Rabu, 06 November 2019

Pesugihan 5

Wanita cantik itu mematut di depan cermin dengan mata berbinar-binar. Leni memperhatikan dirinya yang telah berubah. Perlahan Leni membuka pakaiannya hingga tak bersisa, ia lalu menatap tubuhnya dipantulan cermin. Kemudian dalam hatinya langsung berkata kalau dirinya kini lebih cantik dan lebih molek dari yang dulu. Sekarang tidak ada orang yang dapat mengenalinya lagi, karena perubahanya itu. Selain berubah penampilan fisik, Leni pun merubah identitas diri dengan mengganti nama belakangnya.

Beberapa menit berselang, wanita cantik itu mengeluh dalam hati. Leni membaringkan tubuhnya yang telanjang di atas kasur. Lagi-lagi ia harus menahan hasrat seksual yang setiap hari dan setiap malam menyerangnya. Leni melenguh panjang dan pelan, merasakan tubuhnya makin panas dan terangsang. Rasa menggelitik di perut bagian bawah makin menggila dan menggelora. Nafasnya memburu dan kini pikirannya sudah tidak terkontrol, nafsu birahinya semakin membara.

“Maaf Kanda ... Aku sudah tidak kuat ...” Gumamnya sambil mencium cincin intan berlian pemberian Zalanbur.

Tak lama, muncul gumpalan asap hitam, kemudian dari dalamnya keluar Zalanbur sang raja. Zalanbur mengetahui benar apa yang dirasakan permaisurinya itu. Tanpa berkata, sang raja siluman mendekati sang permaisuri yang disambut oleh pelukan mesra Leni. Zalanbur langsung menindih dan membenamkan kejantanannya yang gagah perkasa ke dalam vagina Leni.

“Aaahhh ... Kanda ... Aaakkuu ... Merindukannyaaaaa ....” Lenguh nikmat Leni.

Zalanbur terus menyetubuhi Leni. Penisnya yang besar dan panjang terus bergerak dengan lincah, keluar masuk merasakan gesekan dinding vagina. Leni pun demikian, dia sangat menikmati persetubuhan ini. Leni terus mendesah dan mengerang merasakan nikmat permainan, tubuhnya terus menggeliat. Birahinya terus mendaki puncak-puncak kenikmatannya. Peluh sudah membanjiri wajah cantik dan tubuh moleknya. Rasa dingin udara malam, tak lagi dirasakannya, hanya kehangatan birahi yang ada. Penis raksasa itu semakin cepat bergerak dan membawa Leni pada puncak kenikmatannya. Tubuhnya mengejet, beberapa kali dalam dekapan sang raja siluman.

Untuk sementara Zalanbur menghentikan gerakkan penisnya. Setelah Leni menikmati masa orgasmenya dia mulai bergerak lagi, menyetubuhi permaisurinya yang cantik itu.
“Ahhh… Kandaaa… aaaaahhh…” Erang Leni. Zalambur terus bergerak beberapa saat lagi sampai dia melepaskan benihnya. Leni dapat merasakan cairan cinta Zalanbur mengisi liang vaginanya dan terus mengalir masuk ke rahimnya.

“Maafkan aku kanda ... Aku tidak kuat menahannya ...” Lirih Leni sambil mengusap wajah Zalanbur mesra.

“Aku yang harus minta maaf ... Aku lupa memperhitungkan kebutuhan seksmu dinda ... Walau keinginan seks dinda berkurang sangat banyak, tetapi di alam manusia dinda termasuk ke dalam golongan hiperseks ...” Jelas Zalanbur.

“Lalu bagaimana? Haruskah aku memanggil kakang setiap hari, saat aku membutuhkannya?” Keluh Leni.

“Itu tidak mungkin ... Sekarang aku ijinkan dinda mencari pasangan sendiri untuk menyalurkan gairah dinda ...” Ucap Zalanbur memberi kebebasan seks pada permaisurinya.

“Benarkah kanda?” Tanya Leni sangat senang.

“Ya ...” Jawab Zalanbur.

“Kanda ... Aku ada permintaan ...” Ucap Leni manja.

“Apa permintaanmu ...?” Tanya Zalanbur.

“Aku ingin kanda membunuh seorang bangsa manusia ... Aku sangat sakit hati padanya.” Pinta Leni.

“Tidak mudah membunuh bangsa manusia, dinda ... Bangsa jin sepertiku tidak bisa membunuh manusia tanpa ada perjanjian terlebih dahulu ... Jika itu dilanggar, maka akan menimbulkan bencana yang sangat besar bagi bangsa jin ...” Jelas Zalanbur pada permaisurinya.

“Lantas aku harus bagaimana kanda? Aku sangat sakit hati pada orang itu.” Ucap Leni sedikit murung.

“Lakukanlah dengan cara manusia ... Pakai tipu muslihat ...” Saran Zalanbur.

“Oh ... Gitu ya kanda ... Baiklah kalau begitu ...” Sahut Leni. “Kanda ... Bolehkah aku minta satu permintaan lagi!” Lanjut Leni.

“Katakanlah!”

“Aku minta pelayan dari bangsa siluman ... Untuk melayaniku dalam segala hal, termasuk kebutuhan ranjangku ...” Pinta Leni pelan dan malu-malu.

“Baiklah ... Berapa yang kau perlukan?” Tanya Zalanbur sembari bangkit dari tubuh Leni.

“Eem ... Lima ... Sepuluh ...” Sahut Leni yang juga ikut bangkit dari posisinya.

“Baiklah ....” Jawab Zalanbur.

Bagi Zalanbur tidaklah sulit untuk memanggil wadya balad tentaranya. Lima siluman raksasa yang sakti mandraguna terpilih sebagai pelayan sang permaisuri. Tiga siluman laki-laki dan dua siluman perempuan. Semua siluman tersebut memiliki kesaktian yang tinggi diantaranya memiliki ilmu mengubah diri sebagai manusia yang bisa diraba dan dirasa bangsa manusia, sebagaimana ilmu yang dimiliki Zalanbur dan Mareksa sang gendruwo. Setelah itu, Leni memberikan penjelasan dan pengarahan kepada para anak buah silumannya tentang tugas mereka. Dengan kedigdayaan yang dimiliki Zalanbur, kelima siluman raksasa itu tunduk dan patuh pada perintah Leni.

-----Milf_Love-----

Pagi yang cerah, matahari bersinar terang, udara yang sejuk, gemercik air yang tenang, kicauan burung menambah suasana syahdu, sarapan tersedia lengkap di atas meja makan segelas susu dan sepotong roti selai coklat. Leni mulai menikmati sarapan paginya dengan ditemani kedua pembantunya. Leni memperlakukan kedua pembantunya itu seperti layaknya teman atau sahabat karena umur keduanya tidak berbeda jauh dengan dirinya.

“Nyai ... Semalem tadi saya takut ... Seperti ada yang ganggu ...” Ucap Tika, pembantu yang memiliki badan yang tinggi agak gempal tetapi tidak gemuk.

“Eh ... Sama ... Saya juga seperti ada yang megangin susu, nyai ...” Sambung Ina sembari meremas payudaranya sendiri yang berukuran jumbo.

“Tenang saja ... Nanti juga terbiasa ... Mereka cuma jail tapi baik kok ...” Jelas Leni santai. Wanita cantik itu mencoba sedikit demi sedikit memperkenalkan siluman-siluman pelayannya pada kedua pembantu itu.

“Mak-maksud Nyai apa?” Tanya Tika dengan mata terbelalak karena kaget.

“Mereka itu pelayanku ... Jangan takut ... Santai aja ...” Leni kembali mencoba menenangkan mereka.

“Jadi ... Nyai pelihara jin?” Tanya Ina ingin yakin.

“Iya ... Jin penjaga ... Mereka tidak jahat hanya jail aja ...” Jawab Leni sambil tersenyum.

“Takut ah nyai ... iiihhhh ...” Tika bergidik merasakan bulu kuduknya berdiri.

“Makanya kalian harus kenalan supaya gak takut ...” Ucap Leni.

“Nyai ah ... Gak mau ... iihhh ...” Kini Ina yang bergidik.

“Kalau kalian gak mau kenalan ... Dijamin rugi ... Mereka ganteng-ganteng lo ...” Bujuk Leni dan sukses membuat Tika dan Ina interest.

“Masa sih Nyai ... Biasanya bangsa jin, mukanya jelek-jelek dan menyeramkan ...” Kata Tika mulai menggeser duduknya mendekati Leni.

“Kalau yang ini nggak ... Piaraanku ganteng-ganteng ... Hi hi hi ...” Kata Leni.

“Serius, Nyai? Kalau ganteng mah ... Kenalin dong ...!” Keluar gaya kemayu Ina.

“Pasti aku kenalkan pada kalian ... Tapi kalau kalian siap ...” Jelas Leni.

Dan obrolan seru tentang jin pelayan Leni pun mengular tak kunjung berhenti. Perlahan antusias dan keberanian Tika dan Ina pun muncul dan terpupuk. Leni pun mulai memperlihatkan keganjilan-keganjilan pada kedua pembantunya, seperti piring melayang, gelas tertuang air dan segala macam hal yang bergerak sendiri tanpa campur tangan manusia. Awalnya Tika dan Ina ketakutan namun lama kelamaan rasa takut itu berkurang.

“Tuh mereka di belakang kalian ...” Kata Leni santai sembari tersenyum.

“Nya-nyai ... sa...saya takut ...” Tika gemetar seluruh badannya.

“Gak usah takut ... Santai ... Percaya kalau mereka baik ... Dan inget, ganteng ...” Leni terus memotivasi mereka. “Coba sini tangan kalian ...” Ucap Leni. Kedua pembantu itu menyodorkan tangan kanannya. “Coba rasakan sama kalian ...” Lanjut Leni. Seketika itu juga, Tika dan Ina merasakan usapan ringan di tangan mereka masing-masing.

“Nyai ... Ada yang usap tangan saya ...” Ina merespon.

“Iya Nyai ... Tangan saya juga ...” Timpal Tika.

“Mereka juga ingin berkenalan dengan kalian ...” Lirih Leni sambil terus tersenyum.

“Mereka baik kan ... Nyai ...” Ucap Ina ingin keyakinan.

“Ya ...” Jawab Leni singkat namun penuh penekanan.

“Ganteng...?” Tanya Tika sambil tersipu.

“Ya ... Jadi sepertinya kalian sudah siap melihat mereka langsung ...” Kata Leni.

“I-iya ... Nyai ...” Jawab Ina namun ia berlari dan berdiri di belakang Leni. Begitu pun Tika yang bersembunyi di balik tubuh Leni.

Leni yang merasa kedua pembantunya sudah siap dan memang harus mengetahui makhluk astral pelayannya, segera saja menyuruh para siluman itu menampakan diri tetapi dengan bentuk dan rupa manusia, bukan bentuk aslinya. Tika dan Ina bersembunyi di balik tubuh Leni yang sedang duduk di kursi, kedua mata mereka tertutup rapat-rapat. Untuk sejenak, Leni membiarkan kedua pembantunya bertingkah demikian.

“Tika ... Ina ...” Ucap Leni lembut namun seperti perintah bagi keduanya.

Kedua wanita itu perlahan-lahan membuka matanya kemudian keluar dari persembunyiannya. Sontak saja kedua wanita itu terkejut dengan apa yang dilihatnya. Tidak ada wajah seram, tidak ada kesan angker atau wajah yang aneh-aneh. Lima siluman pelayan sang majikan ternyata manusia biasa yang tampan dan cantik. Tidak tampak pakaian seperti pakaian kerajaan atau pakaian jaman dulu malah terkesan lebih modis pakaian di alam manusia.

“Kenalan sana ...!” Perintah Leni pada kedua pembantunya.

Singkat cerita, terjadilah perkenalan antara manusia dengan siluman, perkenalan antara kedua pembantu itu dengan kelima siluman pelayan sang majikan. Walau tempo perkenalan mereka sangat singkat, tetapi sudah mampu membibitkan rasa luar biasa di hati kedua pembantu tersebut. Mereka langsung akrab satu sama lain bahkan mulai saling bercanda. Leni sangat senang dengan situasi ini karena bagaimana pun siluman pelayannya memerlukan penyaluran syahwat mereka yang bisa didapatkan dari kedua pembantunya.

Dengan cara yang sama, Leni memperkenalkan siluman pelayannya kepada sopir dan tukang kebun. Ali sebagai sopir dan Daman sebagai tukang kebun yang keduanya berumur sekitar 30 tahunan diperkenalkan kepada para siluman. Proses perkenalan tidak sesulit dan serumit kepada para pembantunya. Sopir dan tukan kebun langsung ‘In’ dengan siluman-siluman itu terutama para siluman perempuan.

-----Milf_Love-----

Malam yang dingin tidak membuat Leni merasa kedinginan. Tubuhnya yang bugil terduduk di pinggir ranjang serasa merinding, bukan karena ketakutan ataupun kedinginan melainkan oleh gairah birahi yang mengaliri sekujur tubuhnya. Seperti aliran listrik yang membawa sensasi tersendiri hingga tubuh Leni menggeletar. Getaran itu semakin tinggi ketika salah satu siluman pelayannya dengan perlahan mendekatinya, dengusan siluman raksasa itu semakin membuat kewanitaan Leni menggeliat bergairah. Tanpa terasa, sosok tinggi besar itu telah begitu dekat sekali dengannya. Sang siluman itu kini berada di antara kedua paha mulus Leni yang seolah mengangkang begitu saja untuk membukakan jalan untuk peliharaannya berbuat sesuatu. Tanpa sadar Leni berkata lirih pada makhluk itu, ”Kemarilah …cepatlah .... berilah aku kenikmatan gairah nafsumu.“

“Ooooh .... Agggghh ...!” Leni pun mulai mengerang dengan kedua matanya merem melek didera birahi yang kian menghentak jiwanya. Kejadian itu sangat menggelitik gairahnya. Siluman itu dengan disertai dengusannya ternyata menjulurkan lidah yang panjang kesat dan mulai menjilati selangkangan Leni yang terbuka lebar.

Leni tersentak dan menjerit kembali bercampur nikmat serasa sampai ke ubun-ubun, tubuhnya bergerak erotis mengikuti jilatan lidah siluman itu pada liang vaginanya, bahkan Leni seperti merindukan sesuatu untuk bisa menuntaskan gairah nafsunya yang begitu sangat menggebu minta disetubuhi. Leni merasakan kenikmatan jilatan lidah panjang siluman itu sungguh luar biasa. Gerakan-gerakan lidah panjang kesat makhluk siluman itu begitu liar saat mengaduk-aduk gua kenikmatannya. Tak lama kemudian selangkangan Leni telah basah kuyup dengan lendir kewanitaannya. Leni tak kuasa menahan erangan-erangan yang keluar dari mulutnya

“Aaaaah ... Ooooh ... niikkmmaaattt ...!” Bagai orang yang kesurupun Leni menjemput puncak orgasmenya dengan cepat, dengan tubuh bergetar yang melengkung ke atas, Leni mengerang nikmat tiada putusnya saat jilantan lidah kesat anjing siluman itu mengais-ngais bibir kemaluannya. Pada puncaknya, Leni merasakan tubuhnya terasa lemas seperti tak bertulang. Sambil mengerang panjang badannya bergetar lalu terhempas ke belakang ke tempat tidur yang empuk.

Tak lama, perasaan birahi Leni kini muncul kembali dengan tiba-tiba, kemudian Leni menatap mata makhluk itu yang juga sedang memandangi dirinya. Leni mengambil posisi menungging dan bertumpu dengan kedua punggung tangannya di tempat tidur. Dan siluman raksasa itu naik ke atas tempat tidur lalu merapatkan selangkangannya ke pinggul Leni dan mencengkeramnya. Kedua pinggul mereka pun bersatu, dan bulu-bulu sang siluman itu serasa menggelitik geli kulit pantat Leni.

Secara spontan, terjadilah persetubuhan antara ibu muda yang cantik dan makhluk siluman berwujud raksasa itu. Dengan perlahan disertai dengus nafasnya siluman pelayan itu menusukan penisnya ke liang vagina ibu muda itu. Seketika Leni pun mengerang panjang saat batang kejantanan makhluk siluman itu kian membesar dan kandas di dasar rahimnya, dan dirasakan oleh Leni batang kejantanan yang mulai terasa panas berdenyut denyut.

“Aaaachhh .... eennaaakk ... Ooooh ...!” Tubuh Leni bergetar hebat dengan kedua mata yang merem melek saat makhluk siluman itu mulai memacu gerakan penis keluar masuk vaginanya. Kenikmatan penis besar panjang yang menggesek dinding vaginanya membuat Leni menjerit histeris di sepinya malam.

“Oooh ... teruuuus enaaak ...” Dan siluman itu kian liar dan bernafsu menyetubuhi ibu muda itu dengan suara menggeram bagai serigala lapar.

Erangan nikmat Leni telah membuat makhluk hitam itu kian buas dan dengan keras memompa penisnya di liang vagina Leni. Leni bagaikan anjing betina yang sedang birahi saat disetubuhi oleh sang jantan yang gagah perkasa. Ibu muda itu melolong panjang karena didera oleh rasa kenikmatan yang luar biasa. Gesekan penis siluman yang bergerigi itu membuat dinding vaginanya ikut berdenyut-denyut tiada henti. Dengan meremas remas sprai tempat tidurnya ibu muda itu mengerang nikmat dengan kepala mendongak ke langit langit kamar.

“Oh ... Ooooh toloooong teruuuus enaaaaaak… Agggggh...!” Leni merasakan sensasi yang sangat luar biasa.

Bentuk dan perilaku alat kelamin makhluk itu sendiri sangat berbeda. Kejantanan makhluk itu terasa semakin membesar dan membengkak sewaktu telah berada di dalam tubuhnya. Belum lagi alat kejatanan makhluk itu terasa begitu panas di dalam liang vaginanya. Saat siluman itu mulai memacu berahinya dengan liar, Leni mengerang nikmat kembali dan pinggulnya mengikuti irama kocokan makhluk perkasa itu. Suara bisikan ghaib dari makhluk itu merasuk ke dalam jiwa Leni, bisikan itu begitu memukau dan merangsangnya hingga membuat Leni kian liar dan bergoyang erotis dengan tubuh bergetar. Nafas Leni serasa hendak putus oleh karena didera kenikmatan penis besar makhluk siluman.

Kenikmatan disetubuhi oleh makhluk siluman itu telah membuat Leni berkelojotan dengan tubuh menggeletar, kenikmatan itu serasa membuat sukmanya terbang melayang keawang awang, dan Leni pun menjerit histeris, “Oooooh .... ampuuuun enaaaak ... enaaaakkk .... aaaccchhhh ...!“ Leni pun meracau nikmat saat lahar panas siluman itu menyembur dengan deras ke dalam rahimnya. Akhirnya tubuh Leni ambruk di kasur empuk, dan jilatan lidah panjang siluman itu di sekujur punggung Leni adalah sebagai isyarat, pertanda belaian mesra dari sang makhluk ganjil untuk mengucapkan terima kasih kepada ratunya.

-----Milf_Love-----

Angin semilir menelusup celah-celah helai rambutnya. Menikmati sore yang menggantungkan matahari di ujung barat untuk segera menyembunyikan dirinya. Menebarkan kilau emas keoranyean di langit kala itu. Dedaunan yang gugur melayang-layang terbawa angin. Sedikit menyapu ujung rambut dan menyapa kulit menimbulkan sensasi aneh yang sejuk atau lebih sering disebut dingin. Wanita cantik yang sedang berdiri di balkon rumah melihat seseorang masuk ke halaman rumahnya dengan tergopoh-gopoh. Leni turun ke lantai satu untuk menemui orang yang dilihatnya tadi. Sesampainya di lantai satu, Leni pun segera mempersilahkan orang tersebut masuk ke dalam rumahnya lalu mempersilahkan duduk.

“Bagaimana pak hasilnya ...?” Tanya Leni penasaran.

“Maaf Bu ... Orang yang Ibu cari sudah tidak ada ... Orang yang bernama Hilman sudah meninggal dunia ...” Jawab sang tamu.

“Meninggal??? Meninggal karena apa???” Pekik Leni sangat terkejut sampai-sampai badannya bergetar hebat.

“Maaf Bu ... Hilman dibakar warga ...” Ucap sang tamu lirih sambil memalingkan mukanya karena tak kuat menatap wajah wanita di hadapannya. Sang tamu merasakan aura yang sangat hebat memancar dari wajah cantik itu, yaitu kemarahan yang teramat sangat.

“Kenapa warga membakar dia?” Leni mengeluarkan suara geramnya yang mendirikan bulu roma siapa pun yang mendengarnya.

“Ka-karena dituduh melakukan pesugihan ... Orang itu dituduh memberikan tumbal ...” Kata sang tamu lagi yang masih tetap tak berani memandang Leni.

“Siapa dalang yang menggerakan warga membakar Hilman?” Tanya Leni dengan suara yang sedikit melembut.

“Orang itu bernama Darwis ... Rentenir tua yang rumahnya dekat kantor desa ...” Jawab sang tamu. Seketika saja itu Leni teringat pada masa-masa dirinya masih bersama Hilman. Leni teringat pada laki-laki setengah baya yang menagih hutang dengan ancaman kalau dirinya akan menjadi pengganti untuk pembayaran hutang.

“Kalau anak-anaknya?” Tanya lanjut Leni.

“Saya tidak tahu, bu ... Kami sekampung tidak tau istri dan anak-anak Hilman.” Jawab sang tamu sembari membungkuk-bungkuk badannya.

“Hhhhmm ... Ya sudah ... Ini upahnya ... Dan ingat! Tidak boleh ada orang yang tahu kalau aku menyuruhmu mencari Hilman dan anak-anaknya ...” Ucap Leni sambil menyerahkan amplop berisikan uang pada sang tamu.

“Baik, Bu ...” Sahut sang tamu lalu mundur dari hadapan Leni.

Wanita itu memikirkan apa yang barusan ia dengar, dan terngiang-ngiang semuanya di dalam isi kepalanya. Leni merasakan kejahatan dan ketidakadilan, tiba-tiba muncul perasaan marah dan tersinggung yang menggunung. Leni menganggap rentenir tua itu sudah melewati batas dan bersikap keterlaluan. “Hutang nyawa dibayar nyawa, seribu maaf kan percuma, jika nyawa telah berpisah dengan raga.” Kata hati Leni sangat geram.

Bersambung

Tidak ada komentar:

Posting Komentar