Senin, 03 Oktober 2022

Akhirnya Leni pun diboyong oleh Mareksa, sebangsa jin dari golongan gendruw.o dan memulai hidup barunya bersama gendruwo itu. Mareksa selalu berusaha memberikan perhatian kepada wanitanya, apa saja dia lakukan untuk wanitanya, karena dia sangat menyayanginya. Perlakuan Mareksa pun dibalas lebih oleh Leni. Perlahan-lahan, Leni pun belajar untuk mencintai majikan barunya itu. Kemesraan semakin lama semakin mewarnai hubungan kedua makhluk itu. Tak ayal, mereka saling menyayangi satu sama lain layaknya keluarga.

Nafsu birahi Mareks lebih tinggi dibandingkan Ranggawelang. Untunglah Leni sudah terbiasa melayani siluman kera pasangannya terdahulu ditambah dengan racikan Zalanbur yang diminumnya sehingga ia bisa langsung beradaptasi saat dituntut melayani hasrat seks yang menggebu-gebu dari gendruwo itu. Ada satu keistimewaan Mareksa yang luar biasa. Penis gendruwo itu ternyata berukuran jumbo. Ternyata gendruwo itu pandai pula memanfaatkan ukuran alat vitalnya untuk memuaskan lawan mainnya.

Leni senantiasa bisa mengimbangi hasrat birahi Mareksa yang meledak-ledak. Mereka melakukan hubungan seks tidak kurang tujuh kali dalam sehari. Leni pun sangat ingat petuah dari tuannya terdahulu untuk meminum cairan mani milik sang gendruwo untuk meningkatkan kecantikan dan kemolekannya. Tanpa disadarinya, Leni berubah menjadi bidadari tanpa sayap. Ia bahkan menjadi pergunjingan para gendruwo bahkan bangsa siluman lain yang tak sengaja melihatnya.

Awalnya hubungan mereka sangat romatis, penuh kasih dan tahu betul bagaimana cara membahagiakan masing-masing pasangannya. Namun setelah melewati masa tiga bulan purnama, sifat dan karakter Mareksa mulai nampak di mata Leni. Wanita itu teringat dengan perkataan Zalanbur yang menyatakan bahwa bangsa gendruwo mempunyai sifat bosenan. Kini Leni mengetahui kalau Mareksa tak pernah puas dengan satu orang wanita. Ia tahu kalau gendruwo itu sering masuk ke alam manusia dan mengganggu manusia. Biasanya yang diganggunya adalah ibu-ibu rumah tangga yang sedang ditinggal pergi oleh suaminya. Mareksa biasa menyaru sebagai suami si wanita sehingga dengan leluasa bisa menyebadaninya.

Kebiasaan Mareksa yang demikian membuat Leni merasa sedih dan cemburu. Namun perasaannya itu ia pendam sendiri, tak ada keberanian untuk mengungkapkan pada pasangannya. Sedikit demi sedikit terjadi perubahan dalam diri wanita itu yang kian hari kian bersemangat melayani Mareksa. Perubahan itu pun disadari oleh sang gendruwo. Dan di suatu saat mereka pun membicarakan hal itu.

“Ada apa ini Nyai ... Beberapa hari belakangan ini, Nyai terlihat bermuran durja terus.” Kata Mareksa sambil memandangi wajah Leni.

“Kakang ... Sebenarnya aku ingin bicara sama kakang ... Tetapi aku takut kalau kakang marah ...” Jujur Leni dengan wajah sayu.

“Katakan saja ... Aku tidak pernah berani memarahimu, Nyai ...!” Ucap Mareksa lembut. Leni pun mengangkat mukanya memandangi sang gendruwo.

“Aku tahu kalau kakang suka pergi ke alam manusia ... Dan aku tahu apa saja yang kakang lakuin di sana ...” Lirih Leni sembari menundukan wajahnya kembali.

“Hhhhmm ... Maaf Nyai ... Aku tidak bisa menahannya ... Aku harap Nyai mau memakluminya ...” Mareksa berkata jujur.

“Saat kakang menyebadani wanita-wanita itu, kakang harus menyaru sebagai suami mereka… Karena kalau tidak mereka akan ketakutan dan menolakmu… Dengan diriku, kakang bisa leluasa memperlihatkan wujud asli kakang… dan aku pun selalu melayanimu sepenuh hatiku… Bahkan jika mau jujur membandingkan aku dengan mereka, rasanya wajahku juga masih jauh lebih cantik daripada wanita-wanita yang kakang tiduri itu…” Cerocos Leni tak mau berhenti mengungkapkan kekecewaan dan kekesalannya pada Mareksa. Sang gendruwo tersenyum mendengar celotehan gundiknya yang cemburu itu.

“Semua yang Nyai katakan itu benar… Tapi Nyai harus ingat, bangsa kami memang tak pernah puas menyetubuhi wanita manusia… Setiap ada kesempatan, kami pasti akan melakukannya....” Jawab Mareksa atas kekesalan Leni. “Bagaimana pun Nyai adalah gundikku yang paling istimewa… Nyai sengaja kubawa kemari, setelah aku bersusah payah memintamu dari pelukan kera itu… Sementara wanita lainnya tak ada yang kuperlakukan seistimewa seperti Nyai…” Lanjut Mareksa berusaha membesarkan hati wanitanya.

Leni termenung dan menimbang-nimbang perkataan Mareksa barusan. Diam-diam ia membenarkan perkataan Mareksa. Dirinya adalah satu-satunya wanita yang beruntung dijadikan sebagai gundik gendruwo itu di alamnya. Wanita-wanita yang lain tetap tinggal bersama suami mereka di alam manusia dan hanya dikunjungi oleh Mareksa sewaktu-waktu. Setelah dipikir dan dirasa, ternyata Leni telah terbawa perasaannya sendiri. Betapa ia seharusnya cukup menerima saja perlakuan Mareksa tanpa harus menuntut sesuatu darinya karena ia hanya sebagai ‘piaraan’ majikannya itu. Kini Leni pun bisa tersenyum lagi.

“Nyai juga harus belajar berbagi ...” Kata Mareksa mulai mengajari wanita itu. Sementara Leni mengangkat wajahnya lagi memandangi majikannya dengan raut muka yang keheranan. Mareksa tersenyum melihat perubahan mimik wanitanya itu lalu berkata, “Aku harus membagi kenikmatan seksual kepada istri-istri yang kesepian itu… Mereka jarang atau bahkan tak pernah menikmati kehidupan seks bersama suaminya… Karena itulah aku membantu mereka…” Kata Mareksa menjelaskan perilakunya. “Demikian juga halnya dengan kamu, Nyai ... Jangan dikira Nyai hanya akan melayani aku sendiri… Nanti Nyai juga harus belajar melayani teman-teman dan kerabatku sesama bangsa siluman ...” Lanjut Mareksa. Leni sangat terkejut mendengar kalimat Mareksa yang terakhir.

“Maksud kakang?” Tanya Leni dengan suara yang sangat pelan.

“Ya, Nyai… Tenang sajalah… Pelan-pelan dulu, nanti akan aku kenalkan teman-temanku satu per satu kepada Nyai… Dan Nyai bebas untuk mau melayani mereka sesuai dengan hati Nyai ...” Kata Mareksa seolah bisa membaca pikiran wanita itu.

Hati Leni terkejut namun perlahan muncul perasaan penasaran yang lambat laun menjadi ketertarikan. Leni pun memahami konsep berbagi yang diajarkan gendruwo itu padanya. Kini ia tak perlu merasa cemburu lagi jika Mareksa mendatangi wanita-wanita lain untuk disetubuhinya. Leni memandang wajah majikannya dengan suka cita. Senyumannya mengembang menyambut pengalaman baru yang akan segera ia rasakan.

Dulu, saat masih menjadi pasangan Ranggawelang, sejak diajari oleh siluman kera untuk bersetubuh di muka umum, Leni pun tahu kalau makhluk-makhluk yang kebetulan menontonnya sebenarnya jadi tergiur juga untuk ikut menyetubuhi dirinya. Hanya selama ini memang mereka takut terhadap Ranggawelang dan Zalanbur sehingga mereka sebatas jadi penonton saja, tidak pernah ikut nimbrung. Bagaimanapun, melihat minat para penontonnya, lama-kelamaan Leni mulai berfantasi disetubuhi juga oleh mereka. Ia mulai membayangkan nikmatnya disebadani oleh lebih dari satu pejantan. Tidak disangkanya kalau sekarang, setelah hidup bersama Mareksa, khayalannya itu malah akan menjadi kenyataan.

###Milf_Love###

Beberapa hari kemudian, datang sebangsa siluman raksasa kerabat Mareksa ke kediamannya atas undangan Mareksa sendiri. Jamuan pun dilakukan dan Leni sebagai pelayan dalam jamuan itu. Penguasa siluman raksasa yang bernama Gandar pun terpukau dengan kecantikan serta kemolekan Leni. Di lain pihak, Leni pun merasa tertarik pada siluman raksasa ini yang berwajah tampan. Gandar memang memiliki tubuh besar namun tak tampak sedikit pun keseraman di badannya. Gandar seperti manusia biasa hanya saja tubuhnya yang besar dan agak sedikit berbulu. Berkali-kali Gandar dan Leni salang bertatapan penuh hasrat dan kelakuan mereka sangat diketahui Mareksa.

“Kau sepertinya tertarik sama gundikku, Gandar ...” Ucap Mareksa di tengah jamuan makan pada sahabatnya itu.

“Aku memang tertarik ... Tapi aku tak berani, saudaraku ...” Ucap Gandar jujur.

“Bila ada sesuatu untukku yang sesuai ... Kau boleh merasakan kehangatan tubuhnya.” Kata Mareksa santai tanpa ekspresi. Dan tentu saja hal ini sangat disambut oleh Gandar. Sang penguasa telaga tiga warna itu langsung memberikan beberapa keping logam emas pada Mareksa. Sang gendrewo pun menerima pemberian Gandar.

“Ha ha ha ... Semalam ini dia akan menjadi milikmu ... Nikmatilah!” Ucap Mareksa sembari tertawa terbahak-bahak.

Dipanggilnya Leni oleh Mareksa untuk masuk ke ruangan penjamuan tamu. Wanita itu pun masuk lalu tangannya ditarik oleh Mareksa. Dibimbingnya Leni untuk duduk dipangkuan sang raksasa. Dengan hati yang agak berdebar, Leni pun duduk di atas paha Gandar sambil menundukan kepalanya. Tanpa ragu dan sungkan, tangan besar Gandar melingkari tubuh Leni sambil mencium pucuk kepalanya.

“Dialah pasanganmu malam ini ... Nikmatilah ... Ha ha ha ...” Ucap Mareksa seraya pergi meninggalkan mereka berdua.

Seluruh hasrat Leni berkobar ke dalam gelembung gairah yang tak tertahankan ketika tangan besar siluman raksasa itu mulai merabai payudaranya. Tanpa malu, Leni mulai melenguh kenikmatan. Wanita itu merasakan gairah seksnya meningkat tajam secara tiba-tiba dan merasa tidak tahan untuk segera melakukan hubungan badan. Leni melompat dari pangkuan sang raksasa, kemudian menarik tangannya membawa gandar ke dalam kamarnya.

Bagaikan pengantin yang baru saja menikah, tanpa diminta Gandar mengangkat tubuh Leni dan meletakkan tubuh indahnya dengan lembut di atas ranjang. Walaupun awalnya kaget, namun Leni menuruti saja kemauan lelaki perkasa itu. Gandar duduk di samping Leni yang terbaring. Dengan berani Leni menyentuh pundak laki-laki raksasa digdaya yang rebah di sampingnya. Ia menyentuh pundak Gandar tanpa melepaskan pandangan dari mata pria raja siluman itu. Tangan lembut Leni meraih bagian belakang kepala Gandar dan menariknya ke bawah, lalu bibir seksi si cantik itu mengecup bibir sang raja siluman. Ciuman lembut Leni yang tulus mengoles bibirnya bagaikan obat untuk semua lelah, gelisah dan keluh kesah yang pernah Gandar keluarkan seumur hidupnya. Olesan lembut bibir mungil itu juga membuat tubuh Gandar bagaikan disentak aliran listrik berjuta volt, seandainya dia adalah sebuah baterai hidup, Gandar sudah langsung tercharge dengan energi hingga penuh. Bibir mereka berdua saling mengelus, saling menimang, beruntai, berjalin, menikmati sentuhan pelan dan nikmat yang tak bisa diungkap dengan kata.

“Mmmhh…” Desah Leni manja. Ia memejamkan mata dan membiarkan bibir Gandar menari di atas bibirnya yang lembut, membiarkan bibir tebal dan keras sang raksasa menyelimuti bibirnya yang ranum. Lama pagutan bibir mereka tak saling lepas, Gandar mulai mengeluarkan lidahnya yang bagai ular. Lidah Gandar membuat Leni makin tak berkutik dan tenggelam sepenuhnya dalam pelukan sang raja raksasa.

“Kang Mas?” Tanya Leni ketika bibir mereka lepas sejenak.

“Hmm?” Gandar bersuara. Namun Leni tak bisa buru-buru bertanya lagi karena kembali menikmati lidah dan bibir Gandar.

“Aku… mhh… mmhh… mau… tanya…”

“Hmm?” Kembali bibir Gandar menggelayut di bibir Leni namun kali ini wanita itu menolaknya.

“Iiihhh… kakang nakal! Aku kan mau tanya sesuatu yang penting, jangan diganggu dulu!” Genit Leni.

“Habis bibir kamu menggemaskan, mungil dan mengundang, aku jadi tidak tahan.” Kata Gandar sambil tersenyum. “Baiklah, kamu mau tanya apa, sayang?” Lanjut Gandar.

“Bagian mana dari tubuhku yang paling kakang suka? Akan langsung aku berikan sekarang juga.” Kata Leni sambil menggigit bibir bawahnya dengan genit.

“Aku suka yang ini ...” Sahut Gandar seraya tangannya mengusap-usap belahan vagina Leni yang sudah basah.

“Kalau begitu cepat lakukan kakang ... Aku sudah gak kuat ...” Ucap Leni tanpa malu meminta Gandar untuk memulai permainan yang sesungguhnya.

Gandar tersenyum sambil melepas kain penutup selangkangannya. Saat terlepas kain itu, Leni terbelalak melihat penis sang raksasa yang begitu besar dan panjang berurat, melebihi milik Mareksa. Leni meneguk ludahnya kasar, ia mulai memegangi penis raksasa itu dan melahap penis itu pelan ke dalam mulutnya dan hanya seperempat saja yang masuk. Sementara Gandar merasa panas dingin saat penisnya dimanjakan Leni. Elusan lembut jemari Leni pada batang kejantanan Gandar membuat raksasa itu bergetar dan menggelinjang tak kuasa menahan nafsu. Hal itu membuat Leni tersenyum tertahan, seperkasa apapun Gandar, ia ternyata tidak tahan dengan jari-jarinya yang lembut.

Raja siluman itu mengerang kecewa ketika Leni berhenti menyentuh kejantanannya, namun karena ia mendapati Leni sudah tak berbusana ketika ia membuka mata, Gandar tak mengeluh sedikit pun. Gandar berdecak kagum ketika kembali bisa menikmati keutuhan tubuh molek Leni. Benar-benar seorang bidadari yang turun dari langit, sempurna tiada duanya. Pandangan matanya tak ingin lepas dari kesempurnaan Leni, wajah cantik lembut dengan rambut yang terurai indah, kulit mulus seputih susu yang memancarkan keharuman mewangi, payudara sempurna yang sintal dan menggairahkan, pinggang ramping, pantat bulat. Leni diam saja tanpa mempedulikan kekaguman Gandar kepadanya dan meneruskan ‘pekerjaannya’ memainkan kejantanan sang raksasa.

Gandar buru-buru sadar dari rasa kagum yang membuatnya terbengong-bengong dan segera mengambil posisi, ia berbaring dan membiarkan wajah Leni tepat berada di depan penisnya sementara ia sendiri berhadapan langsung dengan selangkangan sang bidadari. Wanita itu masih memejamkan mata, ia membiarkan tangan Gandar bergerak nakal menyusuri pahanya yang putih mulus sampai ke pangkal paha. Leni membuka pahanya lebar-lebar memperlihatkan keindahan bibir vaginanya yang merekah merah muda, kuncupnya yang mungil mempesona Gandar. Ia kagum karena Leni masih memiliki bentuk vagina yang indah padahal sudah berbulan ia memberikan segalanya pada Mareksa. Jari jemari Gandar bergerak lincah menyusuri daerah sekitar vagina Leni tanpa sekalipun menyentuh bibir vaginanya. Tubuh Leni menggelinjang karena menahan nafsu yang kian lama kian tak tertahankan. Sekali-sekali Gandar menyentuhkan jarinya ke bibir vagina Leni seakan tak disengaja.

“Ahhhh...!! Ahhh...!!” Desah Leni manja, tubuhnya bergetar hebat tiap kali Gandar memancingnya.

Leni tak tahan lagi, dia sodorkan bibir kewanitaannya ke mulut Gandar. Dengan kedua jarinya, Gandar membuka sedikit mulut vagina Leni. Ia pun segera mencari titik kelemahan wanita itu, klitorisnya. Ketika tonjolan cukup panjang yang mematikan itu berhasil ditemukan, Gandar memperlancar aksinya menaklukkan Leni. Bentuk klitorisnya memang agak panjang menyerupai penis kecil tepat di atas lubang kewanitaannya. Jilatan, hisapan dan sedotannya membuat tubuh Leni melonjak-lonjak bagai kuda liar yang sangat binal. Gandar bahkan harus memegang erat tubuh Leni agar tak terlonjak jatuh dari ranjang. Gandar melumat lembut kelentit sang wanita cantik yang ada dalam pelukannya, ciumannya lalu beralih ke sisi luar bibir vagina dan akhirnya ke bawah, masuk ke dalam liang cintanya. Sekali lagi Leni melonjak ke atas dan mendesis dengan keras, wajahnya yang cantik terlihat histeris namun ia berusaha keras menahan teriakannya.

“Kakang...! Sudah, kakang...! Aku tidak kuat lagi! Masukkan! Ayo! Masukkan…!” Ceracau Leni menahan nikmat. “Ayo masukkan, kakang...! Cepeeeet!! Aku tidak tahaaaan...!!” Rengeknya manja.

Dengan hati-hati Gandar menaiki tubuh sempurna milik Leni, putihnya kulit mulus Leni yang bagai pualam membuat pria raksasa itu terkagum-kagum. Kontras sekali kulit bidadari ini dengan kulitnya yang hitam. Apalagi melihat payudara sempurna yang tak puas-puas diremas dengan gemas. Betapa kagetnya Gandar ketika Leni nekat menarik batang kemaluannya yang sudah sangat mengeras.

“Ouuuughhhh, besar sekali… ehmmmm… masukan, kakang!! Cepeeettt!!” Rengek Leni yang manja tiada henti. Tentu saja Gandar tidak ingin begitu saja menyodokkan penisnya ke kewanitaan Leni walaupun dia sangat ingin. Dengan gerakan ringan, digoyangkan ujung gundul penisnya ke bibir vagina Leni tapi selalu ditariknya batang kemaluan itu ketika Leni ingin membimbingnya masuk ke dalam.

“Aaaahhh! Gimana sih!! Ayoooo, aku sudah tidak tahaaaann!!!” Rengek si cantik.

Dengan hati-hati batang kejantanan Gandar ditarik oleh Leni masuk ke dalam liang vaginanya. Bagi Gandar, ini yang namanya mimpi menjadi kenyataan. Wanita yang cantik jelita dan seksi sangat bernafsu menikmati kemaluan raja siluman raksasa. Leni sudah tidak ingat lagi statusnya sebagai piaraan Mareksa, ia hanya ingin disetubuhi saat ini, disetubuhi oleh penis raksasa Gandar!

Penis Gandar melesak masuk dengan tidak mudah karena meskipun kewanitaan Leni sudah sangat basah dan cairan pelumas yang keluar di dalam liang kenikmatan Leni membanjir dengan deras, batang kejantanan Gandar terlalu besar untuk langsung melesak masuk ke dalam. Leni mengerang dan menggoyangkan kepalanya ke kiri dan kanan, ia menderita dalam kenikmatan. Ketika melihat Leni sedikit kesakitan, Gandar menunda menyodokkan penisnya, tapi Leni justru mengangkat pantatnya, ingin segera digenjot.

Gandar memaju mundurkan pinggulnya dengan perlahan, ia takut menyakiti vagina milik Leni. Tapi wanita cantik itu sudah terlalu tenggelam dalam kenikmatan birahi yang tanpa ujung. Gandar tak puas-puasnya memandang kecantikan dan kemolekan wajah dan tubuh Leni. Lekuk tubuhnya yang sempurna, buah dadanya yang kenyal, pinggang ramping dan kulit putih mulus sang dewi. Ia bagaikan berada di awang-awang, tak percaya ia ternyata berhasil menikmati keindahan tubuh piaraan Mareksa yang sangat seksi ini.

“Kakang… aku nggak tahan… terussss… aaaahhhh…” Leni terus merengek manja.

Gandar tidak mampu menjawab karena merem melek keenakan. Kewanitaan Leni meremas-remas penisnya, memilin dan menggilingnya dalam liang kenikmatan yang sempit dan lembab. Ia tidak menyangka kewanitaan wanita satu ini masih begitu sempit dan nikmat, penisnya seakan disedot ke dalam tubuh Leni. Kewanitaan si cantik itu lama kelamaan makin basah oleh cairan kenikmatan yang keluar dari dalam, membuat goyangan penis Gandar seakan menumbuk liang yang basah.

Desahan manja dan kecantikan Leni membuat Gandar makin tak kuat menahan nafsunya. Dengan penuh tenaga raksasa itu mempercepat gerakan menumbuknya. Leni makin kebingungan, sakit sekaligus enak sekali rasanya, ia tidak tahu harus berbuat apa. Leni hanya bisa mengimbangi gerakan memilin Gandar dengan menggerakkan pinggulnya maju mundur. Kejantanan Gandar yang ukurannya sangat besar memenuhi liang kenikmatannya dengan penuh, hanya dengan menggerakkan pinggulnya sedikit, penis itu sudah sampai di ujung terdalam dinding kewanitaan Leni, si cantik itupun belingsatan dan merem melek keenakan.

Tempat tidur makin tak berbentuk, sepreinya acak-acakan, bantal dan gulingnya terjatuh entah kemana. Makin lama, kedua insan yang sedang bercinta itu semakin dekat ke puncak kenikmatan. Gandar berusaha keras menahan orgasme, ia tak ingin terlalu cepat mengeluarkan air maninya, ia masih ingin menikmati kewanitaan Leni yang nikmatnya bagaikan surgawi. Tapi ia tak bisa mengingkari kekuatannya sendiri, dengan sekuat tenaga, Gandar menyodokkan penisnya berkali-kali ke dalam kewanitaan Leni yang menjerit-jerit penuh kenikmatan.

Persetubuhan mereka dilakukan dengan waktu yang cukup lama. Akhirnya Gandar mengeluarkan satu lolongan panjang, ia meremas bahu Leni kuat-kuat. Ia hampir sampai di puncak kenikmatan. Leni yang tahu Gandar sudah hampir orgasme juga tak mau kalah, ia menggerakkan tubuhnya dengan gerakan menggila dan mendaki jalan nikmat menuju puncak. Ia hanya ingin memuaskan birahinya secara alami, tanpa paksaan, tanpa tuntutan. Leni mengangkat kakinya dan mengapit pinggul Gandar, ia sodokkan pantatnya ke atas untuk melesakkan penis Gandar lebih dalam lagi. Akhirnya si cantik itu sampailah ke ujung perjalanan permainan cinta ini, ia mengerang tanpa terkendali.

“Kakang... Kakaangg...! Aku mau keluaaaaaar...!!” Jerit Leni panik, ia tak kuat lagi menahan orgasme. “Ahhhhhh! Aaahhhh...!!!” Pekik Leni berlanjut.

“Ahhhhmmm!! Ayo sayang! Kita sama-sama keluar! Aaahhh!!! Sayaaaang....!!” Balas lenguhan kuat Gandar.

Semprotan demi semprotan air mani mengalir deras di dalam kewanitaan Leni, bercampur dengan cairan cinta yang memancar dari dalam. Cairan kental meleleh dari ujung bibir vagina sang wanita cantik itu, membuktikan penyatuan kedua tubuh insan berlainan jenis ini. Desah nafas kelelahan berpacu dari mulut Leni dan Gandar yang masih berpelukan dalam ketelanjangan, keringat deras membanjir di seluruh tubuh mereka, kejantanan Gandar masih bertahan di dalam liang lembut Leni. Untuk beberapa saat lamanya, mereka berdua hanya terdiam, membiarkan waktu berlalu dan mencoba memperoleh kembali nafas mereka yang kembang kempis.

###Milf_Love###

Sejak saat itulah Leni mulai belajar untuk tak hanya berhubungan seks dengan Mareksa. Satu demi satu, Mareksa memperkenalkan Leni dengan siluman-siluman lainnya yang beraneka ragam bentuknya. Dengan bimbingan Mareksa yang penuh kesabaran, wanita itu akhirnya mau juga belajar membagi tubuh dan cintanya kepada makhluk-makhluk itu. Maka Leni pun mulai membiasakan diri terhadap anjuran Mareksa untuk berganti-ganti pasangan dalam bersetubuh.

Apalagi ketika Leni mulai terbiasa bahwa makhluk-makhluk itu ternyata menaruh hasrat yang sangat luar biasa kepada wanita manusia. Bagi mereka, bersetubuh dengan Leni adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Mereka sangat memuja wanita cantik itu dan menganggap dirinya seolah-olah adalah seorang dewi seks yang turun dari kahyangan untuk memuaskan hasrat segala makhluk. Leni pun akhirnya merasa tersanjung dan sebagai timbal baliknya, ia merasa berkewajiban untuk melayani mereka sebaik mungkin. Membagi kesenangan dan kenikmatan badani kepada sebanyak mungkin siluman yang mungkin selama ini tak semuanya memiliki kesempatan untuk berinteraksi langsung apalagi berhubungan seks dengan wanita manusia.

Beberapa purnama telah berlalu. Leni seorang dewi seks, namanya harum semerbak kembang padma. Kharismanya menembus dimensi ruang dan waktu. Berbagai raja siluman terang-terangan memuji kecantikan Leni yang bagaikan seorang dewi. Namun tak pernah terduga sebelumnya, raja-raja siluman tersebut mulai berebut ingin memiliki Leni. Berbagai tawaran diajukan kepada Mareksa untuk menukar Leni dengan harta yang sangat berlimpah. Mareksa sang gendruwo mulai kewalahan dengan permintaan para raja siluman. Kesalahan Mareksa adalah menunda-nunda penawaran. Sang gendruwo tidak menyadari kalau tindakannya mengakibatkan permusuhan di antara bangsa siluman yang pada akhirnya menimbulkan peperangan.

Peperangan semakin meluas dan kekacauan hampir-hampir tidak dapat dikendalikan. Peperangan antar bangsa siluman tersebut pada akhirnya menyeret Mareksa ke dalamnya. Mareksa dan pasukannya merasa tidak berdaya mendapat serangan dari bangsa-bangsa siluman yang mempunyai pasukan perang yang banyak dan terlatih. Mareksa dan beberapa anak buahnya yang selamat melarikan diri ke wilayah Zalanbur. Dan Leni pun ikut bersama rombongan Mareksa. Untung saja Zalanbur menerima Mareksa dengan tangan terbuka.
“Aku akan melindungi kamu, ... Tapi dengan satu syarat ...!” Ucap Zalanbur dari singgasananya kepada Mareksa di ruang pendopo beratap limasan.

“Katakanlah, ... Aku pasti akan mengabulkannya ...” Jawab Mareksa karena tidak ada lagi kekuatan baginya untuk beradu argumen.

“Aku menginginkan gundikmu lagi ... Wanita itu akan kujadikan gundikku ...” Kata Zalanbur.

Mareksa tidak berdaya karena keselamatan dirinya sangat terancam. Maka dengan berat hati sang gendruwo menerima permintaan Zalanbur. Sejak saat itulah Leni menjadi ‘piaraan’ Zalanbur kembali. Leni pun menyambutnya dengan sangat riang. Bagaimana pun bersama dengan Zalanbur lebih baik daripada tetap bersama dengan Mareksa. Zalanbur adalah sebangsa jin yang memiliki tingkat keilmuan dan kesaktian tertinggi. Tata cara hidup dan pergaulan sangat berkelas. Jika dibandingkan dengan kehidupan di dunia manusia, Zalanbur adalah setingkat dengan para bangsawan sementara Mareksa adalah rakyat jelata. Negara kekuasaan Zalanbur adalah negara adidaya sedangkan negara Mareksa adalah negara dari dunia ketiga.

Peperangan antar bangsa siluman pun berhenti setelah mengetahui kalau dewi seks yang mereka incar sekarang berada di bawah kekuasaan Zalanbur. Tak ada satu bangsa siluman pun yang berani menyerang Zalanbur. Zalanbur pun secara tegas menolak seluruh permintaan dari raja-raja siluman yang selama ini menginginkan Leni. Dan sekali lagi, para raja siluman tak berkutik bila harus berhadapan dengan Zalanbur yang kuat dan perkasa. Para raja siluman lebih memilih untuk tidak berkonfrontasi dengan Zalanbur. Setelah itu, peperangan pun mereda tidak ada lagi pertarungan untuk memiliki dewi seks yang selama ini diperebutkan oleh mereka.

Ada alasan mengapa Zalanbur menolak permintaan para raja siluman walau diiming-imingi oleh harta dan kekuasaan, tiada lain karena Zalanbur kini sangat menyukai Leni. Tidak pernah terduga kalau Leni menjadi wanita yang sangat cantik. Aura kecantikannya bagaikan paripurna di kalangan wanita mana pun. Zalanbur benar-benar terpesona, matanya tidak pernah ingin beralih pada Leni.

###Milf_Love###

Pagi yang cerah. Senyum di bibir Leni merekah. Sejuta asa bahagia menyambut harinya yang baru. Pandangan Leni menerawang menjelajahi rumah siluman tua yang eksotis itu. Ada nostalgia yang muncul kembali di benaknya. Secara fisik tak banyak yang berubah. Hanya ada suasana berbeda yang dirasakannya. Ada semacam keheningan dan kekosongan. Zalanbur bisa merasakan apa yang ada dalam pikiran Leni.

“Ranggawelang sekarang tak ada di sini lagi. Ia sudah kukirim ke alam manusia…." Kata Zalanbur. Leni mengangguk-angguk mendengar penjelasan Zalanbur. Ia mengerti sekarang kenapa suasana di sini dirasanya lebih sepi. Itu menjelaskan semuanya.

“Ia gelisah terus sejak dirinya kau tinggalkan. Karena itulah kuiizinkan ia ke alam manusia." Lanjut Zalanbur. “Harapannya, ia dapat menemukan wanita lain sebagai pengganti dirimu. Ia telah begitu ketagihan menyetubuhi wanita manusia. Jika di sini terus, tentu ia tak akan mungkin melakukannya…. Aku hanya berharap ia berhasil menemukan jodohnya di sana…” Kembali terdengar penjelasan Zalanbur kepada Leni.

Leni hanya tercenung mendengar penjelasan Zalanbur. Ada sedikit perasaan bersalah tersirat di dalam hatinya. Apa daya, waktu itu ia hanya menjalankan perintah dari Zalanbur sebagai tuannya. Leni hanya bisa berharap siluman kera itu segera menemukan wanita lain di sana. Namun, sedikit banyak Leni merasa lega mendengar penjelasan Zalanbur itu.

Leni lalu mohon izin kepada Zalanbur untuk mandi karena ia baru saja bersih kembali dari haidnya. Zalanbur menjawabnya dengan senyuman dan anggukan kepala. Leni pun berjalan ke pancuran tempat ia mandi di bagian belakang istana itu. Sesampainya di sana, Leni langsung membuka pakaiannya lalu langsung berdiri di bawah pancuran. Tubuhnya terguyur air dingin dari pancuran dan hanya tersenyum saat ia mengetahui kalau Zalanbur sedang memperhatikannya.

Satu hal yang tak disadari Leni, bahwa Zalanbur telah berubah. Saat itu Zalanbur telah merampungkan ilmunya. Sekarang ia tak perlu lagi menahan nafsu birahinya. Ia sekarang sudah lebih sakti dan dapat kembali ke sifat asalnya yang senang mengumbar birahi. Leni yang tak menyadari itu membiarkan saja ketika Zalanbur menatapinya selama ia mandi di pancuran. Ia sudah terbiasa bugil dan mempertontonkan keindahan tubuhnya di hadapan tuannya itu. Zalanbur yang mengagumi betapa cantik dan moleknya Leni. Timbullah keinginannya untuk juga melampiaskan birahinya kepada wanita itu.

“Leni ... Kau cantik sekali…” Ucap Zalanbur mengutarakan kekagumannya sambil mendekat ke wanita yang sedang mandi tersebut.

“Ada apa, Tuan…?” Tanya Leni keheranan sambil berdiri di bawah pancuran. “Tuan telah begitu baik kepadaku selama ini… tapi rasa-rasanya Tuan jarang memujiku seperti itu….” Lanjut Leni keheranan.

“Aku telah berbuat baik kepadamu…?” Tanya Zalanbur seolah meminta penjelasan.

“Ya, Tuan… Tuan telah mencarikanku jodoh selama tinggal di sini dan mengajari saya begitu banyak hal…” Jelas wanita itu sambil tersipu.

“Aaah… itu bukan apa-apa, sayangku… Memang itulah salah satu tujuanku membawamu kemari…” Kata Zalanbur dengan mata yang berbinar-binar memandangi tubuh bugil Leni yang sangat menggugah hasratnya. “Kau suka dengan apa yang telah kulakukan padamu selama ini?’ Tanya Zalanbur kemudian. Leni mengangguk sambil tersenyum.

“Tapi anda belum menjawab pertanyaan saya, Tuan…” Kata Leni pelan.

“Apa itu?” Zalanbur balik bertanya.

“Mengapa Tuan tiba-tiba memuji saya…” Lirih Leni sambil menundukan wajahnya genit.

“Leni ... Aku ingin kau tahu tentang satu hal… Aku telah menyelesaikan ritualku… Kini aku telah menjadi semakin sakti dan dapat menyalurkan hasrat seksualku lagi seperti biasa… Sekarang kau telah menjadi seorang dewi ... Aku sangat menginginkan dirimu ...“ Jelas Zalanbur.

Mata Leni terbelalak mendengar penjelasan itu. Entah kenapa dirinya merasa senang sekali mendengar hal tersebut. Tanpa berkata apa-apa, Zalanbur pun berjalan mendekati wanita itu. Keduanya saling berpandangan tanpa mengucapkan sepatah kata pun. Seakan ada suatu kontak batin yang kuat sedikit demi sedikit terjalin di antara mereka berdua. Lalu entah siapa yang memulai, tiba-tiba kedua makhluk itu pun saling berpelukan dan berpagutan di bawah pancuran.

Momen yang terjadi sekilas dan tiba-tiba itu ternyata membawa Leni ke suatu titik balik. Suatu hal besar yang di luar pemikiran dan perkiraannya telah terjadi. Hal itu tiba-tiba terlintas di dalam benaknya. Membuatnya tiba-tiba mampu membuat suatu keputusan berani yang tak pernah dibayangkannya sebelumnya.

“Tuan, bawalah aku pergi bersama dirimu…” Tiba-tiba Leni berkata setelah mereka berciuman beberapa lama. “Aku akan mengikuti dan mengabdikan diri saya pada Tuan…” Kata Leni lagi mantap sambil menatap ke arah mata tuannya yang sekaligus ia harapkan mau menjadi kekasihnya pula.

Leni baru sadar bahwa dirinya sebenarnya telah mengagumi siluman tua yang gagah perkasa itu sejak pertemuan pertama mereka. Sekarang dirinya baru sadar bahwa ternyata ia juga mencintainya dan rela dijadikan sebagai apa pun olehnya. Zalanbur balas menatap dalam-dalam mata wanita yang berada dalam pelukannya itu. Dilihatnya pancaran mata yang tulus dan jujur dari seorang wanita yang tengah jatuh cinta pada dirinya.

“Aku akan menjadikan dirimu ratuku ....” Kata Zalanbur mantap.

“Oooh… Tuan…” Desah Leni dengan penuh hikmat. Mereka pun saling berpelukan erat di bawah pancuran air.

Zalanbur mengangkat ringan tubuh telanjang Leni. Dibawanya Leni ke ruang pribadi Zalanbur. Di ruangan pribadi Zalanbur yang bernuansa hutan, kedua makhluk berbeda alam itu pun memadu kasih seperti layaknya sepasang pengantin baru. Leni seakan baru tersadar bahwa inilah sebetulnya saat yang ditunggu-tunggunya sejak pertama kali ia dibawa ke alam siluman.

“Junjunganku Tuan Zalambur ... akhirnya kita bisa bersatu juga… Sejak pertama kali saya bertemu dengan Tuan… Saya sudah sangat ingin merasakan diri Tuan…” Jelas Leni membuka rahasianya yang terbaring pasrah tak berdaya dalam pelukan Zalanbur.

“Ratuku….” Balas Zalanbur haru sambil memagut bibir wanita itu. Mereka pun berciuman dengan dalam seperti sepasang kekasih yang sudah lama terpisahkan.

Zalanbur menyisipkan penisnya yang berukuran besar ke dalam vagina Leni. Wanita itu menahan nafas. Ia menantikan kenikmatan yang sudah lama diidam-idamkannya. Leni merasa badannya bergetar saat penis Zalanbur bersatu secara utuh dengan vaginanya. Untunglah Leni sudah terbiasa melayani Mareksa dan para raja siluman. Kebetulan makhluk-makhluk itu semuanya memiliki ukuran penis yang besar melebihi ukuran penis manusia. Namun bagaimana pun juga penis Zalanbur memang masih lebih besar dari yang lainnya.

Setelah sang Ratu terbiasa menerima alat kelamin Zalanbur di dalam tubuhnya, siluman itu pun mulai menggenjotnya. Leni pun menikmati setiap detik dari persenggamaan mereka. Keduanya menjalani persenggamaan seperti layaknya sepasang pengantin baru. Seperti sudah diduga oleh Leni, Zalanbur adalah pecinta yang sangat hebat di atas ranjang. Dengan pengalamannya yang sudah mencapai ribuan tahun, dibawanya Leni ke puncak orgasme sampai berulang-ulang dengan berbagai teknik yang membuat wanita itu terkagum-kagum.

Hingga saat Leni sudah kelelahan dalam kubangan orgasme yang datang beruntun, Zalanbur memberi kesempatan wanita itu untuk beristirahat sejenak. Masih dengan alat kelaminnya yang tegang tertancap teguh di dalam kemaluan Leni, siluman tua itu mendekatkan wajahnya ke wajah Leni yang ada persis di bawahnya.

“Bagaimana rasanya?” Bisik Zalanbur.

“Tuanlah yang terbaik ... Ayo, teruskan tuanku ...” Balas wanita itu dengan mesra.

“Tentu, ratuku….” Balas Zalanbur sambil meningkatkan genjotannya yang membuat kemaluan Leni terasa semakin panas. Akibatnya, orgasme yang beruntun pun tak terelakkan lagi menerpa tubuh wanita itu. Leni pun merasakan sebuah hempasan dahsyat penuh kenikmatan yang serasa membuat semua tulang belulangnya seperti copot satu per satu dan setiap sendi-sendi di tubuhnya meleleh dalam sebuah kenikmatan yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Suasana yang memabukkan menghempas dirinya yang bugil dalam pelukan siluman tua itu.

“Ooooouuuuu….uuuuhhh…..” Desah wanita itu berkepanjangan sambil satu tangannya meremas seprai ranjang tempat mereka memadu kasih. Sementara tangannya yang lain mendekap tubuh besar siluman tua itu yang menindih tubuhnya.

Tak lama kemudian, Leni pun merasakan siluman itu melepaskan semprotan air maninya ke dalam rahimnya. Zalanbur melenguh panjang. Leni pun tersenyum bahagia dengan lebarnya. Mereka lalu saling berpagutan sambil berpelukan. Beberapa lama mereka berdua terpaku dalam posisi Zalanbur menindih tubuh Leni. Kedua alat kelamin mereka masih bersatu. Cairan sperma siluman tua itu tampak mengalir keluar dari dalam vagina Leni saking banyaknya. Membasahi seprai putih yang mereka tiduri.

“Tuan ... Aku mencintaimu ...” Desah Leni sembari mengusap wajah Zalanbur.

“Sejak sekarang ... Kau adalah ratuku ... Pendampingku ... Kau mempunyai kekuasaan atas anak buah dan rakyatku sepertiku di sini ...” Ucap Zalanbur.

“Ooohh ... Tuanku ... Terima kasih ...” Leni memeluk kekasihnya erat. Tak pernah disangkanya kalau ia akan menerima anugerah sebesar itu.

Singkat cerita, akhirnya Leni menjadi permaisuri Zalanbur yang cantik mempesona,juga sangat dicintai rakyatnya karena kepandaiannya melesaikan masalah dan keramahannya kepada semua makhluk yang berada di kekuasaannya. Seiring berjalannya waktu, raja dan ratu hidup bahagia hingga sang ratu hamil dan melahirkan seorang putri yang cantik jelita namun kepalanya dihiasi tanduk kecil seperti ayahnya.

Kebahagiaan raja dan ratu terus berlanjut sehari, seminggu, sebulan, setahun dan seterusnya. Keduanya masih diliputi oleh cinta yang tak bertepi. Namun tak ada resep rahasia agar bahagia selamanya. Ya, setelah lima tahun bersama Zalanbur, Leni mulai merasakan kerinduan kepada ‘dunia manusia’, dunia di mana ia dilahirkan. Walau harta dan kasih sayang berlimpah, Leni merasa hampa hidup di ‘dunia siluman’. Wanita itu ingin sekali kembali ke ‘dunia manusia’ namun keinginannya itu tidak berani diungkapkan kepada sang raja. Kesedihan melingkupi hari-harinya, wajahnya selalu muram dan itu akhirnya diketahui Zalanbur.

“Ada apa dinda ...? Belakangan ini kamu terus bermuram durja ...” Tanya Zalanbur kepada permaisurinya. Sejenak Leni memandang wajah Zalanbur lalu membaringkan kepalanya ke dada sang raja.

“Maaf kanda ... Aku sangat ingin pulang ke duniaku ...” Lirih Leni memelas.

“Jadi itu kesedihan dinda selama ini ... Kenapa dinda tidak membicarakannya padaku?” Ucap Zalanbur sambil membelai kepala permaisurinya.

“Kanda ... Ijinkan aku kembali ke duniaku untuk sebentar saja ... Aku rindu rumah dan orangtuaku ...” Pinta Leni sangat berharap.

“Untukku untuk masuk ke duniamu sangat lah mudah, bisa setiap saat masuk dan keluar sesukaku tetapi bagimu yang sudah terikat alam jin, hal itu sangat sulit dilakukan ... Ada ritual tertentu yang harus dinda lakukan dan itu sangat berat. Kedua, bagi dinda tidak bisa setiap saat keluar masuk ke duniamu, hanya bisa dilakukan satu tahun sekali.” Jelas Zalanbur.

“Kanda ijinkan aku ...” Leni akan melakukan apapun untuk bisa pulang ke dunianya asalkan Zalanbur mengizinkannya.

“Ya ... Aku izinkan ...” Ucap Zalanbur seraya memeluk permaisurinya erat.

Setelah menghitung waktu yang cocok, akhirnya Leni memulainya ritualnya agar bisa membuka dimendi ruang bagi dirinya. Pati geni yang dilakukannya yaitu bertapa membisu tanpa makan dan minum selama tujuh hari tujuh malam dibawah bimbingan Zalanbur. Dengan keteguhan dan kerja keras, semuanya dapat dilalui Leni dengan tuntas. Dirinya sudah siap melalui pintu dimensi yang dibuat oleh Zalanbur. Sang raja siluman menggandeng tangan permaisurinya melalui lubang hitam sebagai pintu masuk ke dunia manusia. Leni masuk tanpa ragu. Untuk sesaat penglihatannya gelap namun hanya beberapa detik mengalami kegelapan, Leni pun akhirnya bisa melihat cahaya dan alam sekitar.

“Apakah aku sudah di duniaku, Kanda?” Tanya Leni.

“Ya ... Dinda sudah berada di dunia manusia ...” Jawab Zalanbur.

“Tapi ... Sekarang aku ada di mana?” Tanya Leni kembali karena apa yang dilihatnya tidak dikenalnya. Wanita itu berada di sebuah ruangan yang sangat megah. Ia mengedarkan pandangannya menikmati desain ruangan yang sangat elegan itu.

“Ini adalah rumahmu ... Letaknya di sebelah desamu dahulu ... Aku sudah mempersiapkan semua yang dinda butuhkan di sini ...” Kata Zalanbur.

Sambil bergandengan tangan, Leni dan Zalambur berkeliling rumah megah bertingkat itu. Memeriksa segala peralatan yang tersedia. Leni benar-benar bahagia karena telah disediakan semua keperluannya untuk hidup di dunia manusia. Tak henti-hentinya Leni mengucapkan terima kasih pada sang raja atas semua yang telah diberikan.

“Dinda ... Aku hanya memberi waktumu setahun untuk tinggal di sini ... Dan aku akan datang setiap malam jumat kliwon untuk menjengukmu ... Tetapi dinda bisa memanggilku kapan saja dengan mencium cincin ini tiga kali ...” Kata Zalanbur seraya menyematkan cincin intan berlian di jari Leni.

“Terima kasih kanda ...” Hanya itu yang bisa Leni ucapkan kepada Zalanbur.

“Aku pergi sekarang ...!!!” Kata Zalanbur lalu bergerak menuju pintu dimensi yang diikuti Leni dari belakang.

“Kakang ... Jaga anak kita baik-baik ...” Ucap Leni sebelum Zalanbur benar-benar masuk ke dalam pintu dimensi.

“Ya ....” Setelah itu tubuh Zalanbur seakan tertelan kegelapan dan tak lama kemudian pintu dimensi itu pun menghilang.

Leni tersenyum lega. Mimpinya selama ini terwujudkan. Langkah pertama untuk hidup di dunia manusia adalah melapor keberadaan dirinya ke RT dan RW. Lalu membuat Kartu Tanda Penduduk di kantor Desa dan Kecamatan. Selama beberapa hari, Leni pun mendapatkan dua orang pembantu wanita, supir dan tukang kebun. Kehidupan sebagai manusia mulai berjalan normal. Leni dikenal di lingkungan itu sebagai seorang janda kaya raya. Tak perlu berminggi-minggu, namanya sudah menjadi pembicaraan masyarakat sekitar.

Selasa, 18 Januari 2022

Pesugihan

Hidup miskin bukanlah sebuah pilihan. Siapa pun orangnya tidak akan ada yang mau untuk memilih hidup menjadi orang miskin. Nasib, barangkali itulah jawaban satu-satunya yang tepat. Siapa yang menginginkan hidup dengan serba kekurangan dan dalam kemiskinan, pastinya tak satu pun orang di dunia ini yang menginginkan semua itu. Jikalau diberi pilihan antara hidup miskin susah dan serba kekurangan dengan hidup kaya berlimpah harta serta semuanya serba ada sudah bisa dipastikan semua orang pasti akan memilih menjadi orang kaya serba ada dan yang pasti tidak pernah menginginkan hidup miskin dan serba kekurangan.

Kemiskinan sudah menjadi sebuah siklus kehidupan yang wajib dijalani oleh keluarga ini. Seorang laki-laki menghela nafas panjang dan berat. Laki-laki itu tidak tega melihat istrinya hanya memegang selembar uang ribuan saja. Ia tak berdaya. Untuk saat ini, hanya itu yang ia miliki. Wanita yang setia menemani laki-laki itu menatapnya dingin, dengan raut muka penuh kekhawatiran. Belum juga usai kebingungan mereka, tiba-tiba...

“Hilmaaannn .....!!!” Suara menggelegar terdengar dari luar rumah keluarga miskin tersebut. Laki-laki yang dipanggil ‘Hilman’ itu tergopoh-gopoh keluar dari rumah panggungnya.
“Ma-maaf ... Tu-tuan ... Aku ... Belum punya u-uangnya ...” Ucap Hilman terbata-bata sembari membungkuk-bungkukan badan di hadapan seorang pria setengah baya bersama dua orang bodyguard-nya. Mendengar ucapan Hilman tersebut membuat lelaki tengah baya itu geram. Ia mengerutkan dahinya kemudian mendekati Hilman.
“Kau bayar semua hutang-hutangmu Hilman...! Aku hanya memberimu waktu dua hari. Kalau kau tidak membayarnya, maka istrimu jadi jaminannya!” Ancam pria paruh baya tersebut dengan mengacung-acungkan tongkatnya ke wajah Hilman.
“Tidak...!!!” Teriak Hilman emosi dengan dahi berkerut.
“Cukup seminggu istrimu di ranjangku, hutang-hutangmu kuanggap lunas ... Ha ha ha ...!” Ucap laki-laki tengah baya itu melanjutkan ancamannya lalu berjalan meninggalkan Hilman sendiri.

Dengan lutut yang gemetaran, Hilman berusaha berjalan mendekati istrinya yang duduk di atas tikar lusuh dan rombeng yang di pangkuannya ada seorang anak perempuan sedang tertidur lelap. Sang istri menatap sendu pada suaminya sambil merasakan kesusahan di dalam hidupnya. Untuk beberapa saat hening, tak ada kata dan tak ada suara yang mampu keluar dari dalam mulut mereka. Tak lama, Hilman bangkit lalu berjalan keluar rumah dengan langkahnya yang sedikit terburu-buru.
Hilman bergerak setengah berlari menaiki sebuah bukit yang panjang dan terjal. Sebuah bukit yang agak tandus dan ditumbuhi semak-semak dan pohon bambu. Langkah-langkah kakinya begitu ringan ketika berjalan menuju menyusuri jalan setapak yang di samping kirinya berupa jurang yang cukup dalam. Hilman tidak menghiraukan badannya yang sudah basah kuyup oleh air keringat, yang ada di pikirannya hanya satu yaitu segera sampai di rumah tua itu.

Akhirnya kaki Hilman menapak di halaman sebuah rumah tua yang letaknya tepat di puncak bukit yang baru saja ia lalui. Perlahan laki-laki itu mendekati pintu rumah tua tersebut. Belum juga sampai, suara dari belakangnya membuat Hilman berhenti melangkah.

“Ada apa, cu ...!” Sebuah suara tua merayap ke telinga Hilman. Langsung saja ia menoleh ke belakang.
“Ki ... Aku mau ke goa itu ...” Ungkap Hilman.
“Kamu mau melakukan pesugihan ...” Kata si kakek tua yang ternyata seorang juru kunci Goa Nandis, sebuah goa yang cukup dikenal penduduk sekitar sebagai goa pesugihan.
“Iya ki ...” Jawab Hilman sembari mengikuti si juru kunci duduk du bale-bale rumah tuanya.
“Anak muda ... Pikirkan dulu masak-masak sebelum mengambil keputusan ...” Saran sang juru kunci seraya memegang paha Hilman lembut.
“Aku terdesak, Ki ... Tak ada jalan lain lagi ...” Ungkap laki-laki yang tengah dilanda frustasi tersebut.

Sebelum melakukan itu, si juru kunci mengingatkan Hilman akan semua konsekuensi yang harus diterimanya. Kakek tua itu mengatakan bahwa Hilman masih dapat mundur saat itu seandainya ia masih ragu-ragu. Merasa kepalang tanggung, Hilman tetap menyanggupinya. Ia pun menjalani ritual yang disiapkan oleh si juru kunci untuk melakukan perjanjian dengan Zalanbur.

Zalanbur adalah seorang jin tingkat tinggi yang memiliki kesaktian mandraguna. Usianya telah mencapai ribuan tahun. Berbagai macam manusia dari puluhan generasi sudah pernah ditemuinya. Ia hidup di tengah hutan Sarawang bersama para pengikutnya. Pengikutnya berasal dari berbagai golongan makhluk halus dan hewan liar yang hidup di hutan itu. Ia tak akan membantu sembarang orang. Syarat yang ditetapkannya pun sangat berat.

Sudah tak dapat ditahan lagi, niat dan tekad Hilman sudah sangat buat. Ki juru kunci pun kemudian mengantar Hilman menuju Goa Nandis. Tak lama berselang kedua orang itu sudah memasuki goa pesugihan. Ritual pun dilakukan. Saat melakukan ritual di dalam gua, Hilman pun berkesempatan untuk bertatap muka dengan Zalanbur.

Badan Zalanbur berwujud manusia. Tubuhnya yang jangkung tampak tegap didukung oleh badannya yang kekar dan berwarna gelap kemerahan. Wajahnya berbentuk segitiga dengan ujung dagu yang sangat lancip. Kedua matanya tajam dan berwarna merah. Sepasang tanduk besar menyerupai tanduk kambing jantan menghiasi kepalanya yang berambut panjang. Hilman bergidik melihat penampakan jin tua yang mengerikan itu.
“Hai manusia ... Ceritakan apa yang kau mau ...! Suara jin tua itu terdengar menggema di dalam gua.
“A..a..ku ingin mendapatkan kekayaan, Tuan...” Kata Hilman terbata-bata. Mata Zalanbur yang tajam menatap dalam-dalam pada Hilman yang agak merinding.
“Kau tahu apa syaratnya?” Tanya Zalanbur.
“Apa itu, Tuan?” Tanya Hilman gemetar. “Aku akan menyanggupinya…” Lanjut Hilman.
“Setiap bulan purnama kau harus mempersembahkan mayat bayi yang baru saja dikuburkan…” Ucap Zalanbur. Hilman Terdiam. “Jika kau lalai…. Bukan hanya kekayaanmu yang akan kutarik kembali… Melainkan juga orang yang sangat kausayangi akan kuambil….” Zalanbur menutup penjelasannya yang singkat.
“Baiklah, Tuan…” Jawab Hilman yang sudah gelap matanya menyanggupi.

Maka terjadilah pengikatan perjanjian antara Zalanbur dengan Hilman. Sepersekian detik setelah selesai pengikatan perjanjian, Hilman mendapat bongkahan emas, tentu saja ia memekik kegirangan. Zalanbur berkata kalau sebagian dari emas itu harus dijadikan modal usaha. Zalanbur memberikan wejangan kepada Hilman sebelum akhirnya lenyap tanpa bekas.

Hilman pun segera keluar dari dalam goa kemudian pamit kepada sang juru kunci. Laki-laki itu berlari menuruni bukit dengan langkah pasti. Hampir satu jam lebih, kakinya menginjak rumahnya. Ia ceritakan pengalaman hari tadi pada sang istri. Si istri hanya tersenyum namun senyumannya itu senyuman kegetiran.

Singkat cerita, Hilman pun terlepas dari jeratan hutang-hutang kepada beberapa orang serta membuka warung dan bengkel. Usahanya ternyata maju sehingga dalam waktu singkat Hilman menjadi pengusaha yang sangat sukses. Kehidupan ekonomi mereka pun semakin membaik. Sementara itu, setiap menjelang bulan purnama, Hilman memiliki kebiasaan baru. Ia akan mendatangi kuburan dan menggali makam bayi yang baru saja dikuburkan. Jasad bayi yang masih baru itu lalu dipersembahkannya kepada Zalanbur sebagai tumbal.

Bulan demi bulan pun berlalu. Semakin lama Hilman pun semakin merasa sulit untuk memenuhi janjinya kepada Zalanbur. Bukan saja ia harus mencari mayat bayi ke daerah yang semakin jauh, penduduk pun mulai resah dan curiga dengan maraknya penggalian kuburan bayi yang baru meninggal. Akibatnya, keamanan pun semakin diperketat. Ruang gerak Hilman pun semakin terbatas. Sampai suatu ketika, Hilman akhirnya gagal memenuhi janji pesugihannya pada Zalanbur tepat pada malam bulan purnama yang ke dua puluh tiga sejak perjanjiannya.

----- Milf_Love -----

PART 1

Saat itu sudah lewat tengah malam. Hilman merasa sangat gelisah karena tahu akan terjadi sesuatu. Leni yang saat itu sedang di sampingnya juga turut gelisah. Wanita itu baru saja selesai menyusui anaknya yang sempat terbangun beberapa waktu yang lalu. Pasangan suami istri tersebut menunggu di ruangan khusus di rumahnya sampai Zalanbur tiba. Tak lama berselang, tanpa ada tanda apa pun, Zalanbur tiba-tiba muncul diikuti oleh para pengikutnya. Walau sudah menduga hal itu, Hilman dan Leni tetap saja merasa terkejut.

“Hilman ... Kau tahu apa yang telah kau lalaikan malam ini?” Suara Zalanbur terdengar menggema di tengah malam yang hening. Hilman hanya diam dengan tubuh gemetar dan tegang.

“Kalau kau tak mampu memenuhi janjimu dalam pesugihan ini, aku sudah mengatakannya dengan jelas apa yang harus kau bayar… Aku akan mengambil nyawa anakmu sebagai tumbal… Atau aku akan mengambil istrimu untuk menjadi budakku di alam gaib sana… sebagai ganti atas semua kekayaan yang telah kuberikan padamu…” Kata jin tua itu mengingatkan. Leni yang terkejut mendapati kenyataan itu tentu saja tak merelakan nyawa anak kesayangannya diambil oleh Zalanbur.

“Baiklah, sekarang aku akan mengambil anakmu…” Kata Zalanbur sambil melangkah mendekati ranjang tempat anak Hilman dan Leni yang sedang tidur. Leni sangat terkejut mendapati kenyataan anaknya akan diambil secara paksa. Dihalanginya jin tua yang besar itu dalam langkahnya menuju ranjang. Naluri keibuannya untuk melindungi anaknya serta merta muncul.

“Aku tak rela nyawa anakku hilang demi melunasi hutangmu…” tegas wanita itu sambil memandang suaminya. “Biar aku saja yang ikut dia untuk menebusnya…” Sejenak setelah mengucapkan kata-kata itu, Leni sempat terkejut. Bagaimana bisa ia membuat keputusan seperti itu? Keputusan yang spontan dikeluarkannya untuk melindungi jiwa putrinya. Dalam hati ia sebetulnya sangat khawatir akan nasibnya jika mengikuti setan itu. Bagaimanapun, saat itu ia tak melihat cara lain sebagai jalan keluarnya.

“Baiklah, tak masalah bagiku ...” Kata Zalanbur sambil memeluk bahu Leni yang ada di dekatnya. “Anakmu atau istrimu, salah satu saja…. Sudah cukup bagiku…” Lanjut Zalanbur. Sementara Hilman tak mampu berkata apa-apa. Mulutnya serasa terkunci.

Zalanbur lalu melucuti seluruh pakaian Leni. Wanita itu sama sekali tak menolak apalagi meronta. Leni tak tahu mengapa ia tak melawan saat direndahkan dan dilecehkan seperti itu. Apakah ia berada di bawah pengaruh hipnotis? Sementara Hilman hanya bisa memandangi peristiwa itu tanpa daya sama sekali. Begitu istrinya telah bugil, ia melihat Zalanbur mengeluarkan seuntai rantai yang besar lalu mengalungkannya ke leher wanita cantik itu. Siluman sakti itu kemudian menyerahkan rantai itu kepada ajudannya yang setia.

Entah dari mana datangnya, segumpal asap yang tebal tiba-tiba muncul memenuhi ruangan. Zalanbur pun berjalan menembus asap itu. Diikuti oleh sang ajudan yang menuntun istrinya, menghilang ditelan kegelapan. Hilman hanya bisa memandang seluruh kejadian itu sambil menangis. Kedua kakinya benar-benar kaku tak bisa digerakkan. Sekujur badannya gemetar menahan perasaan takut, geram, dan tak berdaya yang bercampur aduk. Beban yang demikian beratnya membuatnya terjatuh. Perlahan-lahan asap pun menghilang tanpa bekas. Sama seperti istrinya yang raib dibawa Zalanbur, pandangannya pun menjadi gelap. Ia pun pingsan tak sadarkan diri.
----- ooo -----
Leni memulai kehidupan barunya di alam siluman. Setelah melalui asap tebal yang mengantarkannya meninggalkan alam manusia, sampailah ia di kediaman siluman tua itu. Tempat tinggal Zalanbur ada di tengah-tengah hutan. Hutan yang aneh dalam pandangannya sebagai manusia. Semua tumbuhan dan hewan yang ada di situ tak pernah dijumpainya di alam manusia. Semuanya dari jenis yang berbeda.

Istana Zalanbur terbuat dari batu pualam dan menyatu dengan sebuah pohon besar yang dikelilingi oleh sepetak lapangan yang agak luas. Lapangan yang merupakan pekarangan rumah itu menjadi pemisah antara istana dengan hutan lebat yang mengitarinya. Zalanbur membawa Leni berkeliling meninjau istananya yang megah dan pekarangan di sekelilingnya. Dijelaskannya satu per satu tugas yang akan menjadi kewajibannya sehari-hari. Dengan penuh perhatian wanita itu menyimak setiap penjelasan dan instruksi dari tuan barunya. Dengan hati yang berdebar-debar ia menunggu-nunggu sesuatu dari penjelasan siluman tua itu. Sampai Zalanbur selesai menjelaskan, apa yang ditunggunya dengan harap-harap cemas ternyata tak juga keluar.

Jelas bahwa Zalanbur sama sekali tak berniat untuk ‘menyentuhnya’. Padahal Leni tadinya mengira ia juga harus melayani siluman itu di tempat tidur. Wajar saja jika ia mengira demikian. Saat ia diambil dari suaminya, Zalanbur telah melucutinya hingga bugil. Begitu pula saat memberikan penjelasan, Zalanbur telah menegaskan padanya bahwa ia tak diperkenankan mengenakan sehelai kain pun untuk menutupi tubuhnya selama berada di alam gaib itu. Suasana yang dibangun memang seolah mengarahkannya untuk menjadi seorang pelayan seks. Nyatanya ia hanya harus melayani Zalanbur seperti seorang pembantu rumah tangga. Ia tiap hari harus memasak makanan untuk Zalanbur, membersihkan rumahnya, mencuci pakaiannya, menyiapkan segala peralatan dan kebutuhan sehari-harinya, tetapi tidak melayani nafsu birahinya

Seolah bisa membaca pikiran wanita itu, Zalanbur menceritakan penyebabnya. Rupanya siluman tua itu sedang menjalani ritual tertentu yang tidak memungkinkannya untuk melakukan hubungan seks sama sekali selama rentang waktu tertentu. Sejenak Leni menarik nafas lega. Memang sejak dibawa oleh Zalanbur ia telah mengantisipasi jika dirinya akan dijadikan sebagai pelayan seks. Toh ia tetap merasa gentar juga saat semakin sering berdekatan dengan Zalanbur dan dapat melihat ukuran penisnya. Alat kelamin itu menggelantung-gelantung seperti belalai gajah di balik kain tipis yang menutupi pangkal pahanya.
----- ooo -----

Zalanbur terlihat sedang duduk santai di singgasananya yang nyaman, seorang diri, di samping perapian yang kobaran apinya cukup memekakkan telinga manusia biasa. Namun kesendiriannya terusik oleh ajudan setianya yang masuk ke ruangan Zalanbur. Mata Zalanbur melebar sembari menegakkan duduknya menunggu sang ajudan tiba di hadapannya.

“Tuanku ...” Ucap Ranggawelang, sang ajudan, pada majikannya sembari membungkukan badannya.
“Ada apa Ranggawelang?” Jawab Zalanbur dengan suara kerasnya.
“Mohon ijinkan hambar untuk menggauli Leni ... Hamba menyukainya ...” Ungkap Ranggawelang tanpa tendeng aling-aling, langsung ke inti permasalahan.
“Ha ha ha ... Sejak kapan kau suka manusia?” Zalanbur tertawa terbahak-bahak.
“Sejak hamba melihatnya, tuanku ...” Jujur Ranggawelang.

Zalanbur termenung sejenak sambil menatap tajam ajudannya yang sedang bersimpuh di hadapannya. Zalanbur rupanya menyadari sosok wanita yang dibawanya itu benar-benar cantik dengan postur tubuh yang sangat indah. Sangat mubazir jika tidak dimanfaatkan. Dengan demikian, bukan berarti Leni benar-benar bebas dari kewajiban yang berhubungan dengan seks, karena ternyata Zalanbur akhirnya menghadiahkan Leni kepada ajudan setianya.

Bukan kepalang bahagianya hati Ranggawelang. Setelah menyembah beberapa kali kepada tuannya, siluman itu langsung mundur dari tempat Zalanbur. Ranggawelang menghampiri Leni yang sejak tadi memang sudah berada di ruangan Zalanbur dan mendengar semua yang baru saja terjadi. Sebagai budak ia hanya bisa meminta belas kasihan dengan airmata yang mengalir ketakutan, namun hal itu perbuatan yang sia-sia belaka.

Ranggawelang menarik tangan Leni secara paksa dan wanita itu pun hanya bisa menyerah, mengikuti tarikan Ranggawelang menuju ruangannya. Leni lagi-lagi harus pasrah saat tubuhnya didorong terjatuh di atas tempat tidur empuk beralaskan sutra. Mata wanita itu menyipit tatkala melihat senjata pusaka Ranggawelang yang besar bergelantungan di selangkangannya.

“Kau sekarang menjadi milikku ....!” Geram Ranggawelang sembari bergerak ke arah Leni yang sudah terlentang tak berdaya. Ranggawelang merangkak menaiki tubuh Leni. Siluman itu mencium bibirnya sedikit kasar. Membuat Leni hampir tidak bisa mengikuti alur bibir dan lidahnya yang bergerak menghisap bibirnya. Ranggawelang sangat mendominasi.

“Se-sebentar tuan ...” Lirih Leni.
“Ada apa?” Tanga Ranggawelang.
“Se-sebelum mengga-gauliku ... Bo-bolehkah a-aku meminta sesuatu ...?” Pinta Leni sangat memelas.
“Katakan!” Jawab Ranggawelang sambil menatap tajam mata wanita di bawahnya.
“Bi-bisakah tuan berubah wujud men-menjadi manusia?” Ucap Leni. Belum juga bibirnya kering, Ranggawelang tiba-tiba berubah wujud menjadi manusia.
“Seperti ini!” Ucap Ranggawelang yang wujud aslinya adalah mirip seekor kera kini berubah wujud menjadi seorang manusia yang sangat tampan. Leni menganggukan kepalanya sembari tersenyum tersipu malu.

Leni agak terkejut saat Ranggawelang kembali menciumnya sambil menggesek-gesekan penis besarnya ke wanita yang memiliki tubuh montok di bawahnya. Mulut Ranggawelang terus meluncur ke bawah menciumi leher lalu buah dada Leni yang besar disertai dengan hembusan nafas tepat di payudara itu. Membuat puting payudara Leni perlahan menegang. Dan semakin menegang ketika bibir dan lidah Ranggawelang menghisap, menjilat, serta tangannya yang nakal meremas payudara sintalnya.

“Aaaahh... Nnnhhh….” Leni memejamkan mata dan mulai mendesah ketika bibir makhluk di atasnya semakin turun menyusuri perut hingga ke daerah tersensitifnya yang sudah basah. Sesungguhnya Leni pun merasa heran atas dirinya sendiri karena secara tiba-tiba ia sangat menikmati perlakuan Ranggawelang terhadap tubuhnya. Wanita itu tak mampu menahan gelombang birahi yang merasuki jiwanya yang datang sangat cepat.

“Bahkan aku belum menyentuhnya dan kau sudah sangat basah, sayang…” Ucap Ranggawelang masih dengan hembusan nafas beratnya.

“Ka-kau yang membuatku… basah ... aaacchhh…!” Leni tidak sanggup melanjutkan kalimatnya ketika Ranggawelang mulai menghisap kelentitnya dengan sangat kuat. Reflek paha wanita itu terbuka lebar.

“Clkh… Mmhh… Slrrpp…” Ranggawelang dengan libido silumannya yang sudah memuncak terus menjilat-jilat vagina Leni dan menghisap cairan yang keluar dari lubang mungil itu. “Slrrpp… aahh…”

“Nnnhh… Ooooohhh…” Leni merasa seperti melayang. Lidah hangat Ranggawelang kini tengah bermain-main di area lubangnya. “Clk… Slrrpp… clkhh…!”

“A-aaku… ungh… aaacchhhhh....!” Lagi, Leni tidak sanggup melanjutkan kalimatnya ketika ia rasa orgasme pertamanya menyerang secara mendadak.

“Bluurrr ....!” Dan benar saja, cairannya muncrat dan meleleh di lidah Ranggawelang dan dapat Leni lihat makhluk itu malah keenakan menyedot cairan cintanya langsung dari lubang vaginanya yang berkedut nikmat.

Beberapa saat berselang, Ranggawelang merayap tepat di atas tubuhnya, menatap mata Leni yang telah sayu dan horny. Terlihat sangat seksi. Dengan lembut Ranggawelang mencium keningnya. Selanjutnya tangan Ranggawelang menuntun kakinya untuk menekuk, membuat kejantanan makhluk itu yang sudah tegang dipaksa untuk masuk ke dalam lubang kewanitaan Leni yang sangat sempit dan semakin tenggelam menyentuh titik kenikmatan wanita itu.

“Aaaaahhhh ....” Lenguh Ranggawelang yang merasakan penis besarnya terjepit lobang sempit milik Leni. Sementara wanita yang vaginanya terasa dibelah, hanya memejamkan mata erat dengan mulut menganga lebar. Leni meringis kecil ketika Ranggawelang mulai menggerakkan tubuhnya, menyentuh titik kenikmatan Leni berkali-kali. Lama kelamaan si cantik mulai mengerang, bahkan memohon kepadanya agar bergerak lebih cepat.

“Aahh ... aahh ... aahh ... aahh ...!” Leni mengerang-ngerang tatkala kejantanan itu menusuk-nusuk dirinya.

Ranggawelang bergerak dengan begitu liar di atas tubuhnya. Tapi aneh ketika ia rasakan penis besar itu sudah benar-benar tegang tapi belum mencapai puncak untuk ‘keluar’ sedari tadi. Leni terus merintih mengerang bahkan mengejang-ngejangkan tubuhnya. Leni tidak bisa melukiskan betapa nikmatnya perasaannya saat itu. Tubuhnya terasa seringan kapas jiwanya serasa diombang ambing di dalam lautan kenikmatan yang maha luas.

Dengan tiba-tiba Ranggawelang menarik tubuh Leni untuk bangun, dan memangku tubuh indah itu di atas tubuhnya. Dengan posisi perempuan di atas seperti ini, Leni serasa bagian bawahnya benar-benar terbelah dua. Rasanya sakit dan mengganjal tetapi nikmat dalam saat bersamaan karena penis besar milik Ranggawelang tertanam sepenuhnya dalam vagina ketatnya. Leni yang sudah kalap mencurahkan seluruh tenaga dengan memutar menggenjot bahkan menekan keras sekali pantatnya, kali ini dia yang berubah menjadi ganas dan jalang, bagaikan kuda betina liar dia putar pinggulnya dan bagai penari perut meliuk meliuk begitu cepat.

“Aaahhh... aaahhh... aaahhh...!!!” Racau Leni berkali-kali saat kejantanan Ranggawelang tepat mengenai titik manisnya. Wanita itu menggeleng tak berdaya saat Ranggawelang juga ikut menggerakkan tubuhnya ke atas dan ke bawah menggenjot tubuh Leni.

“Ngghhh…. nnhh...” Desahan Leni tertahan. Wajahnya memerah dan matanya terpejam, terlihat sangat menikmati permainan mereka berdua.

“Berbaliklah sayang… aahh…” Ucap Ranggawelang tiba-tiba. Ranggawelang membalik tubuh Leni tanpa melepaskan kejantanannya yang masih berada di lubang ketat si wanita. Hingga kini posisi Leni membelakangi Ranggawelang, dan dapat mahkluk itu melihat dengan jelas vagina merah muda yang masih mengurut penis besarnya.

“Aaaaacckkkk..!!” Sangat sakit tapi enak. Leni langsung memekik kenikmatan saat Ranggawelang memberikan hentakan pertamanya pada posisi ini.

Ranggawelang menyodokkan kejantanannya keluar masuk lubang itu dengan sangat cepat dan kasar, tangan kirinya ia gunakan untuk memegangi pinggul Leni dan tangan kanannya meraba ke depan untuk memberi sentuhan dan remasan bagi payudara Leni yang menggantung indah.

“Aahh… aahhh… nghh… Mmhh…. Aaahhh...!” Racau wanita itu tanpa henti.

“Eemmhh... aakh kau sempit sekaliih….” Balas Ranggawelang.

“PLAK...!” Ranggawelang menampar bokong Leni saat wanita itu sengaja mengetatkan lubangnya hingga penis besar Ranggawelang lebih terjepit.

“Aaaahhhh… Aaakuuu... akan keluar...hh sayaang… nghh… Aaaaaccckkkk!!!” Leni memekik menyambut orgasmenya sementara itu Ranggawelang semakin menambah kecepatan sodokannya hingga ....

“Croott .... Crooottt .... Crooottt .... Crooottt ....!”

“AARGHH…!!!” Pelepasan Ranggawelang yang panjang dapat Leni rasakan saat cairan sperma mahkluk itu keluar dan muncrat di dalam tubuhnya. Nafas mereka saling memburu, keringat mereka bercampur menjadi satu. Vagina Leni berkedut menerima cairan Ranggawelang yang sangat banyak meleleh di dalam. “Aaaahhhh…” desahnya pasrah.

----- Milf_Love -----

Dengan demikian ajudan setia Zalanbur lah yang akhirnya ketiban untung mendapatkan Leni. Itu pun sebenarnya sudah lebih dari cukup bagi Leni. Sudah jadi pengetahuan umum, birahi siluman lebih tinggi frekuensinya daripada seorang manusia. Belakangan Leni belajar bahwa lima kali hubungan seks adalah jatah minimal yang harus diberikannya kepada pasangannya itu tiap harinya. Leni pun jelas harus bersusah payah beradaptasi dengan kebiasaan itu. Dulu saat masih di alam manusia, tidak setiap hari ia harus melayani suaminya. Sekarang dengan frekuensi hubungan seks minimal lima kali sehari, Leni biasanya hanya dapat ikut menikmati sampai hubungan yang kedua atau ketiga. Selebihnya, dirasakannya semata-mata untuk memenuhi kewajibannya melayani birahi pasangannya itu.