Sabtu, 24 Februari 2024

Pesugihan 2

Kehidupan Leni di istana Zalanbur termasuk yang paling beruntung, karna dirinya tidak mengalami penyiksaan seperti manusia-manusia lain sebelum Leni yang dijadikan tumbal pesugihan. Banyak manusia tumbal pesugihan yang dijadikan budak sahaya yang sering disiksa oleh majikannya. Sangat beruntung bagi Leni ‘dipelihara’ oleh Zalanbur dan hanya bertugas melayani urusan nafsu syahwat Ranggawelang saja walaupun Leni harus melakukannya dalam frekuensi yang tinggi dan itu di luar batas kemampuan manusia. Untunglah Zalanbur pun mengamati dan mengerti hal itu.
Suatu hari, ia memberikan ramuan yang tujuanya untuk meningkatkan daya tahan dan nafsu seksual bertambah kepada Leni. Supaya Leni bisa mengimbangi Ranggawelang.

“Minumlah…” Kata Zalanbur .

“Apa ini, Tuan…?” Tanya Leni sambil melihat minuman berwarna kecoklatan yang disodorkan Zalanbur padanya.

“Jamu, ramuanku… untuk menambah daya tahan tubuhmu dan meningkatkan birahimu…” Kata Zalanbur tersenyum. “Aku lihat kau agak kewalahan melayani ganasnya nafsu Ranggawelang…” Lanjutnya.

Leni tersipu malu. Mukanya bersemu kemerahan seperti udang rebus. Ia baru sadar bahwa Zalanbur mengamati setiap aktifitasnya bersama ajudannya itu. Memang benar apa yang dikatakan oleh tuannya itu,kalau dirinya sangat kewalahan melayani nafsu seks Ranggawelang.

“Minumlah, tak usah ragu… Setelah kau rutin meminum ramuan ini… bahkan nanti kau lah yang akan minta jatah kepada ajudanku itu…” Jelas Zalanbur. “Sekarang ini kan dialah yang selalu mendatangimu?untuk minta bersetubuh…? Nanti keadaan bisa terbalik…” Kata siluman tua itu sambil terkekeh mesum.

Dalam hati,Leni agak sangsi dengan kata-kata Zalanbur "Benarkah ramuanya bisa berefek seperti itu? Sekarang saja, rasanya aku sudah sangat kewalahan melayani nafsu seks Ranggawelang. Alat kelaminku pun rasanya hampir-hampir lecet karena terus-menerus digunakan sepanjang hari,yah.... Sepanjang hari!".sambil tatapanya tdk terlepas dari ramuan itu.

“Kita lihat saja nanti kalau kau tak percaya..” Lanjut Zalanbur. “Kalau kau mengeluh kelaminmu terasa lecet, dan sulit mengimbangi frekuensi sex ajudanku, asal kau tau,keluhanmu itu adalah wajar… karena selama ini kau masih dalam batas daya tahan tubuh manusia. Lagipula,kau belum meminum ramuanku ini, silahkan kau minum ini. ” Jelas Zalanbur seolah bisa membaca pikiran Leni.

Leni pun kembali tersipu malu. Ia akhirnya menerima penjelasan dan ramuan Zalanbur. "Apa salahnya dicoba ramuan ini" batin Leni. Jika benar apa yang dikatakan tuannya itu, bukankah manfaatnya juga bagi dirinya sendiri. Karena itu Lenipun memutuskan meminumnya tanpa banyak pikir lagi. "Hmmm...rasanya percampuran antara pahit dan pedas. Tp terasa hangat di tenggorokan". Lagi,leni membatin.

“Minumlah ramuan itu tiap hari. Cukup sekali saja sehari. Nanti kutunjukkan tempat penyimpanannya.” Kata Zalanbur setelah wanita itu menghabiskan isi gelasnya. Leni hanya mengangguk sambil tersenyum berterima kasih.

Baru saja Leni meletakkan gelasnya di atas meja, tiba-tiba terdengar bunyi pintu dibuka dengan keras. Ternyata Ranggawelang telah berdiri di muka pintu dengan wajah yang beringas menahan nafsu. Leni tersenyum melihat kekasih barunya itu. Ia tahu kalau Ranggawelang bermaksud meminta jatah padanya.

“Maaf, Tuan … Saya permisi dulu.” Kata Leni meminta izin pada siluman tua itu sambil tersenyum geli melihat raut wajah Ranggawelang yang tampaknya sudah tak kuat lagi membendung nafsunya.

“Waah, panjang umur… baru saja kau minum ramuanku, ternyata sekarang kau bisa praktek langsung… Baiklah, selamat bersenang-senang….” Jawab Zalanbur yang penuh pengertian.

Ranggawelang bergegas melompat mendekati gundiknya. Tangannya yang panjang kekar dan berbulu menggapai ke atas menyentuh punggung Leni yang telanjang lalu mendorongnya. Leni yang sudah mengerti, segera mengubah posisinya dari berdiri jadi menyentuh lantai dengan kedua lutut dan tangannya sambil membelakangi Ranggawelang. Wanita itu mengambil posisi untuk disetubihi oleh Ranggawelang dari belakang, sebagaimana layaknya sepasang hewan yang akan kawin.

Leni memang selalu siap untuk disetubuhi setiap saat karena selama tinggal di istana Zalanbur, ia tak pernah mengenakan pakaian sehelai pun, alias telanjang. Satu-satunya aksesori yang menempel di tubuhnya adalah seuntai kalung. Itu dikenakannya sebagai penanda bahwa ia adalah piaraan Zalanbur. Ranggawelang pun mengenakan kalung yang sama pula.

Tanpa malu dihadapan Zalanbur, Leni dan Ranggawelang memulai persetubuhannya. Leni pun tersenyum nikmat ketika merasakan penis kekasihnya yang besar dan keras memasuki dirinya. Inilah yang memang ditunggu-tunggunya. Terasa begitu panas dan kasar. Leni mendesis merasakan kekasihnya menyentuh dan memasuki dirinya. Dinding vaginanya terasa bertabrakan karena denyutan yang kuat dan minta diisi. Rasa geli geli nikmat di kelentitnya, mengganggu ia untuk lebih meresapi rasanya, membuat Leni menggeleng pelan antara hasrat dan setengah kesadarannya.

Leni merasakan rambutnya yang panjang terurai itu ditarik Ranggawelang ke belakang. Ia pun memasrahkan tubuhnya kepada Ranggawelang yang sedang birahi itu. Sementara tangannya memegangi rambut Leni, pinggul Ranggawelang mulai bergerak maju mundur menggesekkan penisnya di dalam alat kelamin wanita itu. Leni pun sesekali tertahan nafasnya. Matanya merem melek sambil mendesis-desis merasakan kenikmatan itu.

Beberapa saat kemudian, Ranggawelang meningkatkan genjotannya pada tubuh wanita itu. Demikian kuatnya hingga tubuh putih mulus itu terhempas-hempas. Kedua tangan Ranggawelang yang kekar lalu memegangi pinggang Leni supaya tak terlepas. Leni pun tak kuat untuk tak mengeluarkan suara-suara erangan dan jeritan kenikmatan sebagai reaksi genjotan itu. Vagina Leni terasa makin panas. Runtutan orgasme pun tak terelakkan lagi. Sementara kedua tangannya mencengkeram lantai, jeritan-jeritan nikmat pun terlontar dari mulutnya.

Zalanbur hanya tersenyum mengamati tingkah polah kedua makhluk yang berbeda spesies dan berbeda kelamin itu. Lalu ditinggalkannya sepasang kekasih yang sedang kawin di ruangannya itu.

Sesungguhnya Ranggawelang adalah sejenis siluman dari golongan kera. Ranggawelang adalah seekor kera putih jantan bertubuh kekar berotot besar. Wajahnya berwarna merah dengan hidung berwarna biru. Di bawah hidungnya terdapat sepasang jenggot dan kumis panjang berwarna putih ditambah dengan sepasang taring panjang yang mencuat ke bawah hingga dagu tersembunyi di balik kumis panjangnya itu. Bulu-bulunya yang berwarna putih susu bertekstur seperti kelinci dan sangat lebat menutupi kaki, lengan dan badannya. Tinggi badannya lebih satu kepala dibandingkan dengan Leni. Kekuatan dan tenaganya menyamai kekuatan sepuluh orang pria yang kuat. Demikian pula kekuatan seksnya yang beberapa kali lipat kekuatan seorang pria normal.

###Milf_Love###

Berhubungan seks dengan siluman kera, tentu saja berbeda dengan melakukannya bersama seorang pria. Leni harus membiasakan diri bertempelan dengan bulu-bulu Ranggawelang yang kasar. Ia pun harus membiasakan diri dengan bau badan seekor kera yang tentu saja berbeda jauh dengan bau badan seorang manusia. Belum lagi wajah seekor kera yang tentu saja jauh dari gambaran ketampanan seorang pria yang ada di dalam benak seorang wanita muda seperti Leni. Namun setelah beberapa waktu, Leni merasakan kharisma tersendiri yang unik pada wajah kera yang garang tersebut.

Satu hal yang sangat terasa adalah kekuatan seksual Ranggawelang. Kera itu dapat menyetubuhinya dalam waktu yang lama hingga Leni dapat mengalami orgasme berkali-kali sebelum kera itu menyudahinya dengan menyemprotkan cairan sperma ke dalam rahimnya. Seperti yang sudah Leni ketahui, bahwa kera itu membutuhkan frekuensi hubungan seks yang tinggi tiap harinya.

Hal lain yang harus dibiasakan oleh Leni adalah perilaku Ranggawelang yang tak mengenal tempat jika ingin menuntaskan birahinya kepadanya. Saat hidup bersama Hilman, Leni biasa melakukannya hanya di seputar tempat tidur. Sekarang, bersama Ranggawelang, praktis mereka bisa melakukannya di mana saja. Di dalam rumah, di pekarangan, di dalam hutan, di sungai, bahkan di atas pohon dan sebagainya.

Leni pun harus membiasakan dirinya untuk berhubungan seks di muka umum. Tak jarang sehabis ia menyiapkan makanan bagi Zalanbur, Ranggawelang langsung menaiki dirinya untuk meminta jatah. Maka, biasanya saat itu juga mereka akan menuntaskan nafsu birahinya di depan Zalanbur yang sedang makan sambil menonton adegan panas yang disuguhkan di hadapannya.

Sebenarnya awalnya Leni merasa malu. Pada mulanya ia selalu mengajak kera itu untuk mencari tempat yang tersembunyi terlebih dahulu. Akan tetapi Zalanbur sendiri yang mengajarkan Leni untuk tidak menunda-nunda hajat kera itu terhadap dirinya. Karena sekarang ia telah diperistri oleh kera itu, sudah jadi kewajiban Leni untuk melayaninya sesegera mungkin.

“Sebenarnya aku malu, Tuanku… makanya aku selalu mengajaknya pergi dulu mencari tempat yang tersembunyi… Barulah kubiarkan ia menyetubuhiku…” Kata Leni suatu waktu. “Lagipula apakah kegiatan kami tak akan mengganggu seandainya dilakukan di depan Tuan?” Tanya wanita itu.

“Tentu saja tidak… Kau kira aku tidak terbiasa melihat pasangan yang sedang kawin?” Kata Zalanbur sambil tersenyum nakal. “Lakukan saja langsung jika si Ranggawelang menginginkannya… Anggap saja itu tontonan pengantar makanku…” Kata Zalanbur yang penuh pengertian.

Sebenarnya Leni khawatir jika Zalanbur jadi tergoda saat melihat aksinya yang panas bersama Ranggawelang. Padahal tentulah ia sungguh-sungguh ingin menuntaskan ritual itu untuk menyempurnakan kesaktiannya. Bagaimana pun juga, karena Zalanbur sendiri sudah menyatakan tak keberatan, Leni pun akhirnya mengikutinya saja.

“Baiklah, Tuan… Kalau begitu.” Kata Leni menyanggupi instruksi majikannya. Sejak itulah wanita itu akan serta-merta melayani Ranggawelang kapan saja dan di mana saja siluman kera itu menginginkannya.

Untunglah ada jamu ramuan Zalanbur yang kini rutin diminum oleh Leni. Benarlah apa kata siluman tua itu. Leni tak pernah merasakan gairahnya setinggi ini seumur hidupnya. Setiap hari birahinya selalu naik sampai ke ubun-ubun. Jika itu terjadi, maka harus segera dilampiaskan. Jika tidak, pusinglah kepalanya ditambah dengan rasa gelisah yang tak henti-henti. Leni bersyukur karena di situ ada Ranggawelang yang kini memiliki libido yang sama dengannya dan dengan demikian sangat mengerti akan kebutuhan seks dirinya.

Zalanbur tentu saja tak bisa memenuhi kebutuhannya karena sedang menjalankan ritualnya. Bahkan Leni pun berandai-andai, jika Hilman suaminya ada di sini, tentulah suaminya itu pun kewalahan dan tak akan sanggup melayani nafsunya yang sekarang telah menggebu-gebu.

Kini Ranggawelang dan Leni jadi bergantian saling meminta terlebih dahulu untuk berhubungan seks. Jika Ranggawelang yang birahi, ia akan segera mencari Leni yang biasanya beristirahat di istana Zalanbur jika sedang tak ada pekerjaan. Sebaliknya, jika Leni sudah merasa suntuk dan pusing, dialah yang akan mencari Ranggawelang di pepohonan atau di pekarangan rumah Zalanbur untuk minta disetubuhi saat itu juga di tempat. Jika Ranggawelang sedang tidak bernafsu, Leni tak segan untuk berusaha membangkitkan nafsunya dengan segala cara. Biasanya ia akan menggodanya dengan membelai-belai dan menciumi seluruh tubuh kera jantan itu lalu mengulumi penisnya sampai benar-benar berdiri mengeras.

Tenyata kebiasaan mereka bersetubuh di tempat terbuka dan disaksikan oleh siapa saja yang berada di sekitarnya itu memicu suatu peristiwa. Peristiwa yang akan mengubah hidup Leni di alam gaib itu.

Suatu hari sesosok gendruwo bernama Mareksa berkunjung ke kediaman Zalanbur. Gendruwo adalah golongan iblis tingkat rendah yang dikenal sangat tinggi hasrat birahinya dan juga doyan pada bangsa manusia yang berjenis kelamin wanita. Saat itu kebetulan Ranggawelang sedang mendapatkan jatah rutinnya dari Leni dan terlihat oleh Mareksa. Wanita yang cantik itu tampak sedang pasrah ditunggangi oleh kera jantan yang sedang birahi itu.

Mareksa pun mau tak mau berhenti dulu menyaksikan tontonan gratis itu dari kejauhan sebelum menjalankan niatnya menemui Zalanbur. Leni yang sedang digenjot Ranggawelang pun sebenarnya sempat melihat sosok makhluk itu lalu bertatapan mata dengannya selama beberapa detik. Sejak terbiasa disetubuhi oleh Ranggawelang di depan umum, Leni menjadi lebih bergairah bila tahu ada yang menontonnya. Karena itu saat tahu ada pendatang asing yang memperhatikan aktifitasnya, wanita itu sama sekali tak merasa terganggu, malah dia menjadi semakin bergairah dan bersemangat.

Sang gendruwo menyimak setiap detik perkawinan si wanita dan kera itu tanpa berkedip. Dilihatnya betapa wanita itu mengalami orgasme yang hebat sebelum si kera menyemprotkan spermanya ke dalam tubuh gundiknya itu. Mareksa sampai meneteskan air liur dan tak terasa air maninya pun ikut muncrat.