diangkatnya sangat ringan dan aku dibawanya entah kemana.

Tak lama, aku terhempas di sebuah ranjang beralaskan kain. Sedetik kemudian raksasa yang membawaku mulai menempatkan penis besarnya ke vaginaku. Selanjutnya vaginaku menetesakan cairan sehingga aku mulai merasakan basah di daerah selangkanganku, dan dapat kurasakan wewangian dari gairah birahi yang mulai merasuk ke dalam napasku secara bertubi-tubi. Tanpa ragu, aku pegang penis raksasa itu yang besarnya selengan orang dewasa. Dan langsung kutusukan ke dalam lorong nikmatku yang sudah sangat gatal.

“Aaaaaaacchhhh ...!!!” Pekikku merasakan nikmat yang tiada taranya. Namun gatalku hanya sebagian kecil yang hilang.

Lalu makhluk itu menekan pinggulnya lebih menenggelamkan penisnya ke vaginaku yang sudah basah kuyup rasanya. Dalam hal ini pun ia sangat pandai, dimasukannya pelan-pelan, tarik-keluar, tarik-keluar. Sedap sekali rasanya. Batangnya sangat besar sehingga penuhlah rasanya lubang kemaluanku. Aku mengangkat punggung setiap kali makhluk itu menghenyakkan batangnya. Setelah itu aku seperti orang gila saja. Tak pernah aku merasakan kenikmatan seperti ini. Lebih kurang limabelas menit aku merasa seperti ingin kencing. Aku tahu kalau aku sudah orgasme. Oh, nikmat sekali rasanya. Kutarik badan raksasa itu dan kudorong punggungku ke atas. Lalu kulilitkan kakiku ke pinggangnya. Lawan mainku pun saat itu menghentak lagi dengan kuat.

Aku meraung nikmat tatkala air maninya muncrat memenuhi lorong kawinku. Satu menit kami tak bergerak. Hanya saling berpelukan dengan erat. Nafas kami terengah-engah, Pandanganku nanar seakan terbang melayang ke langit ke tujuh. Selama beberapa saat aku merasakan ketenangan, kenyamanan dan perasaan puas bercampur aduk. Vaginaku terasa sangat panas dan basah kuyup. Penisnya berdenyut-denyut di dalam alat kelaminku. Setelah itu, lawan mainku menarik keluar batangnya dari dalam vaginaku. Ia tampak seperti ular piton yang tertidur setelah selesai menyantap mangsanya, terkulai.

Si raksasa meninggalkanku begitu saja. Saat aku bangkit nampak Zalanbur menghampiriku dengan senyuman khasnya. Dia duduk di sebelahku sambil mengusap-usap kepalaku sangat lembut walau kuku-kukunya panjang.

“Dua hari ke depan kamu akan bersama Mareksa ... Ini kuhadiahi baju untukmu. Pakailah!” Entah kapan datangnya, tiba-tiba di tangan Zalanbur ada sehelai kain putih transparan. Aku ambil kain itu dari tangannya lalu kupakai. Sebuah gaun malam yang panjang namun sangat tipis. Walau lekuk-lekuk tubuhku masih nampak tetapi lumayan karena aku tidak sama sekali bugil.
“Terima kasih ...” Ucapku pelan.
“Aku akan memberitahukan sesuatu padamu ... Ramuan tadi akan membuatmu selalu bergairah ... Tapi, jangan pernah sekali-kali kamu bermain dengan makhluk lain selain Mareksa kecuali atas ijinnya ... Kedua, dengan ramuan itu kamu tidak pernah akan hamil sebelum aku memberikan penawarnya. Ketiga, usahakan minum air mani Mareksa karena akan membuatmu semakin cantik dan awet muda ...” Jelas Zalanbur sangat ramah.
“Baik Tuanku ...” Sahutku.

Aku diberi pengarahan tentang kehidupan bangsa gendruwo. Dari cara Zalanbur bicara aku bisa merasakan kasih sayangnya terhadap diriku. Entah kenapa, aku nekat memeluk tubuhnya dan kuletakan kepalaku di dadanya. Zalanbur sambil terus berkata membelai rambutku mesra. Aku merasakan tidak ada batasan antara tuan dan piaraannya yang kurasa adalah kasih sayang antara laki-laki dewasa dan perempuan dewasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar