Rabu, 13 November 2019

Pesugihan 3

Matanya tak berkedip, dengan penuh harapan. Sang gendruwo semakin mendekat pada dua makhluk berbeda alam yang sedang asik bersetubuh. Ranggawelang dan Leni semakin bergairah. Mereka puas jika ada yang ikut menikmatinya persetubuhan mereka. Ranggawelang menghajarkan penis besarnya ke dalam vagina Leni bertubi-tubi dari belakang. Siluman kera itu merasakan denyut kehangatan vagina sempit milik wanitanya. Leni pun mengejang, dan dia mengigit bibirnya, sambil menatap sang tamu dengan mata sayu menahan nikmat.

Tubuh Mareksa mengigil menahan hasrat birahi yang meluap-luap. Sang gendruwo merasakan penisnya semakin menggelembung walau sudah memuncratkan pejuhnya. Air liurnya menetes-netes. Entah apa yang dibayangkannya sampai begitu terpesona oleh kemolekan dan keseksian wanita manusia yang sedang digagahi oleh siluman kera itu. Dengan hanya berjarak sekitar tiga langkah, Mareksa terus menyaksikan persetubuhan mereka.

“Eem ... aahh ... aahh ... kaaanngg ... ssshhh...” Leni mendesis keenakan sambil matanya terus memandangi kejantanan Mareksa yang gagah perkasa, mencuat dan mengacung keluar dari kain penutup selangkangannya, mengangguk-angguk kepalanya naik turun. Diam-diam Leni sangat mengagumi ‘milik’ sang gendruwo tersebut.

Adegan persetubuhan itu demikian gamblang di hadapan Mareksa dan sang gendruwo tampak begitu menikmatinya. Desahan dan erangan menjadi irama merdu di telinga Mareksa dengan keringat yang membasahi tubuh Leni menjadi pemandangan paling erotis yang pernah dilihatnya. Sementara Leni semakin menikmati persetubuhan itu. Wajah dan tatapan nakalnya terus menggoda Mareksa.

Ranggawelang mempercepat tempo gerakannya saat dirasakannya Leni sudah mulai mendekati orgasmenya lagi. Keduanya sama-sama menikmati yang disebut dengan surga dunia walaupun mereka lakukan di ‘dunia lain’. Peluh bercucuran membasahi tubuh keduanya bercampur menjadi satu saat mereka merasakan akan mendekati puncak kenikmatan.

“Aaaaaccchhhh .....!!!” Leni meracau tak jelas dengan salah satu tangannya meremas kuat payudaranya sendiri saat ia merasakan sesuatu seolah akan meledak di dalam dirinya. Diikuti lenguhan panjang dari bibir Ranggawelang ketika keduanya mencapai puncak kenikmatan bersama.

“Aaacccchhhh ... !!” Ranggawelang menghentakan tubuhnya berkali-kali semakin dalam bersamaan dengan cairan cintanya yang menyembur keluar menyirami rahim wanitanya.

Beberapa detik berselang, Ranggawelang mencabut penisnya dari dalam tubuh Leni. Segera saja tubuh Leni ia rengkuh dalam gendongan kemudian melesat ke atas pepohonan meninggalkan Mareksa yang tersiksa oleh hawa birahinya sendiri. Namun Leni masih sempat menatap sayu sang gendruwo sambil melilitkan lidah ke bibirnya sebagai godaan terhebat untuk Mareksa.
Mareksa benar-benar sulit mengendalikan hawa birahinya. Dengan hati dan lutut yang bergetar sang gendruwo bergerak ke kediaman Zalanbur. Mareksa sangat terobsesi kepada wanita manusia itu dan sangat ingin memilikinya. Begitu bertemu Zalanbur, ia pun mengadukan apa yang dilihatnya.

“Tuan Zalanbur, aku lihat anda memiliki piaraan seorang wanita manusia cantik di pekaranganmu… Siapakah dia?” Tanya Mareksa.

“Ooh… Ya… Itu adalah tumbal pesugihanku yang tak dapat memenuhi janjinya… Ia adalah istri dari si pelaku…” Jelas Zalanbur. Mareksa manggut-manggut mendengarnya.

“Tapi mengapa ia kauberikan begitu saja pada ajudanmu? Tidakkah kau juga menyukai manusia wanita? Apalagi wanita itu sangatlah cantik…” Tanya Mareksa terheran-heran. Dan Zalanbur hanya tersenyum.

“Tentu saja aku masih suka wanita dari bangsa manusia… Mataku pun tak buta, Mareksa…” Sahut Zalanbur dengan wajah berserinya. “Aku tahu wanita itu sangat cantik… Tapi saat ini aku sedang menjalani laku wesi geni untuk meningkatkan kesaktianku… selama 12 bulan purnama… Selama itu pulalah aku harus menahan nafsu birahiku….” Lanjut Zalanbur menjelaskan perihal tapa geninya pada Mareksa. Kembali gendruwo itu manggut-manggut mendengar penjelasan Zalanbur. “Buatku tak masalah… Tak sulit bagiku untuk mendapatkan wanita dari bangsa manusia untuk di lain waktu…” Jelas Zalanbur lebih lanjut.

“Kalau begitu, berikan saja wanita itu padaku, Tuan Zalanbur…” Pinta Mareksa spontan. “Sayang sekali kalau manusia secantik itu hanya untuk melayani nafsu seekor kera… Kau kan tahu kalau aku pun sangat doyan wanita… Aku sudah langsung jatuh cinta padanya begitu melihat kecantikannya dan juga bentuk tubuhnya yang begitu aduhai panas merangsang mata… Sepertinya wanita itu benar-benar diciptakan khusus untukku…” Pinta Mareksa bersemangat. Zalanbur tampak termenung memikirkan permintaan itu. Sementara gendruwo itu tak bisa menyembunyikan keinginannya yang kuat dari wajahnya.

“Ranggawelang adalah pengikutku yang sangat setia… Walaupun hanya seekor kera, ia telah banyak berjasa bagiku… Mengambil wanita itu dari sisinya tentu akan berat baginya…. Kesedihannya adalah kesedihanku juga… Tapi, kira-kira apa yang bisa kau tawarkan padaku untuk menggantinya?” Ucap Zalanbur.

“Aku akan membawa semua kaumku untuk mengabdi padamu, Tuan Zalanbur… Apa pun akan kulakukan untuk mendapatkan wanita itu…. Aku sangat ingin menikmatinya dan mendapatkan keturunan darinya…” Tegas Mareksa. Zalanbur kembali termenung sejenak.

“Baiklah, begini saja… Kuterima tawaranmu… Kau akan kuberikan wanita itu…” Kata Zalanbur. Sontak wajah Mareksa pun berubah senang.

Saat ini Zalanbur memang membutuhkan pasukan yang cukup besar untuk mempertahankan kekuasaannya. Dengan adanya penundukan Mareksa dan anak buahnya tentu sangat disambut Zalanbur. Akhirnya, keduanya berjabat tangan erat sambil tersenyum lebar menyikapi kesepakatan itu. Sejatinya Mareksa berani berkorban hanya untuk mengedepankan sebesar apa eksistensi sukanya terhadap Leni. Sudah sejak lama Mareksa menginginkan pasangan dari golongan manusia dan baru kali inilah ia mendapatkannya.

----- ooo -----

Sepeninggal Mareksa, Zalanbur pun mengabarkan berita itu kepada Ranggawelang. Kata sepakat sudah dicapai, keputusan telah diambil. Kedua ‘piaraan’ Zalanbur ini hanya bisa mengikuti perintah tuannya dengan rasa yang tidak bisa diungkapkan. Ranggawelang tentu saja sedih mendengar kabar yang tidak terduga ini. Siluman kera itu sudah merasa sehati dengan Leni. Begitu pun sebaliknya, Leni juga telah mulai terbiasa untuk memenuhi kebutuhan nafsu birahinya pada pasangannya itu. Mereka sudah sampai ke tahapan saling menikmati hubungan seks mereka dengan frekuensi dan irama yang sama. Ranggawelang pun sudah mulai ketagihan menyetubuhi wanita cantik itu dan tidak bernafsu lagi terhadap makhluk sesama speciesnya. Namun, tentu saja Ranggawelang tak mampu menolak perintah dari tuannya, Zalanbur. Apalagi, statusnya di alam itu adalah tetap sebagai piaraan Zalanbur. Ranggawelang harus pasrah dan mematuhi semua yang diperintahkan siluman tua itu.

“Aku tak bisa menolak permintaan Mareksa ... Aku memang sangat membutuhkan wadya balad tentara untuk memperkuat pasukanku ... Jadi aku terima permintaan Mareksa ...” Titah Zalanbur pada ajudan setianya.

“Keinginan Tuan adalah titah bagiku ... Hamba tidak berani membantah ...” Ucap Ranggawelang menerima keputusan itu walau berat hati.

“Baiklah ... Sejak saat ini pasanganmu menjadi milik Mareksa ... Dua hari lagi Mareksa akan menjemput Leni ... Sekarang pergilah dan jauhi Leni dari sekarang ...” Perintah Zalanbur tegas.

“Baik tuanku ...” Kata Ranggawelang dan segera mundur dari hadapan tuannya.

Zalanbur tersenyum puas dengan kesetiaan ajudannya yang sangat setia. Ya, kesetiaan Ranggawelang memang patut disalutkan. Zalanbur pun meninggalkan ruangannya mencari Leni untuk memberitahukan bahwa wanita itu telah ditukar dengan pasukan gendruwo yang dipimpin oleh Mareksa. Tak seberapa lama Zalanbur berhasil menemukan wanita yang dicarinya.

“Leni ... Ikut aku!” Perintah Zalanbur.
“Baik, Tuan ...” Sahut Leni lalu mengikuti langkah Zalanbur dari belakang.

Zalanbur dan Leni memasuki ruang ramuan hasil racikan Zalanbur. Siluman tua itu mengambil beberapa cairan lalu dicampurkannya. Tiba-tiba terdengar bunyi letupan-letupan dari cawan yang digunakan Zalanbur dan tampak asap hitam mengepul di tengah asap putih. Wangi melati semerbak terkurung. Rupanya Zalanbur sedang meracik minuman penambah daya tahan tubuh dan penambah gairah seksual. Zalanbur mendekati Leni yang sejak tadi terdiam, hanya memperhatikan tuannya bekerja.

“Leni ... Dua hari ke depan ... Kamu akan tinggal bersama Mareksa ... Dia gendruwo yang tinggal di Gunung Malat sebelah timur tempat ini.” Zalanbur mengawali ceritanya yang kemudian dilanjutkan dengan perjanjian yang ia lakukan dengan Mareksa.

Leni tersenyum dan mendengarkan penjelasan Zalanbur dengan seksama. Sebagai ‘piaraan’ Zalanbur, wanita itu mau tidak mau harus mengikuti kemauan tuannya. Bahkan ia pun mengaku tidak ada alasan untuk menolak keputusan tuannya tersebut. Di mana pun tempatnya, bagi wanita itu akan sama saja. Terlebih ada jaminan keamanan yang diberikan Zalanbur kepada dirinya.

----- ooo -----

LENI POV

Sesungguhnya aku tidak keberatan dengan keinginan tuanku ini. Terlebih aku mendapat jaminan keselamatan darinya. Hidup di dunia siluman, bangsa manusia pasti dijadikan budak. Aku masih beruntung tidak dijadikan hamba sahaya yang setiap hari mendapat siksaan dan kerja paksa. Ya, aku hanya dijadikan budak pelampiasan nafsu birahi bangsa siluman. Sejujurnya, aku menikmati peranku saat ini.

“Leni ...” Tuanku berkata.
“Ya, Tuan ...” Jawabku pelan.
“Bangsa gendruwo sangat doyan bersetubuh ... Kekuatannya melebihi Ranggawelang ... Tapi mereka biasanya cepat bosan, setelah puas dengan pasangannya bangsa gendruwo segera mencari pasangan lain dan itu biasanya dilakukan dengan menukar pasangan yang diinginkan mereka ... Ini ... Aku berikan ramuan agar kamu bisa mengimbangi tenaga mereka ... Minumlah!” Tuanku memberikan ramuan berwarna merah seperti darah. Setelah mendengarkan penjelasannya, aku tanpa ragu meminum racikan itu.

Setelah racikan itu masuk melalui kerongkongan, aku merasakan ada hawa hangat yang berpusat pada perutku. Hawa itu terus menjalar menggerayangi seluruh syaraf-syaraf tubuh, mengangkut desir birahi yang teramat sangat. Desiran darahku semakin kencang seolah badanku dialiri setrum listrik kecil-kecil. Birahi semakin mengambil alih diriku yang membuatku tanpa sadar memainkan vaginaku sendiri. Rasanya tak ada waktu luang yang tak terlewatkan tanpa nafsu dan birahi.

Tiba-tiba, Tuanku bersiul keras. Tak lama datang seorang raksasa dari bangsa siluman yang sama dengan Zalanbur namun tanduk di kepalanya lebih kecil dari kepunyaan Zalanbur. Aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan karena telingaku telah tertutupi hasrat yang ingin segera tertuntaskan. Saking tidak tahan menahan kegatalan di bagian vaginaku, akhirnya tanpa minta izin aku bergerak hendak mencari Ranggawelang. Namun, tanganku ditahan oleh siluman yang baru datang tadi. Badanku diangkatnya sangat ringan dan aku dibawanya entah kemana.

Tak lama, aku terhempas di sebuah ranjang beralaskan kain. Sedetik kemudian raksasa yang membawaku mulai menempatkan penis besarnya ke vaginaku. Selanjutnya vaginaku menetesakan cairan sehingga aku mulai merasakan basah di daerah selangkanganku, dan dapat kurasakan wewangian dari gairah birahi yang mulai merasuk ke dalam napasku secara bertubi-tubi. Tanpa ragu, aku pegang penis raksasa itu yang besarnya selengan orang dewasa. Dan langsung kutusukan ke dalam lorong nikmatku yang sudah sangat gatal.

“Aaaaaaacchhhh ...!!!” Pekikku merasakan nikmat yang tiada taranya. Namun gatalku hanya sebagian kecil yang hilang.

Lalu makhluk itu menekan pinggulnya lebih menenggelamkan penisnya ke vaginaku yang sudah basah kuyup rasanya. Dalam hal ini pun ia sangat pandai, dimasukannya pelan-pelan, tarik-keluar, tarik-keluar. Sedap sekali rasanya. Batangnya sangat besar sehingga penuhlah rasanya lubang kemaluanku. Aku mengangkat punggung setiap kali makhluk itu menghenyakkan batangnya. Setelah itu aku seperti orang gila saja. Tak pernah aku merasakan kenikmatan seperti ini. Lebih kurang limabelas menit aku merasa seperti ingin kencing. Aku tahu kalau aku sudah orgasme. Oh, nikmat sekali rasanya. Kutarik badan raksasa itu dan kudorong punggungku ke atas. Lalu kulilitkan kakiku ke pinggangnya. Lawan mainku pun saat itu menghentak lagi dengan kuat.

Aku meraung nikmat tatkala air maninya muncrat memenuhi lorong kawinku. Satu menit kami tak bergerak. Hanya saling berpelukan dengan erat. Nafas kami terengah-engah, Pandanganku nanar seakan terbang melayang ke langit ke tujuh. Selama beberapa saat aku merasakan ketenangan, kenyamanan dan perasaan puas bercampur aduk. Vaginaku terasa sangat panas dan basah kuyup. Penisnya berdenyut-denyut di dalam alat kelaminku. Setelah itu, lawan mainku menarik keluar batangnya dari dalam vaginaku. Ia tampak seperti ular piton yang tertidur setelah selesai menyantap mangsanya, terkulai.

Si raksasa meninggalkanku begitu saja. Saat aku bangkit nampak Zalanbur menghampiriku dengan senyuman khasnya. Dia duduk di sebelahku sambil mengusap-usap kepalaku sangat lembut walau kuku-kukunya panjang.

“Dua hari ke depan kamu akan bersama Mareksa ... Ini kuhadiahi baju untukmu. Pakailah!” Entah kapan datangnya, tiba-tiba di tangan Zalanbur ada sehelai kain putih transparan. Aku ambil kain itu dari tangannya lalu kupakai. Sebuah gaun malam yang panjang namun sangat tipis. Walau lekuk-lekuk tubuhku masih nampak tetapi lumayan karena aku tidak sama sekali bugil.
“Terima kasih ...” Ucapku pelan.
“Aku akan memberitahukan sesuatu padamu ... Ramuan tadi akan membuatmu selalu bergairah ... Tapi, jangan pernah sekali-kali kamu bermain dengan makhluk lain selain Mareksa kecuali atas ijinnya ... Kedua, dengan ramuan itu kamu tidak pernah akan hamil sebelum aku memberikan penawarnya. Ketiga, usahakan minum air mani Mareksa karena akan membuatmu semakin cantik dan awet muda ...” Jelas Zalanbur sangat ramah.
“Baik Tuanku ...” Sahutku.

Aku diberi pengarahan tentang kehidupan bangsa gendruwo. Dari cara Zalanbur bicara aku bisa merasakan kasih sayangnya terhadap diriku. Entah kenapa, aku nekat memeluk tubuhnya dan kuletakan kepalaku di dadanya. Zalanbur sambil terus berkata membelai rambutku mesra. Aku merasakan tidak ada batasan antara tuan dan piaraannya yang kurasa adalah kasih sayang antara laki-laki dewasa dan perempuan dewasa.

Pesugihan 6

Kemarahannya begitu sempurna. Wanita cantik itu fokus membiarkan dirinya dikuasai dendam dan menikmati sisi jahat sampai level ekstrem yang timbul akibat perbuatan rentenir keji pada keluarganya. Rasa sakit hati dan dendam yang mendalam membuat ia bersumpah untuk membalas perlakuan sang rentenir. Ia bertekad untuk menghancurkan hidup sang rentenir. Otaknya terus berputar dan bekerja siang malam untuk menemukan cara dalam mewujudkan rencana balas dendamnya.

Akhirnya wanita cantik itu menemukan cara. Laki-laki itu pada dasarnya lemah, dan kelemahannya itu ada pada kelaminnya. Semakin jantan seorang laki laki, sesungguhnya dia semakin 'lemah'. Tingkat kejantanan laki-laki dalam konteks ini adalah diukur dari seberapa tinggi keinginannya untuk memuaskan nafsu biologis. Laki-laki bisa menjadi orang yang paling lemah, mudah menyerah, tak punya kekuatan apa-apa, bahkan menjadi sangat bodoh dan mendekati idiot, ketika hatinya 'tertambat' kepada seorang perempuan. Dan pasti yang ada dalam benaknya hanyalah mencari cara bagaimana untuk mendapatkan perempuan itu. Tak peduli dengan urusan apapun, bahkan lupa bahwa dirinya adalah orang yang terpandang.

“Lasiem ... Hardiyem ...” Leni memanggil kedua siluman perempuan pelayannya. Hanya beberapa detik, kedua siluman perempuan itu telah muncul di hadapannya. Leni yang sedang duduk bersila di atas ranjang memperhatikan dengan seksama kedua siluman perempuan tersebut.

“Ada apakah kanjeng ratu ...” Lasiem berucap seraya membungkukan badan dengan menangkupkan kedua telapak tangan yang diletakkan di atas kepalanya.

“Kalian berdua aku tugaskan untuk menggoda laki-laki bernama Darwis dan anaknya bernama Suta. Buat mereka berkelahi memperebutkan kalian. Mereka tinggal di desa sebelah. Si Darwis adalah seorang rentenir kaya sedangkan Suta adalah kepala desa itu. Kalian harus mengubah wujud kalian menjadi manusia yang sama persis. Menjadi wanita yang sangat cantik dan menggoda ...” Perintah Leni.

“Baik kanjeng ratu ...” Sahut keduanya hampir bersamaan. Hanya dalam waktu sekejap mata kedua siluman perempuan tersebut telah berubah menjadi wanita cantik dan seksi yang serupa. Kedua siluman itu memiliki wajah yang sama.

“Hhhhmm ... Cukup ... Sekarang pergilah ke sana ... Goda bapak dan anak itu sampai mereka saling menyakiti. Tipu dan hasut mereka sampai keduanya berkelahi ...” Perintah Leni lagi.

“Baik kanjeng ratu ...” Jawab kedua siluman itu.

Setelah membungkuk dan memberi hormat, para siluman perempuan itu lenyap dari hadapan Leni. Dengan ilmu siluman tingkat tinggi yang mereka miliki, Lasiem dan Hardiyem sudah berada di tempat yang berbeda dengan penampakan sebagai wanita cantik menggoda. Lasiem dan Hardiyem menampakan dirinya sebagai wanita yang sama dengan nama yang sama.

----- Milf_Love -----

Lasiem sampai di depan kantor kepala desa dengan memakai kemeja putih dan rok asimetris yang senada, nampak seperti busana kerja. Lasiem masuk ke kantor kepala desa itu tanpa mempedulikan tatapan kagum dari orang-orang yang dia lewati. Pada salah seorang pegawai, Lasiem mengutarakan maksudnya untuk bertemu dengan kepala desa. Si pegawai seperti terhipnotis dan langsung saja mengantarkan Lasiem ke ruangan atasannya.

“Masuk!!!” Terdengar suara kepala desa dari dalam ruangannya setelah sang pegawai mengetuk pintu.

“Maaf, pak ... Ada yang ingin ketemu dengan bapak ...” Kata si pegawai.

“Siapa?” Sang kepala desa mendelik kesal.

“Saya ...” Tiba-tiba Lasiem bersuara dan masuk ke dalam ruangan kepala desa tanpa menunggu ijin dari si pemilik ruangan.

Suta, sang kepala desa, melongo dan mulutnya setengah menganga melihat seorang wanita cantik mendekati mejanya. Lasiem langsung duduk di hadapan Suta sambil memberikan senyum tipis. Senyum itu bukan sembarang senyum melainkan senyum yang mengandung kekuatan gaib pengasihan. Sang kepala desa terhanyut dalam pesona Lasiem sesaat tadi.

“Perkenalkan ... Nama saya Maya ... Sengaja saya menemui bapak karena ada tugas dari perusahaan ...” Ucap Lasiem yang memperkenalkan dirinya dengan nama ‘Maya’.

“Oh ... I-iya ... A-apa yang bi-bisa sa-saya bantu ...” Suta tergagap karena masih tertegun dengan kecantikan wanita yang ada di depannya.

“Terimakasih sebelumnya ... Perusahaan saya sedang mencari sumber air pegunungan ... Menurut informasi, di daerah ini ada sumber mata air pegunungan ... Oh ya saya lupa, perusahaan saya adalah perusahaan yang memproduksi air mineral kemasan ...” Jelas Lasiem aka Maya pada Suta.

“Oh ... Me-memang di sini ada sumber mata air itu ... Letaknya,...letaknya ada di bukit sebelah utara desa ...” Sahut Suta sesaat mulai bisa mengendalkan diri.

Mereka mulai terlibat pembicaraan tentang sumber mata air pegunungan. Diam-diam sang kepala desa mulai menyukai lawan bicaranya. Semakin lama hasrat kelelakiannya semakin menguasai, otaknya telah tercemar oleh pikiran-pikiran mesum sehingga darah mudanya bergejolak. Hal ini wajar karena Lasiem aka Maya terus melancarkan kekuatan gaib pengasihannya. Kekuatan gaib itu membuat Suta kehilangan akal sehat sampai-sampai sang kepala desa mulai berani menyentuh dan mengusap tangan wanita siluman itu.

“Kalau begitu ... Bisa bapak mengantar saya ke lokasi?” Tanya Lasiem aka Maya sembari membalas remasan jemari Suta dengan mesra.

“Oh ... Siap ... Siap ... Ayo, aku antar ke sumber air itu ...!” Dengan sigap dan bersemangat Suta mengajak Lasiem aka Maya untuk segera meninjau sumber mata air tersebut.

Dengan menggunakan motornya, Suta mengantar Lasiem aka Maya ke sebuah perbukitan yang masih sangat alami dan indah. Pada batas tertentu, mereka harus berjalan kaki menuju lokasi perbukitan yang masih tersedia sumber mata air. Mereka berjalan menyusuri jalan setapak ke arah puncak bukit. Hutannya sangat lebat dan sangat sunyi. Hanya dalam beberapa menit, mereka sudah sampai di lokasi sumber mata air.

“Inilah tempatnya, Neng ...!” Tunjuk Suta pada sebuah sumber mata air yang airnya cukup besar keluar dari sebuah lubang tanah. Air itu terjun ke dalam sungai yang sangat jernih di bawahnya.

“Ayo pak ... Kita turun ke sungai ...” Ajak Lasiem aka Maya sambil menarik tangan Suta.

Mereka segera turun ke sungai dengan menyusuri anak tangga yang berjajar turun ke arah lembah. Tangan mereka saling genggam, Suta membantu Lasiem aka Maya agar tidak terpeleset. Tak lama, mereka sudah berdiri di atas batu lempeng besar di pinggir sungai. Dan secara tiba-tiba, Lasiem aka Maya membuka seluruh pakaiannya bahkan BH yang digunakannya dilempar ke tengah sungai sehingga terbawa arus. Kini tubuhnya yang seksi tanpa sehelai kain pun memasuki sungai. Wanita siluman itu bermain air sambil menggoda Suta dengan lirikan nakalnya.

Suta yang otak dan pikirannya telah diselimuti kabut hitam pun mengikuti Lasiem aka Maya membuka seluruh pakaian. Kejantanannya tetap tegang berdiri walau tenggelam dalam air sungai yang dingin. Didekapnya tubuh bugil wanita yang sedari tadi menggodanya itu dari belakang dan si wanita menyambutnya dengan hangat. Akhirnya mereka lebur dalam gelora syahwat yang meretas rambu tabu, menjelajahi wilayah yang lebih memuaskan nafsu dengan menautkan dua alat kelamin untuk bersatu.

Suta terus menerus menghujamkan kejantanannya menumbuk titik yang sama di kemaluan wanitanya hingga membuat Lasiem aka Maya gelagapan menerima sodokan-sodokan nikmat dari Suta. Sang kepala desa mendesah desah setiap kali mendorong penisnya ke dalam lubang wanitanya itu. Lasiem aka Maya pun menjerit tak kalah keras setiap kali batang besar Suta menumbuk dan menghujam nikmat liang kewanitaannya. Ternyata siluman perempuan itu sangat menikmati hujaman-hujaman penis Suta. Lasiem aka Maya menjerit keenakan, tubuhnya terlonjak-lonjak akibat hentakan-hentakan keras pinggul Suta. Suta mengangkat kedua paha Lasiem aka Maya lebih lebar dan menghujam kuat batangnya hingga Lasiem aka Maya memekik keras berkali-kali merasakan hujaman-hujaman dari batang kemaluan Suta di dalam lubangnya.

Persetubuhan itu sungguh suatu persetubuhan yang nikmat, menyenangkan dan memuaskan untuk keduanya. Bagi Lasiem aka Maya persetubuhan ini hanya sekedar melampiaskan hawa nafsunya yang tinggi. Namun tidak bagi Suta, ada efek ganda yang merasukinya. Suta menjadi sangat mencintai Lasiem aka Maya. Suta langsung menjadi tergila-gila pada wanita siluman tersebut. Lagi-lagi, hal tersebut terjadi karena ilmu gaib pengasihan yang dilancarkan Lasiem aka Maya telah sempurna bersemayam dalam diri Suta. Wanita siluman ini jelas tahu kalau rasa cinta Suta begitu besar. Perasan yang Suta simpan sangatlah besar. Dan karena itulah wanita siluman ini akan sangat mudah untuk memanfaatkannya.

----- Milf_Love -----

Hardiyem berhasil menemukan Darwis, sang rentenir tua, di sebuah kedai kopi. Dengan sangat santai dan anggun, Hardiyem memasuki kedai kopi tersebut dan duduk di bangku dekat sang rentenir. Darwis dan beberapa anak buahnya langsung bereaksi dengan menggoda wanita cantik nan seksi tersebut.

“Sendirian saja, Neng?” Tanya Darwis dengan muka mesumnya.

“Iya ...” Jawab Hardiyem sambil tersenyum menggoda.

“Boleh akang temenin ...” Kembali Darwis menggodanya.

“Boleh ...” Sahut Hardiyem menggemaskan. Dan tak perlu berpikir lagi, Darwis segera pindah duduk ke bangku Hardiyem. Suara riuh dari anak buahnya pun menggema.

“Siapa namamu neng cantik?” Tanya Darwis begitu percaya diri.

“Maya ...” Jawab siluman perempuan yang berwujud manusia itu.

“Duh ... Namanya cantik, secantik orangnya ...” Goda Darwis yang disambut kerlingan genit Hardiyem aka Maya.

“Makasih ...” Sahut wanita siluman itu sembari sedikit memanyunkan bibirnya seperti melakukan gerakan mencium. Tentu saja bukan gerakan tanpa makna, sebenarnya Hardiyem aka Maya mulai melancarkan ilmu gaib pengasihannya pada sang rentenir.

“Neng bukan orang sini ya ... Dari mana asal neng ...?” Tanya Darwis sambil menggeser duduknya mendekati Hardiyem aka Maya.

“Saya dari kota, kang ... Saya di sini sedang survey sumber mata air pegunungan untuk perusahaan saya ...” Jawab Hardiyem aka Maya.

“Oh ... Ada di sini neng ... Ada di bukit sebelah utara desa ...” Kata Darwis bersemangat.

“Akang bisa mengantarkan saya ke sana?” Suara Hardiyem aka Maya terdengar seperti rayuan dan menggoda.

“Akang siap mengantar neng ... Tapi kalau sekarang kita akan kemaleman ... Lebih baik besok saja ...” Ucap Darwis sembari menggeser lagi badannya hingga hampir bersentuhan dengan Hardiyem aka Maya.

“Kalau begitu ... Saya harus menginap ... Kalau di desa ini ada penginepan gak, kang?” Tanya Hardiyem aka Maya sambil tangannya diletakkan di paha sang rentenir tua itu. Dan tiba-tiba badan Darwis seperti dialiri listrik, tensi birahinya mendadak naik hanya karena sentuhan tangan wanita di sampingnya.

“Penginepan mah gak ada ... Gimana kalau nginep saja di rumah akang?” Darwis sedikit mendesah seraya tangannya menangkup tangan Hardiyem aka Maya yang ada di pahanya.

“Gak ah ... Takut istrinya marah ...” Balas Hardiyem aka Maya mendesah.

“Aku punya rumah yang kosong, neng ... Nginep lah di rumah itu ...” Bujuk Darwis.

Darwis langsung mengajak Hardiyem aka Maya ke rumah kosong miliknya dengan menggunakan motor. Hardiyem aka Maya ‘menemplok’ di punggung Darwis membiarkan payudara montoknya menjadi mainan punggung sang rentenir. Sesungguhnya, Hardiyem aka Maya sedang terus memasukan ilmu gaib pengasihan ke tubuh Darwis. Tanpa disadari oleh Darwis, otak dan hatinya kini diliputi obsesi gila untuk menikmati tubuh wanita di belakangnya itu. Kejantanannya sudah pada tingkat ereksi yang sempurna karena terus digoda oleh payudara yang mengganjal di punggungnya.

Tidak berselang lama, mereka sudah berada di rumah kosong sang rentenir. Walau kosong kondisi rumah sangat bersih karena selalu dibersihkan oleh anak buahnya. Setelah mengunci pintu, Darwis tanpa sungkan memeluk tubuh Hardiyem aka Maya dari belakang. Birahinya sudah sangat menggelegak kala itu. Darwis meremasi payudara Hardiyem aka Maya sambil lidahnya bermain di leher wanita siluman itu.

“Hhhhhmm ... aaahhh ... Ini kok keras begini kang?” Goda Hardiyem aka Maya sambil mengusap-usap kejantanan Darwis dari balik celana komprangnya.

“Iya ... Ingin cepet dimasukin ...” Ucap Darwis sangat bernafsu.

“Hi hi hi ... Udah gak sabar ya ... Tapi, masa di tengah rumah sih ...” Goda Hardiyem aka Maya yang semakin membuat Darwis lupa daratan.

Ditariknya Hardiyem aka Maya ke dalam kamar. Dengan sangat tergesa-gesa, Darwis membugili wanita siluman itu baru kemudian melucuti pakaian sendiri. Darwis benar-benar sudah gila, dengan sedikit kasar mendorong tubuh Hardiyem aka Maya ke atas kasur lalu menindihnya. Malah tiba-tiba memasukan penisnya menghentak kuat vagina Hardiyem aka Maya. Diperlakukan kasar seperti itu malah membuat wanita siluman itu sangat terangsang. Hardiyem aka Maya mengimbangi genjotan Darwis dengan menggoyangkan pinggulnya secara kasar pula.

Pergumulan liar penuh dengan hasrat birahi dan kesyahwatan pun berlangsung cukup lama. Darwis sang rentenir tua memiliki daya tahan yang sangat baik membuat Hardiyem aka Maya mengalami orgasme berkali-kali. Selama berlangsung persetubuhan itu sang wanita siluman secara terus menerus meniupkan ilmu gaib pengasihannya pada Darwis sehingga tertanam sempurna. Hatinya telah dibuat beku sehingga Darwis hanya mencintai wanita siluman itu. Di mata dan di hati Darwis tidak ada wanita lagi selain Hardiyem aka Maya.

----- Milf_Love -----

LENI POV

Telah lama sekali rasanya aku tidak melihat pemandangan indah seperti ini. Tubuh kekar manusia dengan perut rata ditambah dengan otot-otot yang kencang. Dipadukan dengan wajah yang lumayan tampan. Bagaimana pun tubuh manusia lebih indah dan sempurna daripada tubuh bangsa siluman. Mataku tak bosan-bosannya melihat tubuh setengah telanjang sopir dan tukang kebunku yang kekar sembada, yang tengah sibuk membenarkan saluran air pembuangan limbah di belakang rumahku.

Tubuh mereka begitu merangsang dan mencipta suasana dan perasaan sedemikian menggairahkan, menjadi pemicu birahi dan melecut syaraf untuk meminta tindakan yang lebih jauh. Bagiku, tubuh seksi manusia membangkitkan kenangan masa lalu. Kerinduan terpendam, seakan kembali bangkit dan menghanyutkan emosiku. Pijar bara gairah bergetar ditubuh.

Waktu pun semakin berjalan, malam pun telah tiba. Aku melihat sopir dan tukang kebunku mereka sedang asyik ngobrol di teras belakang rumah. Aku hampiri mereka dan bergabung dengan keasyikan mereka. Aku sangat bergairah, libidoku terus menggeliat saat berdekatan dengan mereka. Aku sangat merindukan tubuh manusia, aku sangat ingin merasakan kehangatan tubuh mereka.

“Kalian gak merasa kehilangan teman kencan kalian?” Maksudku adalah siluman perempuan teman tidur sopir dan tukang kebunku yang sedang menjalani tugas.

“Masih lama kah mereka, Bu?” Darman malah balik bertanya.

“Kamu kangen ya?” Godaku mulai menjurus.

“He he he ... Ibu tau aja ...” Darman tersenyum agak disembunyikan.

“Kalian lebih suka ngelonin siluman atau manusia?” Tanyaku menggoda.

“He he he ... Kalau silumannya cantik kayak mereka ... Ya, mendingan dengan siluman.” Jawab Ali.

“Hhhhmm ... Jawab jujur ya ... Cantik mana aku dengan kedua siluman pelayanku?” Aku menatap mereka bergantian. Mereka tersenyum malu dan lama kutunggu jawabannya. “Ayo jawab!” Paksaku.

“Cantik ibu dong ... Jauh kemana-mana ...” Suara Ali pelan dan terkesan ragu-ragu. Mendengar kata-katanya itu membuat gairahku semakin menggebu. Aku mengatur jalan nafasku dan berusaha menahan gejolak birahi yang sedari tadi kutahan.

“Kamu belum menjawab?!” Aku bertanya pada Darman yang sedari tadi menundukkan wajahnya.

“Oh ... I-iya ... Cantik ibu ...” Darman menjawab terbata-bata.

“Kalian telah berbohong ... Dan aku tidak suka dibohongi ... Kalian harus dihukum ...!” Kataku dengan nada intimidasi.

“Bu ... Maaf ...” Kedua pria itu terkejut.

“Kalian ikut aku!” Perintahku.

Langsung saja aku bangkit dari duduk dan berjalan menuju kamarku. Ali dan Darman mengikuti dari belakang. Aku tidak tahu mimik mereka namun yang pasti mereka sangat terkejut dan ketakutan. Tak lama, aku berhenti di ambang pintu kamar, mempersilahkan kedua pria itu masuk duluan baru kemudian aku masuk lalu menutup pintu. Kulihat badan mereka mengkerut dengan wajah menunduk.

“Sebagai hukumannya ... Minum itu ...!” Aku menunjuk dua gelas di meja kecil samping tempat tidur. Mereka memandangku sekilas dengan tatapan heran dan cemas. “Cepat minum!” Perintahku lagi lebih keras dan tegas.

Ali dan Darman mengambil gelas yang sengaja telah aku persiapkan sebelumnya. Kedua gelas itu berisi air putih yang telah kububuhi ramuan perangsang gairah buatan Zalanbur. Tentu efeknya pernah aku rasakan sendiri yang secara tiba-tiba akan merasakan birahi yang menggebu-gebu. Kuperhatikan kedua pelayanku itu meminum ramuanku sangat ragu-ragu namun akhirnya tandas juga. Aku tersenyum senang dan pestaku akan segera di mulai.

Hanya dalam hitungan detik, badan Ali dan Darman terlihat gemeteran. Terlihat sekali kalau mereka salah tingkah dengan muka yang memerah serta gerakan badan yang gelisah. Aku melepas gaunku membiarkannya jatuh di kakiku lalu berjalan menuju ranjang. Sebelum naik ke atas ranjang, aku lepaskan bra dan celana dalam. Tubuh bugilku kini terbaring menyamping, mataku melihat kedua pelayanku yang sedang terbakar oleh nafsu birahinya sendiri. Mereka memandangku dengan tatapan lapar seperti singa yang sedang mengincar mangsanya.

“Buka baju kalian!” Perintahku.

Seperti kerbau dicucuk hidungnya, mereka segera membuka pakaianya masing-masing. Penis mereka tegang bukan main yang menurutku lumayan besar dan panjang. Memang bila dibandingkan kejantanan bangsa siluman yang pernah menggauliku, penis Ali dan Darman sedikit lebih kecil tetapi bentuknya lebih cantik dan menawan.

“Ke sini lah ...!” Perintahku lagi. Keduanya berjalan mendekat ke pinggir ranjang. “Naik!” Kataku dan mereka pun menuruti perintahku.

“Sekarang puaskan aku ... Kalian tau apa yang harus kalian lakukan? ...” Kataku dengan tubuh terlentang pasrah.

Aku memejamkan mata agar mereka tidak sungkan untuk menjamah tubuhku. Tak lama, aku merasakan ada sebuah tangan mulai meraba-raba pahaku yang kemudian disusul oleh sebuah tangan yang besar dan kasar meremas-remas kedua buah payudara milikku sekaligus memainkan putingnya. Perlahan-lahan tangan yang tadinya meraba-raba pahaku mulai merambat ke atas hingga sampai ke payudaraku. Aku bahkan dapat mendengar suara nafas mereka yang semakin memburu.

“Eeeeeennggh…” Aku akhirnya mengeluarkan desahan lembut menggoda ketika merasakan ada dua buah tangan secara bersamaan memilin kedua puting payudaraku.

Sementara itu aku merasakan ada tangan lain yang mengelus-elus pahaku. Perasaanku seperti tersengat ketika dengan perlahan jari-jari tangan tersebut mulai menyentuh dan menekan-nekan vaginaku yang sudah basah kuyup. Jari-jari tadi merayap masuk dan menyentuh dinding kewanitaanku sehingga birahiku naik dengan sangat cepat. Tiba-tiba aku merasakan benda tumpul dan basah, yang kuduga itu adalah sebuah lidah, mulai menyentuh bagian dalam vaginaku.

“Aaaaaahhhhhh ....” Lenguh nikmatku akibat usapan lembut dan basah di area intimku.

Akhirnya aku benar-benar larut dalam kenikmatan yang sedang melanda diriku. Tubuhku serasa lemas tak berdaya membiarkan mereka menjarah seluruh bagian tubuhku. Aku benar-benar terbuai dikeroyok seperti ini. Tubuhku menggelinjang merasakan birahi yang memuncak karena merasa geli sekaligus nikmat di bawah sana. Aku membuka mata. Ali terus menjilati kedua buah payudaraku serta menggigit kecil kedua putingku yang sudah menegang itu. Darman semakin membenamkan kepalanya di antara kedua pahaku, dan karena geli aku pun merapatkan kedua pahaku sehingga kepala Darman terhimpit oleh kedua paha mulusku.

Dikerubuti dan dirangsang sedemikan rupa membuat aku merasakan gejolak yang luar biasa melanda tubuhku tanpa bisa kukendalikan. Terus-terusan menerima serangan birahi secara bersamaan dari dua orang pria yang berbeda pada daerah sensitifku, aku jadi tidak kuat menahan lama-lama. Sehingga dalam waktu beberapa menit saja tubuhku sudah seperti tersengat arus listrik yang menandakan kalau sebentar lagi aku akan mencapai puncak.

“Aaaaaahhhhhh….!!!” Aku berteriak kencang melampiaskan rasa nikmat di dalam tubuhku. Tidak lama kemudian cairan orgasmeku mengalir keluar dari vaginaku. Tubuhku mengejang hebat, lalu kedua pahaku menjepit kepala Darman dengan sangat kencang. Darman yang berada tepat di depan lubang vaginaku semakin liar menjilati vaginaku yang sudah sangat basah oleh cairanku tadi.

Luar biasa, kedua pelayanku memperlakukan aku sangat lembut. Mereka memberiku jeda beristirahat sambil membelai-belai tubuhku. Inilah yang membedakan bangsa manusia dengan bangsa siluman. Manusia lebih bisa memperlakukan wanita di atas ranjang daripada bangsa siluman yang cenderung kasar.

Aku melihat ke arah penis mereka dan aku menemukan kalau penis Darman lebih besar dari Ali, hitam serta dipenuhi urat-urat menonjol. Aku bangkit kemudian naik ke atas tubuh Darman lalu membimbing penisnya untuk masuk ke dalam vaginaku. Batang penis Darman membuat liang vaginaku terasa cukup sesaknya. Urat-urat pada batang penis itu berdenyut- denyut menambah sensasi yang kurasakan.

“Oooooohhh… Aaaaaahhhh…!!” Erangku karena tidak kuat merasakan sensasi luar biasa yang ditimbulkan dari tusukan penis Darman pada vaginaku. Di saat yang bersamaan, Darman juga menjilati payudaraku dan menggesek-gesekkan kumis tipisnya ke putingku yang membuat birahiku semakin memuncak.

“Aaaaaaaaaahhhh…” aku semakin mendesah menerima sodokan penis sekaligus jilatan pada payudaraku.

Kemudian aku menggoyangkan pinggulku dengan liar di atas penis Darman. Dia hanya bisa meringis dan mengerang, terutama saat aku membuat gerakan meliuk yang membuat penisnya seolah-olah dipelintir olehku. Aku bahkan semakin terangsang ketika melihat ekspresi kenikmatan di wajah Daman. Kugerakan pinggulku semakin liar seakan ingin memakan penisnya oleh vaginaku.

Aku gapai penis Ali dan menariknya agak kuat sampai ia agak berteriak. Ali bergerak karena tarikanku pada penisnya. Penis Ali kubawa ke mulutku. Dengan tidak sabaran, Ali malah menjejali mulutku dengan penisnya, penis itu ditekan-tekankan ke dalam mulutku hingga wajahku hampir terbenam pada bulu-bulu kemaluannya. Aku pun menelan penis Ali hingga menyentuh daging lunak di tenggorokanku. Kedua buah zakarnya juga aku pijati lembut dengan jari-jari tanganku yang membuat pemiliknya semakin mendesah tidak karuan karena menikmati pelayanan dari mulut serta tanganku sekaligus.

Dan karena aku sangat larut dengan semuanya, kurasakan cairan vaginaku deras menerjang,lagi lagi aku squirt. Namun aliran cairan vaginaku tertahan oleh penis Daman yang sedang keluar masuk liang nikmatku sehingga berbunyi setiap kali penisnya menerobos vaginaku. Sampai saat ini aku sudah tidak bisa menghitung lagi berapa kali penis Darman timbul tenggelam di vaginaku namun yang jelas aku merasakan penis Darman yang sedang mengisi vaginaku mulai berdenyut-denyut menandakan kalau ia akan mencapai orgasme.

“Aaaaahhhh… Buuuuuuuu!! Keluuaaaaaaarrrr......!!!” Pekik Daman.

Benar saja, Daman menyemburkan spermanya yang hangat ke dalam rahimku. Ketika nafas Daman mulai tersengal-sengal, dia memutuskan untuk menghisap-hisap payudaraku dengan mulutnya sambil menunggu penisnya memuntahkan semua isinya ke dalam vaginaku. Lama-kelamaan semburan sperma Darman semakin melemah hingga akhirnya berhenti sama sekali.

Aku pun turun dari atas tubuh Darman lalu merebahkan diri terlentang. Aku tarik Ali agak kasar hingga menindihku. Aku pun menekuk kedua kakiku lalu melebarkannya untuk bersiap disetubuhi oleh Ali. Dengan penuh nafsu Ali menjejalkan penisnya yang tidak kalah besar dari milik Daman ke dalam vaginaku. Kedua mataku terbelalak merasakan kembali sesaknya vaginaku. Kemudian Ali diam sejenak untuk menikmati liang vaginaku yang terasa begitu hangat.

“Aaaaahhhh ....” Desah Ali.

Karena sekarang vaginaku sudah banjir dengan cairanku serta sperma Daman, maka penis milik Ali dapat lebih mudah untuk masuk ke dalam vaginaku. Kini vaginaku sudah dimasuki oleh penis bangsa manusia untuk kedua kalinya. Namun aku sungguh menikmatinya dengan penuh penghayatan, sampai-sampai dengan tidak sadar aku menutup mataku.

“Oooohh… Aaaahhh…!! Uuuummhhh…!!” Aku semakin menggila saat Ali mulai menggerakkan penisnya di dalam vaginaku.

Ali terus menggerakkan penisnya ke dalam vaginaku dengan sangat cepat. Saat itu yang dapat terdengar hanyalah suara gesekan penis dengan vagina serta suara desahan nafasku dan Ali yang saling memburu. Sambil menggenjot dia juga bergantian menjilati daerah leher dan payudaraku. Apa yang dilakukan olehnya semakin membakar sensasi seksual tubuhku yang terus menggeliat penuh nikmat. Sodokan demi sodokan Ali benar-benar luar biasa, seolah memompa gairahku menuju orgasme. Keringat Ali sampai jatuh membasahi tubuhku yang juga tidak kalah basah oleh keringat.

“Aaaaaaaaaaaaahh… keluaaaaarr …!!” Karena sudah tidak tahan lagi aku melepaskan orgasmeku yang kedua.

“Oooooohh… Sa-sayaaaa jugaaaaa keluaaaaar Buuuuu…!! Ooooooh…!!!” Erang Ali panjang ketika memuntahkan cairan putihnya ke dalam vaginaku bersamaan dengan orgasmeku yang sudah kutahan-tahan dari tadi.

Tak bisa dipungkiri, aku sungguh menikmati ‘permainan ranjang’ ini. Kualitas kenikmatannya tidak bisa menandingi kenikmatan hubungan seksual dengan bangsa siluman. Di sini aku sangat leluasa mencari kenikmatanku sendiri. Aku tenggelam dalam kenikmatan bercinta yang tak pernah aku rasakan sebelumnya. Bercinta seperti ini rasanya telah menjadi candu yang tidak bisa diobati. Buktinya, aku terus melakukan persetubuhan dengan kedua pelayanku ini hingga hari menjelang subuh.

Bersambung

Rabu, 06 November 2019

Pesugihan 5

Wanita cantik itu mematut di depan cermin dengan mata berbinar-binar. Leni memperhatikan dirinya yang telah berubah. Perlahan Leni membuka pakaiannya hingga tak bersisa, ia lalu menatap tubuhnya dipantulan cermin. Kemudian dalam hatinya langsung berkata kalau dirinya kini lebih cantik dan lebih molek dari yang dulu. Sekarang tidak ada orang yang dapat mengenalinya lagi, karena perubahanya itu. Selain berubah penampilan fisik, Leni pun merubah identitas diri dengan mengganti nama belakangnya.

Beberapa menit berselang, wanita cantik itu mengeluh dalam hati. Leni membaringkan tubuhnya yang telanjang di atas kasur. Lagi-lagi ia harus menahan hasrat seksual yang setiap hari dan setiap malam menyerangnya. Leni melenguh panjang dan pelan, merasakan tubuhnya makin panas dan terangsang. Rasa menggelitik di perut bagian bawah makin menggila dan menggelora. Nafasnya memburu dan kini pikirannya sudah tidak terkontrol, nafsu birahinya semakin membara.

“Maaf Kanda ... Aku sudah tidak kuat ...” Gumamnya sambil mencium cincin intan berlian pemberian Zalanbur.

Tak lama, muncul gumpalan asap hitam, kemudian dari dalamnya keluar Zalanbur sang raja. Zalanbur mengetahui benar apa yang dirasakan permaisurinya itu. Tanpa berkata, sang raja siluman mendekati sang permaisuri yang disambut oleh pelukan mesra Leni. Zalanbur langsung menindih dan membenamkan kejantanannya yang gagah perkasa ke dalam vagina Leni.

“Aaahhh ... Kanda ... Aaakkuu ... Merindukannyaaaaa ....” Lenguh nikmat Leni.

Zalanbur terus menyetubuhi Leni. Penisnya yang besar dan panjang terus bergerak dengan lincah, keluar masuk merasakan gesekan dinding vagina. Leni pun demikian, dia sangat menikmati persetubuhan ini. Leni terus mendesah dan mengerang merasakan nikmat permainan, tubuhnya terus menggeliat. Birahinya terus mendaki puncak-puncak kenikmatannya. Peluh sudah membanjiri wajah cantik dan tubuh moleknya. Rasa dingin udara malam, tak lagi dirasakannya, hanya kehangatan birahi yang ada. Penis raksasa itu semakin cepat bergerak dan membawa Leni pada puncak kenikmatannya. Tubuhnya mengejet, beberapa kali dalam dekapan sang raja siluman.

Untuk sementara Zalanbur menghentikan gerakkan penisnya. Setelah Leni menikmati masa orgasmenya dia mulai bergerak lagi, menyetubuhi permaisurinya yang cantik itu.
“Ahhh… Kandaaa… aaaaahhh…” Erang Leni. Zalambur terus bergerak beberapa saat lagi sampai dia melepaskan benihnya. Leni dapat merasakan cairan cinta Zalanbur mengisi liang vaginanya dan terus mengalir masuk ke rahimnya.

“Maafkan aku kanda ... Aku tidak kuat menahannya ...” Lirih Leni sambil mengusap wajah Zalanbur mesra.

“Aku yang harus minta maaf ... Aku lupa memperhitungkan kebutuhan seksmu dinda ... Walau keinginan seks dinda berkurang sangat banyak, tetapi di alam manusia dinda termasuk ke dalam golongan hiperseks ...” Jelas Zalanbur.

“Lalu bagaimana? Haruskah aku memanggil kakang setiap hari, saat aku membutuhkannya?” Keluh Leni.

“Itu tidak mungkin ... Sekarang aku ijinkan dinda mencari pasangan sendiri untuk menyalurkan gairah dinda ...” Ucap Zalanbur memberi kebebasan seks pada permaisurinya.

“Benarkah kanda?” Tanya Leni sangat senang.

“Ya ...” Jawab Zalanbur.

“Kanda ... Aku ada permintaan ...” Ucap Leni manja.

“Apa permintaanmu ...?” Tanya Zalanbur.

“Aku ingin kanda membunuh seorang bangsa manusia ... Aku sangat sakit hati padanya.” Pinta Leni.

“Tidak mudah membunuh bangsa manusia, dinda ... Bangsa jin sepertiku tidak bisa membunuh manusia tanpa ada perjanjian terlebih dahulu ... Jika itu dilanggar, maka akan menimbulkan bencana yang sangat besar bagi bangsa jin ...” Jelas Zalanbur pada permaisurinya.

“Lantas aku harus bagaimana kanda? Aku sangat sakit hati pada orang itu.” Ucap Leni sedikit murung.

“Lakukanlah dengan cara manusia ... Pakai tipu muslihat ...” Saran Zalanbur.

“Oh ... Gitu ya kanda ... Baiklah kalau begitu ...” Sahut Leni. “Kanda ... Bolehkah aku minta satu permintaan lagi!” Lanjut Leni.

“Katakanlah!”

“Aku minta pelayan dari bangsa siluman ... Untuk melayaniku dalam segala hal, termasuk kebutuhan ranjangku ...” Pinta Leni pelan dan malu-malu.

“Baiklah ... Berapa yang kau perlukan?” Tanya Zalanbur sembari bangkit dari tubuh Leni.

“Eem ... Lima ... Sepuluh ...” Sahut Leni yang juga ikut bangkit dari posisinya.

“Baiklah ....” Jawab Zalanbur.

Bagi Zalanbur tidaklah sulit untuk memanggil wadya balad tentaranya. Lima siluman raksasa yang sakti mandraguna terpilih sebagai pelayan sang permaisuri. Tiga siluman laki-laki dan dua siluman perempuan. Semua siluman tersebut memiliki kesaktian yang tinggi diantaranya memiliki ilmu mengubah diri sebagai manusia yang bisa diraba dan dirasa bangsa manusia, sebagaimana ilmu yang dimiliki Zalanbur dan Mareksa sang gendruwo. Setelah itu, Leni memberikan penjelasan dan pengarahan kepada para anak buah silumannya tentang tugas mereka. Dengan kedigdayaan yang dimiliki Zalanbur, kelima siluman raksasa itu tunduk dan patuh pada perintah Leni.

-----Milf_Love-----

Pagi yang cerah, matahari bersinar terang, udara yang sejuk, gemercik air yang tenang, kicauan burung menambah suasana syahdu, sarapan tersedia lengkap di atas meja makan segelas susu dan sepotong roti selai coklat. Leni mulai menikmati sarapan paginya dengan ditemani kedua pembantunya. Leni memperlakukan kedua pembantunya itu seperti layaknya teman atau sahabat karena umur keduanya tidak berbeda jauh dengan dirinya.

“Nyai ... Semalem tadi saya takut ... Seperti ada yang ganggu ...” Ucap Tika, pembantu yang memiliki badan yang tinggi agak gempal tetapi tidak gemuk.

“Eh ... Sama ... Saya juga seperti ada yang megangin susu, nyai ...” Sambung Ina sembari meremas payudaranya sendiri yang berukuran jumbo.

“Tenang saja ... Nanti juga terbiasa ... Mereka cuma jail tapi baik kok ...” Jelas Leni santai. Wanita cantik itu mencoba sedikit demi sedikit memperkenalkan siluman-siluman pelayannya pada kedua pembantu itu.

“Mak-maksud Nyai apa?” Tanya Tika dengan mata terbelalak karena kaget.

“Mereka itu pelayanku ... Jangan takut ... Santai aja ...” Leni kembali mencoba menenangkan mereka.

“Jadi ... Nyai pelihara jin?” Tanya Ina ingin yakin.

“Iya ... Jin penjaga ... Mereka tidak jahat hanya jail aja ...” Jawab Leni sambil tersenyum.

“Takut ah nyai ... iiihhhh ...” Tika bergidik merasakan bulu kuduknya berdiri.

“Makanya kalian harus kenalan supaya gak takut ...” Ucap Leni.

“Nyai ah ... Gak mau ... iihhh ...” Kini Ina yang bergidik.

“Kalau kalian gak mau kenalan ... Dijamin rugi ... Mereka ganteng-ganteng lo ...” Bujuk Leni dan sukses membuat Tika dan Ina interest.

“Masa sih Nyai ... Biasanya bangsa jin, mukanya jelek-jelek dan menyeramkan ...” Kata Tika mulai menggeser duduknya mendekati Leni.

“Kalau yang ini nggak ... Piaraanku ganteng-ganteng ... Hi hi hi ...” Kata Leni.

“Serius, Nyai? Kalau ganteng mah ... Kenalin dong ...!” Keluar gaya kemayu Ina.

“Pasti aku kenalkan pada kalian ... Tapi kalau kalian siap ...” Jelas Leni.

Dan obrolan seru tentang jin pelayan Leni pun mengular tak kunjung berhenti. Perlahan antusias dan keberanian Tika dan Ina pun muncul dan terpupuk. Leni pun mulai memperlihatkan keganjilan-keganjilan pada kedua pembantunya, seperti piring melayang, gelas tertuang air dan segala macam hal yang bergerak sendiri tanpa campur tangan manusia. Awalnya Tika dan Ina ketakutan namun lama kelamaan rasa takut itu berkurang.

“Tuh mereka di belakang kalian ...” Kata Leni santai sembari tersenyum.

“Nya-nyai ... sa...saya takut ...” Tika gemetar seluruh badannya.

“Gak usah takut ... Santai ... Percaya kalau mereka baik ... Dan inget, ganteng ...” Leni terus memotivasi mereka. “Coba sini tangan kalian ...” Ucap Leni. Kedua pembantu itu menyodorkan tangan kanannya. “Coba rasakan sama kalian ...” Lanjut Leni. Seketika itu juga, Tika dan Ina merasakan usapan ringan di tangan mereka masing-masing.

“Nyai ... Ada yang usap tangan saya ...” Ina merespon.

“Iya Nyai ... Tangan saya juga ...” Timpal Tika.

“Mereka juga ingin berkenalan dengan kalian ...” Lirih Leni sambil terus tersenyum.

“Mereka baik kan ... Nyai ...” Ucap Ina ingin keyakinan.

“Ya ...” Jawab Leni singkat namun penuh penekanan.

“Ganteng...?” Tanya Tika sambil tersipu.

“Ya ... Jadi sepertinya kalian sudah siap melihat mereka langsung ...” Kata Leni.

“I-iya ... Nyai ...” Jawab Ina namun ia berlari dan berdiri di belakang Leni. Begitu pun Tika yang bersembunyi di balik tubuh Leni.

Leni yang merasa kedua pembantunya sudah siap dan memang harus mengetahui makhluk astral pelayannya, segera saja menyuruh para siluman itu menampakan diri tetapi dengan bentuk dan rupa manusia, bukan bentuk aslinya. Tika dan Ina bersembunyi di balik tubuh Leni yang sedang duduk di kursi, kedua mata mereka tertutup rapat-rapat. Untuk sejenak, Leni membiarkan kedua pembantunya bertingkah demikian.

“Tika ... Ina ...” Ucap Leni lembut namun seperti perintah bagi keduanya.

Kedua wanita itu perlahan-lahan membuka matanya kemudian keluar dari persembunyiannya. Sontak saja kedua wanita itu terkejut dengan apa yang dilihatnya. Tidak ada wajah seram, tidak ada kesan angker atau wajah yang aneh-aneh. Lima siluman pelayan sang majikan ternyata manusia biasa yang tampan dan cantik. Tidak tampak pakaian seperti pakaian kerajaan atau pakaian jaman dulu malah terkesan lebih modis pakaian di alam manusia.

“Kenalan sana ...!” Perintah Leni pada kedua pembantunya.

Singkat cerita, terjadilah perkenalan antara manusia dengan siluman, perkenalan antara kedua pembantu itu dengan kelima siluman pelayan sang majikan. Walau tempo perkenalan mereka sangat singkat, tetapi sudah mampu membibitkan rasa luar biasa di hati kedua pembantu tersebut. Mereka langsung akrab satu sama lain bahkan mulai saling bercanda. Leni sangat senang dengan situasi ini karena bagaimana pun siluman pelayannya memerlukan penyaluran syahwat mereka yang bisa didapatkan dari kedua pembantunya.

Dengan cara yang sama, Leni memperkenalkan siluman pelayannya kepada sopir dan tukang kebun. Ali sebagai sopir dan Daman sebagai tukang kebun yang keduanya berumur sekitar 30 tahunan diperkenalkan kepada para siluman. Proses perkenalan tidak sesulit dan serumit kepada para pembantunya. Sopir dan tukan kebun langsung ‘In’ dengan siluman-siluman itu terutama para siluman perempuan.

-----Milf_Love-----

Malam yang dingin tidak membuat Leni merasa kedinginan. Tubuhnya yang bugil terduduk di pinggir ranjang serasa merinding, bukan karena ketakutan ataupun kedinginan melainkan oleh gairah birahi yang mengaliri sekujur tubuhnya. Seperti aliran listrik yang membawa sensasi tersendiri hingga tubuh Leni menggeletar. Getaran itu semakin tinggi ketika salah satu siluman pelayannya dengan perlahan mendekatinya, dengusan siluman raksasa itu semakin membuat kewanitaan Leni menggeliat bergairah. Tanpa terasa, sosok tinggi besar itu telah begitu dekat sekali dengannya. Sang siluman itu kini berada di antara kedua paha mulus Leni yang seolah mengangkang begitu saja untuk membukakan jalan untuk peliharaannya berbuat sesuatu. Tanpa sadar Leni berkata lirih pada makhluk itu, ”Kemarilah …cepatlah .... berilah aku kenikmatan gairah nafsumu.“

“Ooooh .... Agggghh ...!” Leni pun mulai mengerang dengan kedua matanya merem melek didera birahi yang kian menghentak jiwanya. Kejadian itu sangat menggelitik gairahnya. Siluman itu dengan disertai dengusannya ternyata menjulurkan lidah yang panjang kesat dan mulai menjilati selangkangan Leni yang terbuka lebar.

Leni tersentak dan menjerit kembali bercampur nikmat serasa sampai ke ubun-ubun, tubuhnya bergerak erotis mengikuti jilatan lidah siluman itu pada liang vaginanya, bahkan Leni seperti merindukan sesuatu untuk bisa menuntaskan gairah nafsunya yang begitu sangat menggebu minta disetubuhi. Leni merasakan kenikmatan jilatan lidah panjang siluman itu sungguh luar biasa. Gerakan-gerakan lidah panjang kesat makhluk siluman itu begitu liar saat mengaduk-aduk gua kenikmatannya. Tak lama kemudian selangkangan Leni telah basah kuyup dengan lendir kewanitaannya. Leni tak kuasa menahan erangan-erangan yang keluar dari mulutnya

“Aaaaah ... Ooooh ... niikkmmaaattt ...!” Bagai orang yang kesurupun Leni menjemput puncak orgasmenya dengan cepat, dengan tubuh bergetar yang melengkung ke atas, Leni mengerang nikmat tiada putusnya saat jilantan lidah kesat anjing siluman itu mengais-ngais bibir kemaluannya. Pada puncaknya, Leni merasakan tubuhnya terasa lemas seperti tak bertulang. Sambil mengerang panjang badannya bergetar lalu terhempas ke belakang ke tempat tidur yang empuk.

Tak lama, perasaan birahi Leni kini muncul kembali dengan tiba-tiba, kemudian Leni menatap mata makhluk itu yang juga sedang memandangi dirinya. Leni mengambil posisi menungging dan bertumpu dengan kedua punggung tangannya di tempat tidur. Dan siluman raksasa itu naik ke atas tempat tidur lalu merapatkan selangkangannya ke pinggul Leni dan mencengkeramnya. Kedua pinggul mereka pun bersatu, dan bulu-bulu sang siluman itu serasa menggelitik geli kulit pantat Leni.

Secara spontan, terjadilah persetubuhan antara ibu muda yang cantik dan makhluk siluman berwujud raksasa itu. Dengan perlahan disertai dengus nafasnya siluman pelayan itu menusukan penisnya ke liang vagina ibu muda itu. Seketika Leni pun mengerang panjang saat batang kejantanan makhluk siluman itu kian membesar dan kandas di dasar rahimnya, dan dirasakan oleh Leni batang kejantanan yang mulai terasa panas berdenyut denyut.

“Aaaachhh .... eennaaakk ... Ooooh ...!” Tubuh Leni bergetar hebat dengan kedua mata yang merem melek saat makhluk siluman itu mulai memacu gerakan penis keluar masuk vaginanya. Kenikmatan penis besar panjang yang menggesek dinding vaginanya membuat Leni menjerit histeris di sepinya malam.

“Oooh ... teruuuus enaaak ...” Dan siluman itu kian liar dan bernafsu menyetubuhi ibu muda itu dengan suara menggeram bagai serigala lapar.

Erangan nikmat Leni telah membuat makhluk hitam itu kian buas dan dengan keras memompa penisnya di liang vagina Leni. Leni bagaikan anjing betina yang sedang birahi saat disetubuhi oleh sang jantan yang gagah perkasa. Ibu muda itu melolong panjang karena didera oleh rasa kenikmatan yang luar biasa. Gesekan penis siluman yang bergerigi itu membuat dinding vaginanya ikut berdenyut-denyut tiada henti. Dengan meremas remas sprai tempat tidurnya ibu muda itu mengerang nikmat dengan kepala mendongak ke langit langit kamar.

“Oh ... Ooooh toloooong teruuuus enaaaaaak… Agggggh...!” Leni merasakan sensasi yang sangat luar biasa.

Bentuk dan perilaku alat kelamin makhluk itu sendiri sangat berbeda. Kejantanan makhluk itu terasa semakin membesar dan membengkak sewaktu telah berada di dalam tubuhnya. Belum lagi alat kejatanan makhluk itu terasa begitu panas di dalam liang vaginanya. Saat siluman itu mulai memacu berahinya dengan liar, Leni mengerang nikmat kembali dan pinggulnya mengikuti irama kocokan makhluk perkasa itu. Suara bisikan ghaib dari makhluk itu merasuk ke dalam jiwa Leni, bisikan itu begitu memukau dan merangsangnya hingga membuat Leni kian liar dan bergoyang erotis dengan tubuh bergetar. Nafas Leni serasa hendak putus oleh karena didera kenikmatan penis besar makhluk siluman.

Kenikmatan disetubuhi oleh makhluk siluman itu telah membuat Leni berkelojotan dengan tubuh menggeletar, kenikmatan itu serasa membuat sukmanya terbang melayang keawang awang, dan Leni pun menjerit histeris, “Oooooh .... ampuuuun enaaaak ... enaaaakkk .... aaaccchhhh ...!“ Leni pun meracau nikmat saat lahar panas siluman itu menyembur dengan deras ke dalam rahimnya. Akhirnya tubuh Leni ambruk di kasur empuk, dan jilatan lidah panjang siluman itu di sekujur punggung Leni adalah sebagai isyarat, pertanda belaian mesra dari sang makhluk ganjil untuk mengucapkan terima kasih kepada ratunya.

-----Milf_Love-----

Angin semilir menelusup celah-celah helai rambutnya. Menikmati sore yang menggantungkan matahari di ujung barat untuk segera menyembunyikan dirinya. Menebarkan kilau emas keoranyean di langit kala itu. Dedaunan yang gugur melayang-layang terbawa angin. Sedikit menyapu ujung rambut dan menyapa kulit menimbulkan sensasi aneh yang sejuk atau lebih sering disebut dingin. Wanita cantik yang sedang berdiri di balkon rumah melihat seseorang masuk ke halaman rumahnya dengan tergopoh-gopoh. Leni turun ke lantai satu untuk menemui orang yang dilihatnya tadi. Sesampainya di lantai satu, Leni pun segera mempersilahkan orang tersebut masuk ke dalam rumahnya lalu mempersilahkan duduk.

“Bagaimana pak hasilnya ...?” Tanya Leni penasaran.

“Maaf Bu ... Orang yang Ibu cari sudah tidak ada ... Orang yang bernama Hilman sudah meninggal dunia ...” Jawab sang tamu.

“Meninggal??? Meninggal karena apa???” Pekik Leni sangat terkejut sampai-sampai badannya bergetar hebat.

“Maaf Bu ... Hilman dibakar warga ...” Ucap sang tamu lirih sambil memalingkan mukanya karena tak kuat menatap wajah wanita di hadapannya. Sang tamu merasakan aura yang sangat hebat memancar dari wajah cantik itu, yaitu kemarahan yang teramat sangat.

“Kenapa warga membakar dia?” Leni mengeluarkan suara geramnya yang mendirikan bulu roma siapa pun yang mendengarnya.

“Ka-karena dituduh melakukan pesugihan ... Orang itu dituduh memberikan tumbal ...” Kata sang tamu lagi yang masih tetap tak berani memandang Leni.

“Siapa dalang yang menggerakan warga membakar Hilman?” Tanya Leni dengan suara yang sedikit melembut.

“Orang itu bernama Darwis ... Rentenir tua yang rumahnya dekat kantor desa ...” Jawab sang tamu. Seketika saja itu Leni teringat pada masa-masa dirinya masih bersama Hilman. Leni teringat pada laki-laki setengah baya yang menagih hutang dengan ancaman kalau dirinya akan menjadi pengganti untuk pembayaran hutang.

“Kalau anak-anaknya?” Tanya lanjut Leni.

“Saya tidak tahu, bu ... Kami sekampung tidak tau istri dan anak-anak Hilman.” Jawab sang tamu sembari membungkuk-bungkuk badannya.

“Hhhhmm ... Ya sudah ... Ini upahnya ... Dan ingat! Tidak boleh ada orang yang tahu kalau aku menyuruhmu mencari Hilman dan anak-anaknya ...” Ucap Leni sambil menyerahkan amplop berisikan uang pada sang tamu.

“Baik, Bu ...” Sahut sang tamu lalu mundur dari hadapan Leni.

Wanita itu memikirkan apa yang barusan ia dengar, dan terngiang-ngiang semuanya di dalam isi kepalanya. Leni merasakan kejahatan dan ketidakadilan, tiba-tiba muncul perasaan marah dan tersinggung yang menggunung. Leni menganggap rentenir tua itu sudah melewati batas dan bersikap keterlaluan. “Hutang nyawa dibayar nyawa, seribu maaf kan percuma, jika nyawa telah berpisah dengan raga.” Kata hati Leni sangat geram.

Bersambung