Minggu, 09 September 2018

air susu buatan

Dengan telihat sedikit antusias Kara bercerita, dalam beberapa hal kondisi desa sekarang sudah jauh berbeda dibandingkan dengan saat kami tinggal pergi merantau dulu. Semua berawal dari sebuah penelitian yg melakukan riset untuk mencari tau lebih jauh potensi khasiat dari salah satu buah yg tumbuh subur dan menjadi ciri khas tersendiri bagi desa ini. Setelah melalui proses serta campuran akar tumbuh-tumbuhan tertentu, ternyata ekstrak dari seluruh komposisi tersebut menghasilkan suatu ramuan yg efektif meningkatkan produksi hormon testosteron peminumnya. Dimana hormon tersebut bekerja melebarkan pembuluh darah dalam tubuh, termasuk pembuluh darah pada penis. Hal inilah yg ternyata terbukti efektif dapat memperbesar penis tanpa membutuhkan proses dan waktu yg lama.

“Ooooooo gitu……” Jawabku seadanya berusaha memahami penjelasan Kara yg sok ilmiah itu.

“Tapi ati-ati Rin, ada efek sampingnya juga loh” lanjut Kara.

“Kenapa emangnya Kar, bukannya hasilnya udah terbukti gitu………” Tanyaku lagi.

“Ya tetep ada efeknya lah Rin. Tuh liat aja cewe sini, jalannya jadi pada ngangkang semua hahaha” Ujar Kara bercanda.

“Yeeee dasar, udah ah gue mau mandi dulu. Eh Kar, kali yg biasa tempat kita mandi dulu masih bisa dibuat mandi ga tuh. Gue kangen deh………..”

“Oh kali toge maksud lo, coba aja kesana. Kalo pagi sih mungkin masih sepi, tapi kalo sore….beuuuh rame banget” Jelasnya.

“Loh ada apaan emang Kar ko rame, biasanya pagi siang sore juga disana sepi mulu kayanya”

“Nah makanya dengerin gue dulu………”

Kembali Kara bercerita, kali ini mengenai sebuah sungai kecil yg terletak tidak jauh dari tempat kami. Dulu memang aku sempat tau di beberapa titik sepanjang sungai tersebut terdapat goa-goa yg sering digunakan oleh para pencari pesugihan untuk melakukan ritual di dalamnya. Sekarang, entah sejak kapan tepatnya berita tentang mitos itu beredar, namun banyak warga bahkan dari desa seberang terutama para kaum hawa yg datang untuk mandi di sungai tersebut. Mungkin mereka percaya dengan adanya mitos yg baru beredar bahwa dengan menceburkan diri ke dalam sungai tersebut secara rutin bisa memperindah tubuh mereka dan tentu mengencangkan kulit yg mulai keriput. Meskipun belum ada satu pun warga yg membuktikan mitos itu, namun nyatanya sungai tersebut tetap ramai dikunjungi terutama pada saat sore hari karena air yg mengalir sudah tidak terlalu dingin.

“Ooooooo gitu……” Jawabku setengah percaya dengan cerita Kara.

“Ah dasar lo dari dulu tetap aja oneng diajak ngomong ah oh ah oh doang. Udah ah gue mau masak dulu” Omelnya dengan nada bercanda.

Usai Kara pergi ke dapur aku lalu menuju ke kamarku untuk berganti baju. Kali ini sengaja aku memakai tanktop polos agar lebih simpel saat aku pakai untuk mandi di sungai nanti. Berhubung belum lengkap cerita seks tanpa penggambaran tubuh aktor utamanya maka sebab itu sejenak aku memperhatikan tubuhku sendiri di depan cermin yg terdapat di kamar ini.

Aku sangat bersyukur bisa memiliki tubuh yg kumiliki sekarang, sangat pas, tidak terlalu gemuk ataupun kurus. Banyak teman wanitaku yg jujur kalau mereka iri dengan tubuhku. Aku pun memahami mereka, karena aku sadar ada beberapa bagian tubuhku yg bisa dibilang lebih dari apa yg ada pada tubuh mereka. Ya, apalagi kalau bukan bagian payudara. Aku biasa mengenakan bh berukuran 36C atau bahkan 38B agar tidak terlalu sesak ketika sedang bersantai di rumah. Memang payudaraku termasuk besar namun tidak seperti payudara besar lain yg terkesan kendur seperti balon berisi air. Setelah mulai memasuki masa puberku dulu, payudaraku tidak hanya membesar namun kulitnya pun ikut mengencang. Mungkin tetap bisa dianalogikan seperti balon berisi air, hanya saja mungkin lebih tepatnya seperti balon berisi air yg sangat penuh sampai akan meletus. Saking kencangnya, payudaraku sampai tidak kehilangan bentuk ketika aku melepas bh yg biasa kugunakan untuk menyanggah kedua bongkahan daging tersebut. Tidak hanya itu, kalian tau areola? Yap, aku memiliki lingkar puting yg cukup besar, yg selalu membuat Mas Bayu bertambah gemas saat sedang menyusu padaku.


[​IMG]
Tidak hanya itu, dulu aku juga rutin melakukan squat saat aku masih berlangganan fitness di salah satu pusat kebugaran di Ibukota. Gerakan squat yg berfokus pada pembentukan pinggul itu pun ternyata cukup efektif membuat bagian bokongku tampak kencang membulat dan terkesan terangkat. Bahkan semakin membulat ketika aku mengenakan higheels ketika dalam acara resmi.

“Karrrrrr, gue ke kali dulu yaaaa” Teriakku pada Kara yg sedang asik memasak di dapur.

[​IMG]
Tanpa menunggu balasan Kara aku pun segera pergi berjalan menuju ke sebuah sungai tujuanku itu. Sepanjang perjalanan aku menikmati suasana desa yg masih segar ini. Membuatku melupakan tentang masalahku dengan Mas Bayu. Hmmmm Mas Bayu lagi, batinku. Sampai sekarang aku masih belum bisa memaafkan perkataan Mas Bayu yg begitu menyayat hati itu. Bahkan aku selalu berusaha untuk menghapus bayang Mas Bayu di pikiranku.
[​IMG]
Namun ingatanku atas masalah itu pun lantas sirna ketika mataku disajikan pemandangan sungai yg menjadi tujuanku. Indah sekali, masih bersih dan hijau tidak seperti sungai-sungai di Jakarta yg pasti sudah dipenuhi sampah rumah tangga. Aku lalu melanjutkan menuruni pinggiran sungai tersebut untuk menuju ke pinggirnya.

Dingin banget, batinku saat mencelupkan ujung kakiku ke air sungai yg mengalir itu. Untung saja hujan tadi malam tidak terlalu membuat debit air sungai ini meningkat, sehingga aku masih bisa menginjakan kakiku ke dasar sungai yg masih sebatas pahaku. Dengan telah mengenakan celana pendek yg sebelumnya telah aku rangkap dengan celana panjangku, aku lalu mulai membenamkan badanku menikmati aliran sungai ini.

Aliran sungai yg mengalir dingin melewati tubuhku ini begitu menentramkan hati. Dengan mata terpejam sambil menikmati pohon rimbun di atasku yg memberi bayangan peneduh, tanpa sadar telah membawa tubuhku telah berada sedikit lebih jauh ke bagian tengah sungai itu. Untungnya aku langsung terbangun ketika pundakku menabrak batu yg berada di dekatku.

“Loh ngapain mereka…….” Batinku ketika melihat segerombolan anak kecil yg membawa pergi barangku yg kutinggalkan di pinggir sungai.

“Eh heiiiii jangan dibawa! Berhenti!” Teriakku pada anak-anak tersebut yg tentu mereka acuhkan dan tetap berlari pergi membawa tas berisi handuk dan pakaian gantiku.

“Sialan! Apes banget sih aku………” Batinku kesal.

Dengan hati yg dongkol aku kembali menuju ke tepi dan duduk berpikir bagaimana caraku kembali ke rumah Kara. Tentu tidak mungkin jika aku harus berjalan kaki dengan pakaian minim yg basah seperti ini. Namun untungnya saja dewi fortuna tetap berpihak padaku kali ini.

“Ini tas kamu bukan………..” Tanya seorang lelaki yg tiba-tiba muncul mengagetkanku dari belakang.

“Loh…….iya bener itu tas aku. Tadi dibawa anak-anak iseng, makasih ya” Jelasku singkat sambil menutupi belahan dadaku dengan tangan.

“Eh sebentar, kamu bukannya Rina ya” Lanjut pria itu setelah melihatku berbalik.

“Emmm iya bener aku Rina. Kamu siapa, maaf aku agak lupa udah lama ga kesini soalnya” Sanggahku.

“Aku Ode…..eh sorry, maksudku Bimo. Dulu kayanya kita sering main bareng deh waktu kecil”

“Serius Bimo! Ya ampun bisa kebetulan banget ya”

“Iya lah beneran aku, masa boong. Kamu ngapain sendirian disini Rin? Pangling aku liat kamu sekarang” Lanjutnya ramah.

“Emmm gapapa Bim, kangen masa kecil aja hihi kamu sendiri ngapain disini?” Tanyaku balik.

“Aku lagi dapet cuti nih, makanya sempetin pulang ke rumah. Biasa anak mami haha”

“Oh Bapak Ibu di rumah ya Bim? Apa kabar mereka? Udah lama ga ketemu”

“Ada ko di rumah, mampir yuk. Mereka pasti kaget deh liat kamu” Tawarnya.

“Boleh deh, sekalian numpang ganti baju yah hihi”

Dengan handuk yg aku sampirkan di pundak, aku mengikuti Bimo menuju ke rumah kedua orang tuanya yg kebetulan tidak terlalu jauh dari sungai tersebut. Selama berjalan aku pun hanya mendengarkan dia bercerita dan sesekali menjawab jika dia menanyakanku, wajar saja karena cukup lama kami tidak bertemu. Kuketahui, Bimo adalah seorang pasukan khusus dan sedang mendapat cuti selama 3 hari yg ia habiskan untuk pulang ke rumah asalnya. Jadi perawakannya sekarang pun memang terlihat sesuai dengan statusnya sebagai seorang prajurit, sudah berbeda jauh dengan saat dulu terakhir kami bertemu. Bimo memiliki badan yg tinggi dan tegap mirip dengan badan Mas Aji yg sempat aku perhatikan semalam, hanya saja otot-otot Bimo lebih terlihat apalagi ditambah dengan dadanya yg membusung gagah. Juga mungkin karena terlalu sering berada di lapangan membuat kulitnya terlihat lebih gelap, namun menurutku hal itu justru menambah penampilannya semakin seksi. Jauh berbeda dengan Mas Bayu suamiku yg sekarang semakin membuncit.

“Buuuuu, Paaaaak, ada tamu nih………” Seru Bimo sesampainya kami di rumahnya.

“Eh ya ampun, kamu kan……..Rina ya” Sapa Bu Rahmi, wanita paruh baya itu dengan sebelumnya mencoba mengingatku.

“Halo Bu apa kabarnya, lama ga ketemu yah” Sapaku denga cipika cipiki.

“Ya syukur lah Bapak Ibu sehat, kamu sendiri gimana? Udah gede tambah cantik aja sih. Eh tapi Bapak masih ke kota belanja buat persiapan nanti malam, nanti juga balik ko”

“Baik Bu. Udah gapapa Bu, ini juga kebetulan tadi ketemu Bimo pas lagi di sungai. Jadi sekalian aja mampir silahturahmi”

“Oh gitu, yaudah Ibu tinggal ke belakang dulu ya takut gosong tempenya. Bim kamu temenin dulu yah” Kata Ibu yg kemudian meninggalkanku di teras depan rumahnya.

Tidak lama Bimo muncul membawakan segelas teh untukku. Entah apa yg sedang ada dalam pikirannya, tapi aku lihat hanya senyum kecil selalu terbentuk di wajahnya ketika melihatku.

“Kenapa sih Bim daritadi cengar cengir aja, mau ngeledek nih pasti…….” Tanyaku dengan nada sensi.

“Hehe ga ko, cuma inget jaman dulu aja. Pas kamu masih kurus item dekil hahaha” Tawanya lepas menggodaku.

“Sialan, tapi sekarang udah cantik kan…..huuuuuuw” Aku mencubit perutnya yg terasa keras, yg masih cekikikan menertawaiku.

“Eh Bim, emang nanti ada acara apa? Tadi katanya persiapan buat nanti malam” Lanjutku.

“Oh itu, biasa. Emang Bapak Ibu biasanya ngadain syukuran kecil-kecilan kalo aku sempet pulang ke rumah. Namanya juga jarang pulang Rin, itu pun kalo aku pulang masih hidup hehe” Jelasnya.

“Hussh ngomongmu tuh………..terus tadi kamu ko bilang nama kamu Ode sih, itu nama lapangan? Artinya apa?”

“Ya semacam itu lah, artinya………rahasia dong haha mau tau banget nih? Hehe nanti kalo beruntung juga kamu tau maksudnya apa” Jelasnya yg masih membuatku penasaran.

“Yeeeeeeee minta banget dikepoin banget sih kamu tuh………huuuuuuw” Kembali mencubit perutnya.

“Hehehe, eh sana ganti baju dulu gih. Masuk angin aja kamu nanti……” Katanya kalem mencoba perhatian.

“Iya bawel…….”

Aku pun lalu segera menuju kamar yg ditunjukan Bimo untuk mengganti pakaianku dengan yg telah aku bawa. Dan entah kenapa aku masih senyum-senyum sendiri karena masih membayangkan senyum Bimo ketika kami bertemu pagi ini.

“Udah ya Bim gue pamit dulu nih. Mau bantuin Kara beresin rumah………” Kataku.

“Yaudah Rin, salam ya buat Kara. Kalo sempet nanti malem mampir, lumayan loh makan gratis” Jawabnya bercanda.

“Hiiiih dasar ngeselin……….” Jawabku dengan raut muka yg kesal bercanda


 
“Karrrrr, gue berangkat dulu ya” Kataku pada Kara usai berdandan untuk mendatangi rumah Bimo malam ini.

“Dianter ga Rin? Kalo mau sekalian tuh Mas Aji juga mau keluar ko” Tawar Kara.

“Gausah ko Kar, deket ini, lagian juga kan ga searah. Eh lo ga ikut sekalian?” Tanyaku.

“Ga deh Rin, takut keinget masa lalu hihi udah sana gih berangkat, kasian tuh pacar lo nanti nungguin” Jawabnya menggodaku.

“Yeeee dasar, yaudah gue pergi dulu ya Kar”

Untung saja jarak rumah Bimo tidak terlalu jauh, sehingga aku pun berani saja berangkat seorang diri tanpa perlu menerima tawaran Kara untuk diantar Mas Aji. Lagipula malam ini cuaca cukup cerah, bulatnya bulan purnama pun terlihat cukup menerangi jalanan setapak desa ini. Meskipun begitu, jujur saja aku masih belum terlalu pede dan terbiasa dengan kondisi tubuhku sekarang, dengan dadaku yg semakin besar membusung. Dadaku sampai terasa sesak dibuatnya karena bh yg biasa aku pakai rasanya sudah tidak mampu lagi menampung seluruh payudaraku. Apalagi saat berjalan kaki seperti ini, saking kencangnya dadaku, kedua payudaraku menjadi terasa semakin memantul-mantul seiring dengan langkah kakiku. Kalian bisa bayangkan kencangnya, jika sebelumnya seperti balon yg penuh berisi air, sekarang seperti ditambah dengan tangan yg memeras hendak memecahkan balon air tersebut. Sangat kencang!

Namun rupanya aku tidak berjalan seorang diri, di ujung jalan aku melihat ada segerombolan pria yg sedang beristirahat di depan warung kecil yg ada. Kuketahui kalau mereka adalah para pekerja proyek pengaspalan jalan yg memang sedang mengerjakan jalanan desaku ini. Mereka pun serempak mengalihkan pandangannya ke arahku sesaat aku mulai melewati warung tersebut. Dan benar saja, siulan-siulan catcalling pun berlomba menggodaku yg sedang berjalan seorang diri ini.

“Suitttt suittttt, mau kemana Mba ko sendiri aja……”

“Dianterin yuk…….”

“Dibonceng di depan juga boleh…….”

Begitulah gaya kampungan mereka yg terus menggodaku, aku pun tetap berusaha cuek dan mempercepat langkahku untuk menjauhi mereka. Namun perhatianku sedikit tertuju pada seorang pria yg tampak berbadan lebih besar dari para pria-pria yg ada disana. Dia hanya diam duduk di sepeda motor yg terparkir, tidak ikut menggodaku, namun tangannya terlihat mengelus-elus selangkangannya sambil matanya seakan menikmati tubuhku dari kepala sampai ujung kakiku. Dasar cowo kampungan, batinku.

Tidak lama, sampailah aku ke rumah Bimo. Rupanya acara sudah selesai karena memang hanya membagi-bagi nasi kotak pada tetangga dan warga sekitar. Bimo terlihat membereskan meja yg ada di depan teras rumahnya ketika aku sampai.

“Dorrrrrrr………….” Aku mengagetkan Bimo dengan mencubit pinggulnya dari belakang.

“Eh kamu Rin, ngapain malem-malem kesini” Tanyanya menggodaku.

“Tuh kan sumpah ya ngeselin bangetttt, katanya suruh kesini huuuuu…….eh ko sepi, Bapak Ibu mana Bim”

“Oh baru aja berangkat mereka, jenguk Bude masuk rumah sakit, paling besok baru pulang. Kenapa sih nyariin mereka, cari yg udah ada aja kek” Jelasnya bercanda.

“Yeee dasar……minta minum dong Bim, haus nih jalan kaki” Pintaku manyun.

“Yaudah yuk, sekalian ke dalem aja. Di luar banyak nyamuk loh” Ajaknya.

Aku menunggu di ruang tamu rumahnya sembari Bimo membuatkanku segelas teh hangat. Tidak lama dia kembali dan sudah mengganti pakaiannya dengan yg lebih santai, dengan kaos oblong dan celana training pendek khas kesatuannya yg semakin menunjukan tubuhnya yg atletis malam ini. Dengan ditemani televisi yg tetap menyala, tak terasa obrolan kami terus berlanjut sampai hampir tengah malam. Aku sempat sedikit bercerita tentang masalahku ketika dia menanyakan kabar suamiku Mas Bayu dan aku juga menanyakan tentang dia yg sempat berhubungan dengan Kara. Bimo menjelaskan kalau memang waktu itu benar-benar kejadian tak terduga, kebetulan dia pun sedang dapat ijin cuti. Maklum saja, namanya juga terlalu lama menghabiskan waktu untuk latihan keluar masuk hutan, sekalinya ke kota ya tentu mencari pelampiasan, jelasnya.

Berhubung sudah larut malam, aku berencana untuk pamit pulang kembali ke rumah Kara. Namun baru saja Bimo mengantarku sampai depan rumahnya, tiba-tiba saja hujan turus begitu derasnya. Bimo menawarkan untuk mengantarku ke rumah dengan payung, namun aku pikir lebih baik menunggu sampai sedikit reda karena toh sudah terlanjur malam juga dan biasanya kalau hujannya deras maka mungkin lebih cepat reda. Kami pun kembali ke posisi duduk kami di dalam ruang tamu, namun baru saja Bimo merebahkan tubuhnya di kursi perhatianku langsung tertuju pada sebuah benda hitam yg menjulur keluar sejajar dengan pahanya dari celah celana pendek yg ia kenakan.

“Eh……….Bim………..itu apa……………” Kataku sedikit gagap.

“Loh…….eh sorry Rin………”

“Tau aja dia ada cewe cantik hehehe” Lanjutnya sambil membetulkan celana dan menarik daging hitam yg menjulur itu masuk ke dalam celananya.


[​IMG]
Bimo…….gede banget, batinku. Obrolan kami menjadi sedikit canggung karena kejadian tersebut. Aku tidak menyangka kalau baru saja sempat melihat kemaluan Bimo yg ternyata sebesar itu, sesuai dengan yg dikatakan Kara sebelumnya. Bahkan mungkin lebih besar dari milik Mas Aji yg sempat aku liha saat mengintip Kara. Ujung penisnya saja sudah sebesar bola kasti.

Sekilas aku membayangkan seberapa besar seluruh penisnya, apakah sanggup aku menangani penis sebesar itu. Aku mulai teringat dengan perkataan Kara tadi sebelum aku berangkat, apakah mungkin aku melakukannya dengan Bimo. Membalas Mas Bayu? Ya! Mas Bayu yg sudah tega berkata demikan padaku, yg menyia-nyiakan cintaku yg tulus. Cinta satu malam dengan Bimo, ya, mungkin bisa sedikit meredakan hatiku yg masih dongkol ini.

“Emang kamu nafsu Bim sama aku? Ko sampe nongol gitu dedeknya” Kataku mulai menggoda Bimo dengan menyebut penisnya sama seperti aku menyebut penis milik Mas Bayu.

“Eh kepo banget sih Rin kamu. Ya wajar lah, apalagi kamu sekarang beda sama yg dulu, cantik kamu Rin” Jawabnya kalem.

“Kalo cantik kenapa ga dari dulu aja kamu deketin aku hayoo. Malah keluyuran terus kamu tuh”

“Yah kan kamu dulu lama di kota, jadi mana sempet ketemu kan. Yaudah lah lagian kamu juga udah punya suami Rin, aku juga punya kehidupan sendiri. Terus sekarang aku bisa apa emang………” Jelasnya lagi.

“Serius banget sih Mas jawabnya, kaya lagi ujian aja hahaha” Candaku mencairkan suasana.

Bimo hanya tersenyum kecut memandangiku, seperti kesal, namun tetap dengan senyum manisnya. Tawaku pun mulai mereda ketika sadar Bimo memandangku dalam-dalam, seperti ada yg ingin dia sampaikan.

“Rin………..” Kata Bimo.

Rupanya Bimo langsung mendekatkan tubuhnya ke arahku, entah ada setan apa bibir kami sekarang sudah dalam keadaan saling menempel. Perlahan Bimo memagut bibirku mesra, lidahnya sesekali mencolek lidahku seakan mengajak berduel. Aku yg sudah tidak bisa berpikir jernih dengan serangan dadakan ini memutuskan untuk menikmati saja apa yg dilakukan Bimo padaku. Aku mulai membalas pagutan Bimo, membiarkan lidahnya melilit lidahku, mengaduk-aduk dengan liurnya yg sedikit berasa manis tidak seperti Mas Bayu yg pekat dengan aroma tembakaunya.

“Bim, di kamar aja…………” Pintaku dengan bibir yg tetap dalam pagutannya.

“Hah, mau ngapain emang? Ko pake ke kamar?” Sanggahnya berpura-pura polos menggodaku usai melepas pagutannya.

“Iiiiiiiiiiiih sumpah ya kamu tuh ngeselin banget! Tau ah, udah aku mau pulang aja!” Jawabku kesal bercamput kecut dengan mendorong dada Bimo menjauh dariku.

“Kkyyyyaaaaaaaaaaaaaa! Bim ih!” Jeritku kecil ketika tiba-tiba Bimo menggendongku dalam dekapannya.

Pintar sekali memang dia mengaduk-aduk emosiku saat ini, seperti memaksaku masuk dalam alur permainannya. Namun aku justru sangat merasa nyaman dalam dekapan Bimo saat ini, memandangi wajahnya, senyumnya, dengan tanganku yg merangkul lehernya dan menyenderkan kepala di pundaknya. Kamu mesra banget Bim, batinku gembira.

Kembali Bimo mulai memagut bibirku sesaat ia merebahkan tubuhku di kasur yg tentu akan menjadi arena peraduan kami malam ini. Aku pun mulai terlena dengan perlakuan Bimo kepadaku yg amat sangat lembut, seperti memperlakukanku layaknya permaisurinya malam ini.

“Aaaaaaaaah, Bim……..” Desahku ketika Bimo mulai melancarkan serangan kecupannya turun ke bagian leher dan tengkukku.

“Kamu wangi banget Rin…” Pujinya di sela kecupan bibirnya.

Tanganku yg semula merangkul lehernya pun sudah berpindah ke bagian pinggul, mengarahkan tubuhnya untuk berada di antara kedua pahaku. Begitu perlahan tapi pasti tempo permainan Bimo malam ini, seakan sudah mengerti dengan apa yg aku maksudkan.

Puas merangsangku di bagian leher, kecupannya mulai dia arahkan ke bagian dadaku. Aku pun mengerti dan mulai membuka seluruh kancing baju blouseku dan juga kait bh yg aku kenakan. Dia terlihat tertegun sumringah ketika melihat bongkahan daging kembar payudaraku yg tidak berubah bentuknya ketika bhku sudah terlepas.

“Waaaw Rin, beruntung banget yah suamimu……..” Katanya saat memandangi bentuk dadaku.

Aku yg sudah dalam keadaan memburu rangsangannya pun hanya diam kembali menarik lehernya untuk melanjutkan kecupannya di area dadaku. Namun rupanya Bimo seperti sedang mengerjaiku dengan alur permainannya sendiri. Lidahnya sudah berselancar menjelajahi seluruh permukaan payudaraku, namun sengaja ia melewatkan bagian puting yg justru merupakan titik rangsanganku.

“Kenapa sih ko bete gitu mukanya” Tanya Bimo menggodaku.

“Ngeselin bangetttttttt” Kataku yg diikuti tawa kecil kami berdua.

“Awwwwh Bim…ssssssss….aaaaaah……..Bimmmmm” Racauku sesaat setelah bibir Bimo mendarat di ujung putingku.

Bimo tidak menghiraukan desahanku dan tetap melanjutkan menyedot kedua putingku bergantian membuatku mengerang-erang tak karuan saat titik lemahku mendapat rangsangan bertubi-tubi seperti ini. Jemari Bimo mulai menarik turun resletingku, aku pun tanggap dengan sedikit mengangkat pinggulku untuk mempermudah usahanya meloloskan celana panjangku ini. Aku tentu tak mau kalah, Bimo sejenak menghentikan aksinya di putingku saat aku menarik lepas kaos oblongnya. Seperti ada sensasi tersendiri ketika jemariku menelusur dadanya yg begitu bidang dan juga lekuk otot tangannya yg begitu kokoh menopang saat menopang tubuhnya. Jemariku seakan tak bisa berhenti menggarisi lekukan-lekukan ototnya mulai dari perut sampai ke bagian bawah pusarnya, menggoda Bimo di area pangkal pahanya yg terasa sedikit mengurat.

Dia kembali tersenyum dan kemudian tubuhnya untuk berdiri tepat di sebelahku yg sudah dalam keadaan telanjang bulat. Dan benar saja dugaanku, Bimo mulai melonggarkan celananya yg langsung mempertontonkan penisnya yg menggantung besar tepat dihadapanku. Sungguh luar biasa ukuran penis yg dimiliki Bimo, dalam keadaan belum menegang sepenuhnya saja ukurannya hampir tiga kali lipat penis Mas Bayu saat dalam ereksi maksimal. Belum lagi urat-urat sebesar cacing tanah yg saling menjulur dari pangkal sampai ujung mengelilingi di sekujur batang penisnya. Bentuknya pun sungguh istimewa menurutku, betul-betul lurus tegak sempurna.

Dengan posenya yg gagah dan penisnya yg mengangguk-angguk di hadapanku, dia kemudian memposisikan tubuhnya mengangkangiku di bagian dada, mensejajarkan penisnya diantara kedua payudaraku. Aroma kejantanannya langsung menyeruak menusuk hidungku saat ujung penisnya sudah sampai terjulur ke bagian wajahku. Dalam keadaan sedekat ini betul-betul membuatku bergidik memandangi ujung kepala penisnya yg begitu kekar. Namun semakin aku memperhatikan penis itu, aku justru semakin kagum pada Bimo yg memandangi ekspresi mukaku dengan bangga akan penisnya.
[​IMG]
“Basahin dulu dong Rin…….” Kata Bimo.

Tanpa pikir panjang aku langsung memasukan kepala penis itu ke dalam mulutku setelah sebelumnya mengecup cairan precum yg sudah ada di ujungnya. Rasanya asin, tapi begitu menggairahkan bagiku yg baru mencicipi cairan bening tersebut.

“Juuuuh…….. ga muat Bim, gila gede banget” Kataku dengan melumuri penisnya usai kuludahi.

“Iya pelan-pelan aja, nafsu banget sih kamu hehehe” Katanya menggoda.

Dengan muka sewot aku melanjutkan kulumanku pada penis besarnya tersebut. Berkali-kali aku mencoba membuka mulutku lebar-lebar untuk memasukan penisnya lebih dalam, namun apa daya, hanya sebatas kepala penisnya saja yg muat masuk ke dalam mulutku. Aku mulai merasakan pegal di bagian rahangku yg kupaksa membuka maksimal.

Seakan mengerti aku yg tengah kewalahan mengoral penisnya, dia pun menyudahi dan merubah posisinya sehingga sudah berada di jepitan kedua pahaku, mengarahkan penisnya tepat di vaginaku yg sudah teramat sangat becek dibanjiri dengan cairan pelumas yg keluar dengan sendirinya.

“Bim……ssssss….aaaaah…….pelan ya” Bisikku pada Bimo yg mulai menggesek-gesekan klitorisku dengan urat-urat yg bergelonjang di sekujur batang penisnya.

“Iya tenang aja, nanti juga enak ko” Jawabnya meyakinkan.

Namun berkali-kali dia mencoba menerobos lubang vaginaku, penisnya selalu meleset. Aku perhatikan penisnya sampai berkelok-kelok saat berusaha menerobos dinding pertahanan vaginaku yg tentu belum terbiasa dan tidak sepadan dengan ukuran penis supernya. Aku pun mulai khawatir bagaimana rasanya saat penis Bimo berhasil membobol masuk ke dalam tubuhku.

“Kayanya kurang basah deh……………” Katanya dengan langsung meringkukan tubuhnya ke tengah pahaku.

“Kurang basah gimana Bi…….AAAAAAH BIMMMMM!” Jeritku seketika saat sebuah benda licin yg hangat mendarat di vaginaku.

“SSSSSSHH…..BIM!.......AAAAHHH…..KAMU APAINNNNN” Racauku menikmati lidah Bimo yg mulai menari-nari merangsang klitorisku.

Begitu pintar Bimo menemukan titik rangsangku. Aku menjadi semakin tak berdaya ketika tanganku sudah dalam genggamannya, membuatku terpaksa pasrah menahan geli yg begitu hebat merangsangku ketika pertama kali merasakan sebuah lidah menjilati vaginaku yg tidak pernah kurasakan sebelumnya saat bersama Mas Bayu.

“Keset banget Rin, bersih memekmu…….” Puji Bimo di sela-sela jilatan lidahnya.

“Hhhiyaaaa Bimmmm tapi kan kooootooorrrrrr….sssssss…..aaaahss”

“Kotor gimana, enak gini ko. Kalo ini kotor juga ga……..” Tanya Bimo yg langsung kembali mengarahkan lidahnya.

“OOOOUH! BIMMMMM!!!!” Jeritku saat Bimo meninggikan pinggulku dengan topangan tangannya.

Rupanya bukan lagi vaginaku yg menjadi sasaran jilatan lidahnya, melainkan lubang anusku! Seperti tidak ada sedikitpun rasa jijik, lidah Bimo seakan menusuk-nusuk duburku dan sesekali menyedotnya. Kedua pahaku yg terbuka lebar membuatnya makin leluasa menjilati seluruh permukaan di sekitar vagina dan juga anusku.

Tidak lama aku mulai merasakan setruman-setruman hangat di sekitar pangkal pahaku yg lama-lama berubah menjadi sebuah kedutan kecil yg persis kurasakan saat aku sedang kencing. Rupanya Bimo juga memperhatikan pinggulku yg berkedut itu, dia pun langsung mempercepat gerakan lidahnya yg lincah menyentil-nyentil klitorisku yg makin memerah.

“Bim………sssssh…..aaaaah……kamu apain ituuuu…..aaaaah” Racauku sambil meremas rambutnya tanpa sedikitpun ia hiraukan.

“BIMMMM TAHAN DULU! BIMMMMM! BIMMMMM!”

SERRRRRRRRRRRRR…………..SERRRRRRRRR…………SERRRRRRRRRRRR

“AAAAAAGGGHHHHHHH! BIMMMMMMMMMMMMM!” Jeritku meremas sprei kasur peraduan kami.

Rupanya aku baru saja merasakan orgasme. Orgasme terhebat yg pernah kurasakan. Tubuhku mengejang dan bergetar hebat, mataku seperti berputar sampai tinggal menunjukan bagian putihnya saja. Bimo pun tidak tinggal diam melihatku yg baru saja mencapai puncak orgasme, dia menyeruput habis cairan cinta yg baru saja menyembur dari dalam vaginaku.

“Sluuuuuurp….sluuurp……gurih banget Rin hehehe” Kata Bimo bangga.

“Hufff….huuuufff….Bim…..tahan dulu….aku ga kuat Bim…….huuuuh….huuuuuuh” Jawabku menarik nafas.

Memang bukan Bimo namanya kalau tidak pandai mempermainkan emosiku. Tanpa menjawab sepatah kata pun, dia hanya tersenyum puas melihatku yg masih menikmati orgasmeku dan kembali menaikan tubuhnya, memposisikannya seperti saat dia hendak melakukan penetrasi penisnya ke dalam vaginaku sebelumnya.

“Bimmmmm……tahan dulu dong……sabarrrr…..huuuuh…..huuuh” Pintaku memelas.

“Iya Rin iya….tahan ya………..” Jawabnya dengan menertawai kecil ekspresi orgasmeku.

Tanpa aba-aba, dengan sekuat tenaga dia kembali mencoba menusuk vaginaku dengan penis besarnya. Raut mukanya terlihat meringis ganas seakan sudah tidak memberi ampun lagi. Dan benar saja, setelah memperkuat dorongannya………….

JLEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEEB!

“AAAAAAAAARGGGGH! BIMOOOOOOOOOOOOO!” Teriakku sejadinya dengan memeluk erat Bimo menahan rasa sakit yg begitu hebat.

Untungnya saja kali ini dia sedikit pengertian dengan memberi waktu agar vaginaku bisa beradaptasi menerima penis yg ukurannya jelas berkali lipat lebih besar daripada penis yg biasa masuk ke dalamnya. Aku merasa vaginaku secara otomatis mulai mengucurkan cairan pelumasnya lagi agar bisa lebih lentur menerima penis besar Bimo. Sambil menunggu, Bimo kembali mencium lembut bibirku seolah membuat malam ini begitu mesra bagi kami berdua.

“Rapet banget Rin, sampe ngilu aku….” Bisiknya antara memuju dan menggoda.

“Punya kamu Bim kegedean, sampe mentok gitu tau”

“Mentok gimana sih Rin kan baru setengah aja yg masuk, tuh liat aja…..”

Rupanya memang benar, saat Bimo sedikit mengangkat tubuhnya aku bisa melihat langsung penisnya yg terparkir sempurna menancap tegak di vaginaku. Penisnya yg terasa memenuhi vaginaku rupanya baru setengahnya saja yg terbenam. Baru setengah aja rasanya gini gimana kalo masuk semua ya, batinku dengan sekilas membayangkan Kara saat bersetubuh dengan Mas Aji.

“Aku lanjutin ya…..” Bisik Bimo lagi.

“Tapi pelan ya Bim, biar agak lemes dulu pinggulku” Pintaku dengan nada memelas.

Perlahan Bimo mulai menarik sedikit penisnya dan kembali mendorongnya masuk, begitu terus sampai akhirnya aku merasakan dia mulai mempercepat ritme keluar masuk penisnya di vaginaku. Rasanya? Dengan kata-kata pun rasanya sulit aku ceritakan, penis Bimo sungguh luar biasa, urat-uratnya yg mengeras, bonggol kepala penisnya, begitu terasa menggaruk dinding vaginaku yg sebelumnya belum pernah terjangkau oleh penis Mas Bayu. Vaginaku terasa sesak sekali, rasanya seperti begitu mencengkram penisnya, terlihat dari labiaku yg ikut tertarik saat Bimo menarik penisnya dan begitu pula saat dia kembali mendorongnya.

Perlahan tapi pasti, mungkin itu lah yg bisa menggambarkan persetubuhanku dengan Bimo sekarang. Teman masa kecilku, seorang prajurit berpenis besar, yg berhasil membuatku menaruh hati kepadanya. Menaruh hati? Hmmm, jujur aku belum begitu yakin, aku hanya teringat pesan Kara. Ya, one night stand, hubungan cinta satu malam. Mungkin itu lebih cocok menyebut malamku saat ini bersama Bimo.

PLAK…PLAK…PLAK…PLAK…PLAK…PLAK…PLAK…PLAK…PLAK…PLAK…

“Ouuh Bim…Aaaaah pelannnn….ah…ah….ah….ah…..aaaaah!” Racauku mulai menikmati goyangan Bimo.

“Udah….masuk…..semua….Rin…..” Jawab Bimo terputus-putus sambil tetap menggoyangkan pinggulnya.

“Hiiiiyaaaa Bimmmmm….kamu hebattttt……aaaaaah….ssss….aaaaah……..terusin Bim…..agak ceeee….peettttt!”

Seperti kuda yg baru saja dipecut, mendengar permintaanku saat meracau barusan membuat Bimo semakin mempercepat goyangannya. Bimo sudah tidak mempedulikan lagi decit kasur yg bergoyang, dia sudah dikuasai nafsu, keringat sebesar butiran jagung kulihat mulai meluncur dari jambang ke dagunya.

CEPLAK… CEPLAK… CEPLAK… CEPLAK… CEPLAK… CEPLAK… CEPLAK… CEPLAK… CEPLAK…

“Rapetttt banget Rinnnnnn…….kaya perawan!” Desah Bimo.

“Terus Bimmmmm uuuuuugh…..ssssssh……uuuuuwgh! Enak bangettttttt!”

“Iya Rin! Tapi sussssaaaah…..” Lanjutnya berusaha menjaga tempo goyangannya.

Tidak lama, pinggulku kembali mulai berkedut menandakan orgasmeku yg hampir datang sebentar lagi. Untungnya Bimo masih sanggup menjaga temponya, sehingga aku bisa memperkirakan datangnya orgasmeku.

“Bimmmm….uuugh….dikit laaaagi…..akuuu…..sampeeeeee” Rintihku dengan tubuh yg bergoyang-goyang.

“Baaareng Rin…..aku jugaaaa…..udah ga kuattttt” Sahutnya.

PLAK…CPLAK… PLAK…CPLAK… PLAK…CPLAK… PLAK…CPLAK… PLAK…CPLAK… PLAK…CPLAK…

“BIMMMMMMMMMM!!!!” Tubuhku mengejang hebat saat kembali mencapai orgasmeku yg kedua.

“HHHHOSSSH….HHHHHHIYAAAAA RINNNNN!!” Sambung Bimo yg rupanya juga mencapai puncak orgasmenya.

SERRRRRRRRRRRRR…………..SERRRRRRRRR…………SERRRRRRRRRRRR

Berkali-kali tubuhku bergetar, seluruh persendian tulangku seakan mau lepas saat mencapai orgasmeku yg kedua ini. Tubuhku serasa mengencang sangat kuat, dadaku sudah melenting hebat! Aku sudah tidak lagi mempedulikan ekspresi orgasmeku di depan Bimo, yg aku rasakan hanyalah rasa nikmat yg memenuhi ubun-ubun kepalaku.

Bimo yg sudah mencabut penisnya kemudian mendekatkannya ke mulutku dengan tetap mengocoknya dengan tangan. Penisnya sudah siap hendak menembakan seluruh muatannya ke dalam mulutku, namun Bimo tetap memberiku waktu untuk menikmati seluruh orgasmeku sampai tuntas. Namun rupanya reaksi tubuhku atas orgasme yg baru saja kudapat belum berhenti sampai disitu. Rasanya tubuhku semakin mengejang lebih hebat dari sebelumnya, tiba-tiba munculah sebuah getaran baru yg merambat dari kaki sampai berpusat ke bagian dadaku. Putingku terlihat mengacung keras, dan……………………….

CRAAAAAAAAAAAAAAAATZZZZZZZZZZZ!!

“OUUUUUUUUUGGGGGGH BIMMM!” Kembali aku menjerit, namun kali ini dengan ekspresi kebingungan.

“Loh Rin! Keee…..kenapaaaa….kamuuuu…...” Bimo juga terlihat heran saat melihatku.

Entah apa yg terjadi pada tubuhku, namun memang benar-benar aneh. Orgasme yg kurasakan barusan seperti mengaktifkan seluruh fungsi kewanitaanku. Payudaraku, baru saja memuncratkan air asi! Ya, asi! Dengan begitu kuatnya sampai mengenai wajah Bimo.

“BIMMMMM KENAPA INIIIII” Racauku heran.

Bimo yg terheran-heran melihatku langsung segera mendekatkan penisnya ke mulutku yg sudah kubuka lebar siap menerima sperma yg memang sudah berada di ujung penisnya.

CROT…CROT……………..CROT……CROT…....CROT…………CROT………CROT

“Oooooh Rin, lega banget………” Lenguhnya sambil terus mengurut penisnya.

Sperma Bimo, mengingatkanku pada Kara dan Mas Aji pada malam itu. Hanya saja, sepertinya lebih banyak Bimo. Mulutku sekarang sudah terpenuhi dengan spermanya, bahkan sampai meluber dan cukup banyak sperma yg muncrat mengenai pipi, mata, sampai rambutku. Bimo seperti baru membuatku mandi dengan seluruh spermanya.

Usai persetubuhan yg hebat ini, Bimo langsung ambruk di sebelahku dan menarikku dalam dekapannya. Sedangkan aku? Masih disibukan dengan seluruh spermanya yg berceceran di wajah dan rambutku. Usai menelan habis spermanya yg tertampung di mulutku, aku masih harus membersihkan sperma-sperma lain dengan jariku dan kemudian mengecapnya di mulutku. Entah bagaimana aku bisa dengan santai bertingkah senakal ini.

“Kamu lagi hamil Rin? Ko asi kamu sampe keluar gitu sih” Tanya Bimo dengan nafas yg belum kembali normal.

“Gatau juga Bim, tapi yg jelas aku ga lagi hamil ko. Apa mungkin efek kelamaan ga berhubungan yah…..” Jawabku yg juga belum tau pasti penyebabnya.

“Tuh Rin, masih keluar loh. Ajaib banget……” Kata Bimo saat mencoba meremas payudaraku.

“Udah ih! Malah dipencet-pencet kamu tuh ih………….”Omelku padanya.

“Hehehe sempurna banget kamu Rin, tadi seksi banget, terus…………nakal” Bisiknya perlahan menggoda di telingaku.

“Masa sih Bim, aku kira bakal sakit banget loh soalnya punya kamu segede itu. Eh ternyata, bisa juga masuk….”

“Masuk sih masuk, tapi mbok ya jangan diremes to burungku. Ngilu banget tau Rin, kaya ada tangan yg ngurut tau ga” Jelasnya.

“Ya gimana, baru juga kamu Bim…..cowo lain yg tidur sama aku selain suamiku…..udah gitu, gede banget lagi……biking merinding tau ga” Jawabku kemudian menggeser kepalaku bersandar di dadanya agar lebih romantis.

“Hehe gede tapi enak kan…….makasih ya Rin…….Cup!” Kecup Bimo di keningku.

“Iya Bim, kalo balik lagi…..kabarin ya”

Senin, 14 Mei 2018

Asisten dukun

“Vi, mau gak jadi pacar gue?”, tanya Wawan.
“emm,, sori nih Wan, tapi gue lagi gak mood punya cowok”, jawabku.
“emang kenapa?”.
“ya lagi males aja”.
“please,,,”.
“kan masih banyak cewek di kampus ini”.
“ya, tapi yang paling cantik disini kan lo”.
“ah, udah ah, gue lagi buru-buru nih”.
“Vina,,tunggu”. Aku tak mengindahkan panggilan Wawan dan pergi meninggalkannya. Wawan memang sangat tergila-gila padaku seperti laki-laki lainnya di kampusku, bahkan aku sempat melihat isi tasnya dan menemukan buku yang aneh, setelah kubuka ternyata isinya adalah biodataku.

Isi buku itu :
Nama : Vina Larasati
TTL : Bandung, 2 Desember 1987
Berat : 49 kg
Tinggi : 168 cm
Zodiak : Sagitarius
Hobi : baca, makan bakso, godain cowok
Warna favorit : Ungu, putih
Makanan favorit : bakso, pangsit, roti
Minuman favorit : jus alpuket, tequila
Artis idola : Beyonce, Christina Aguilera, Kangen Band
Tempat favorit : Blitz Megaplex, Komik kafe
Ukuran bh : 34B
Nama Ayah : Kusuma Chokro Aminanto
Nama Ibu : Mona Deliawati
Dan masih banyak lagi, tak kusangka bahkan dia lebih tau tentang aku daripada diriku sendiri.

Itulah sebabnya aku tidak mau menerimanya menjadi pacarku, yah aku memang tidak mempermasalahkan wajahnya yang jelek, culun dan jerawatan itu. Tapi, seperti yang kubilang tadi, aku tidak nyaman dengannya karena dia aneh dan suka membanggakan dirinya, memang sih dia pintar dan sering ikut lomba karya ilmiah tingkat dunia, tapi aku benci kepada lelaki yang sombong. Setelah aku meninggalkannya, aku masuk ke dalam mobilku untuk pergi ke mall yang sudah menjadi tempat aku dan teman-temanku hang out. Sesampai di mall, aku langsung parkir mobilku dengan mudah karena memang sedang sepi, lalu aku keluar dari mobil dan menuju lift. Aku keluar dari lift dan menuju food court dimana teman-temanku sudah menunggu.
“hi girlz, sorry ya gue telat”.
“emang lo kenapa?”.
“biasalah, tadi ada cowok nembak gue”.
“siapa lagi, banyak banget sih yang nembak lo?”.
“itu si Wawan, anak teknik”.
“oh, si Wawan yang culun itu?”.
“iya”.
“berani-beranian, dia nembak lo, emang dia gak ngaca apa?”.
“ah, gue sih gak masalahin culunnya apa wajahnya”.
“oh, jadi lo terima dia?”.
“enak aja, ya nggak lah”.
“terus?”.
“emang sih gak masalah buat gue mukanya, tapi tau gak sih lo, masa’ dia punya biodata gue gitu”.
“maksud lo?”.
“ya, mulai dari nama gue, nama bonyok gue, bahkan ampe nomer bh ‘n jadwal menstruasi gue dia udah tau”.
“hah, kok bisa dia tau?”, tanya Riska
“mana gue tau, itu yang gue bikin illfeel ama dia”.

Kami pun terus ngerumpi dari masalah Wawan hingga hal lainnya sampai waktu sudah menujukkan pukul 8 malam.
“girlz, balik yuk capek nih gue”.
“tapi, kita nebeng ya”, balas Dewi
“ok, yuk”.
“anterin ampe rumah ya,pleeasssee”, pinta si Rani.
“ok,,ok,,sip dah”, jawabku. Lalu aku antar mereka satu persatu ke rumah mereka masing-masing, setelah itu aku pulang ke rumahku. Aku langsung parkir mobilku di garasi dengan hati-hati karena memang aku sering membuat lecet mobilku yang mengakibatkan aku mendapat omelan dari ortuku. Setelah beberapa menit ketegangan sewaktu memarkir mobil, aku pun berhasil memarkirkan mobilku dengan selamat.

Aku pun langsung ke luar garasi dan menutupnya, kemudian aku langsung masuk ke dalam rumah.
“mbok, bikinin orange jus donk”.
“non baru pulang ya?”, tanya Mbok Tari, pembantuku.
“iya mbok, tadi abis jalan-jalan, tolong ya mbok bikinin orange juice”.
“sip non, beres, non mau makan sekalian?”.
“gak usah ah, aku mau tidur aja, capek”.
“ok, non, ntar Mbok bawain minumannya ke kamar”.
“makasih ya Mbok”. Setelah beberapa menit aku menunggu di kamar sambil rebahan di ranjang dan menyetel radio, Mbok Tari membuka pintu kamarku sambil membawa minumanku.
“ni non minumannya”.
“makasih banyak mbok, oh ya mbok, ntar kalau mama ama papa udah pulang, aku gak usah dibangunin ya, capek berat nih”.
“ok non”. Lalu Mbok Tari keluar dari kamarku, aku segera meminum habis orange juice karena memang aku kehausan. Tanpa sadar, hanya dalam waktu 5 menit mataku sudah memaksaku untuk menutup, kuturuti kemauan mataku dan aku pun berpetualang di negeri mimpi.

Tiba-tiba aku berada di dalam sebuah kamar dimana banyak foto-fotoku tertempel di dinding baik yang sedang foto dengan teman-temanku baik yang sedang sendirian. Tiba-tiba ada seseorang masuk, setelah kuteliti ternyata orang itu adalah Wawan tapi telanjang bulat dengan penis yang cukup besar menggantung di tengah-tengah daerah selangkangannya. Aku mau bicara, tapi suaraku sama sekali tidak keluar. Wawan mendekatiku dan mulai mengelus-elus bahuku dan pipiku, tangan Wawan mulai merayap lebih ke bawah lagi sehingga kini kedua tangannya memegang kedua buah payudaraku dengan mantap. Wawan lebih mendekatkan dirinya lagi kepada diriku sehingga aku bisa merasakan hembusan nafasnya menerpa wajahku, dan dia langsung mendekatkan bibirnya ke bibirku yang tipis dan mungil. Dia lumat bibirku dengan penuh bernafsu seolah dia tak mau melepaskan bibirku, lalu dia mulai memasukkan lidahnya ke dalam mulutku dan menggerak-gerakkan lidahnya di dalam rongga mulutku, sementara itu tangannya mulai meremas-remas kedua buah payudaraku dengan gerakan memutar membuatku mendesah keenakan. Tanpa sadar aku memainkan lidahku juga dan membelit lidahnya sehingga kami seperti bermain di dalam rongga mulutku dengan lidah kami.

Aku menutup mataku karena entah kenapa aku menikmati dicumbu oleh Wawan. Akhirnya, setelah puas melumat bibirku, Wawan pun melepaskan cumbuannya terhadap bibirku dan mulai menurunkan ciumannya ke leher jenjangku membuatku kegelian. Hei, aku baru sadar, kata orang-orang kalau sedang mimpi tidak terasa apa-apa dan tidak ingat semuanya, tapi kok aku merasa geli dan aku ingat kalau aktifitas terakhirku sebelum tidur yaitu rebahan di kasur. Tapi, begitu aku menyadarinya, Wawan sudah mulai menjilati payudaraku yang masih terbungkus baju berwarna putih sehingga baju yang kupakai waktu itu basah karena jilatannya. Lalu dia mulai membuka kaosku dari bawah dengan kedua tangannya sehingga lama kelamaan baju yang menutup bagian atas tubuhku terbuka dan perut serta bh yang menutupi payudaraku bisa terlihat olehnya. Aku pun meluruskan tanganku ke atas sehingga dia bisa membuka bajuku, setelah membuka bajuku, dia membuka kaitan bhku dengan kedua tangannya sementara dia jilati belahan payudaraku membuat birahiku semakin di puncak saja. Setelah beberapa detik berusaha, kait bhku pun terlepas dan bhku langsung dilepaskan olehnya lewat kepalaku lagi.

Wawan menyuruhku agar tanganku tetap lurus ke atas sehingga dia bisa menjilati payudaraku dengan leluasa. Wawan menjilati kedua buah payudaraku yang montok dan kencang mulai dari pangkalnya alias dekat ketiakku. Aku merasa geli yang teramat sangat karena dia kadang-kadang menjilati ketiakku sehingga aku ingin menurunkan kedua tanganku tapi tidak bisa karena ditahan olehnya dengan kedua tangannya. Setelah itu, dia alihkan jilatannya ke belahan payudaraku dari atas hingga turun ke bawah, kemudian setelah belahan payudaraku basah oleh air liurnya, dia jilati seluruh permukaan payudaraku yang putih mulus dengan lidahnya hingga semuanya tertutupi air liurnya. Kini dari semua sudut payudaraku, sekarang tinggal putingku saja yang belum tersentuh lidahnya. Tanpa buang-buang waktu, dia gerakkan lidahnya menuju putingku, lalu dia mulai menjilati, menyedot, dan mengigiti putingku yang masih agak berwarna pink itu sementara putingku yang satunya dipelintir dan ditarik-ditarik oleh kedua jarinya membuatku semakin merasa nikmat saja.

Rupanya dia sudah tidak tahan lagi, dia berjongkok sehingga kini vaginaku tepat berada di depan wajahnya, Wawan merangkul pantatku dengan kedua tangannya sehingga vaginaku semakin mendekat ke arah wajahnya. Wawan menjilati vaginaku mulai dari daerah selangkanganku sampai ke bibir vaginaku yang masih tertutup rapat.
“aahhh,,,mmmhhh,,,”, desahku menerima serangan lidah Wawan di sekitar vaginaku.
“aaahhhh,,,akkuu keellluuaarrr”, erangku ketika mencapai orgasme karena sudah tidak tahan. Aku sudah tidak bisa membedakan lagi ini mimpi atau bukan karena rasa nikmat yang kurasakan begitu nyata. Kemudian, Wawan menyeruput habis cairan yang mengalir keluar dari vaginaku tanpa menyisakannya.

Begitu menghabiskan cairanku, Wawan menyuruhku tiduran di ranjang, aku menurutinya tanpa pikir panjang. Dia mendekati tubuhku yang sudah terbaring pasrah di atas ranjang, Wawan membuka kedua kakiku lebar-lebar sehingga vaginaku yang sangat bersih dan harum terlihat olehnya. Wawan seperti serigala yang kelaparan melihat bentuk vaginaku yang sangat bagus dan dalamnya masih merah merekah. Wawan letakkan kedua kakiku di bahunya dan dia langsung menaruh penisnya di depan bibir vaginaku yang masih tertutup rapat. Dia elus-eluskan penisnya di belahan bibir vaginaku membuatku menjadi semakin menginginkannya dan tanpa sadar aku berkata.
“ayoo,,cepeet Wan,,gue udaahh gaakkk taahaann”. Dia tersenyum melihatku yang sudah berhasil ia kuasai. Wawan membuka bibir vaginaku dengan kedua jarinya dan dia langsung bersiap-siap dengan menaruh penisnya di depan lubang vaginaku dan..
“bleess,,,mmhhhh”, desahku ketika penis Wawan yang tidak begitu besar menembus masuk ke lubang vaginaku. Tanpa berlama-lama Wawan langsung mulai memompa penisnya keluar masuk vaginaku.
“aahhh,,,teeruusss,,”, desahku karena memang terasa nikmat.

Desahan-desahan lembut keluar dari mulutku yang tak henti-hentinya menerima hujaman demi penis Wawan menerjang vaginaku. Selama terus menggenjotku, tangannya meremas-remas kdua payudaraku dan memilin-milin putingku, juga dia terus mencumbuku seolah aku kekasihnya yang sudah berpuluh-puluh tahun tak bertemu. Dia putar-putarkan pinggulnya sehingga penisnya terasa berputar di dalam vaginaku. 15 menit kemudian, aku tak tahan dan akhirnya aku orgasme untuk yang kedua kalinya, tapi cairanku tertahan oleh penis Wawan yang sedang tertanam di vaginaku sehingga berbunyi kecipak air setiap kali penisnya bergerak keluar masuk vaginaku. 5 menit kemudian, aku merasakan penis Wawan berdenyut-denyut dan akhirnya, Wawan pun oergasme dan menyemburkan spermanya di dalam vaginaku. Spermanya benar-benar terasa hangat di dalam vaginaku. Setelah itu, tiba-tiba aku tersadar dan membuka mataku, jantungku berdegup kencang seperti sehabis mimpi buruk, tapi itu memang mimpi buruk kurasa. Selain merasa deg-degan, aku juga merasakan vaginaku basah, maka dari itu aku langsung membuka selimut dan melihat ke arah selangkanganku yang terbalut celana tidurku yang terbuat dari katun. Jelas sekali, di celanaku basah hanya di bagian selangkanganku saja, karena penasaran, aku membuka celana tidurku, dan karena kalau tidur aku tidak memakai celana dalam, aku pun bisa langsung melihat vaginaku belepotan dengan noda putih.
Aku mencolek sedikit cairan putih itu, cairan itu sangat lengket dan ketika aku memutuskan untuk sedikit menjilatnya agar lebih yakin, aku jadi benar-benar yakin kalau itu adalah sperma yang sudah bercampur cairanku sendiri.
“hah?! kok bisa ada peju disini? apa gara-gara mimpi tadi?”, tanyaku keheranan juga ketakutan. Untungnya sudah jam 8 pagi sehingga aku bisa bangun dan bertanya ke teman-temanku. Siangnya, aku bercerita kepada teman-temanku, dan mereka mengatakan kalau aku harus ke dukun.
“apaan lo bilang Wi, dukun? gak ah, gue kan paling anti ama yang begituan”.
“coba dulu dah, nih gue kasih alamatnya”.
“yaudah, tapi gue gak bakal ke sana, daripada gue ke dukun mendingan gue dugem”.
“ada benernya juga Lo”, sambung Riska.
“yaudah, ntar malem kita dugem yuk”.
“ok, gurlz nanti malem kita dugem ya”.

Scene II : Dukun Hi-tech

Di klub malam itu, tak biasanya aku mual-mual, biasanya meskipun aku minum lenih dari 5 gelaspun aku kuat, tapi malam itu, entah kenapa aku merasa mual, untung aku bisa menahan dan muntah di kamar mandi sehingga aku tidak muntah di depan banyak orang. Saat di toilet, aku berkaca untuk merapikan make-upku, tapi tiba-tiba aku melihat sesosok orang dan ternyata itu adalah Wawan menatapku dingin. Spontan, aku terkejut dan lari keluar kamar mandi. Sejak kejadian malam itu, aku sering melihat bayangan Wawan baik di cermin, jendela, ataupun tepat berada di hadapanku. Tapi dengan menenangkan hatiku, aku bisa melewati malam itu tanpa mimpi buruk. Esok harinya, setelah bangun tidur, sambil bermalas-malasan aku menyalakan televisi dan kebetulan chanelnya tentang berita. Aku menjatuhkan remote dan tersentak kaget melihat berita di channel yang kusaksikan.
“telah diketemukan lelaki berumur 20 tahun gantung diri di kamarnya setelah ditolak oleh seorang gadis”.
“ah, mampus gue, apa gara-gara gue? jadi mimpi yang kemarin ‘n bayangan-bayangan yang gue lihat, jangan-jangan hantu”. Badanku langsung keringat dingin dan pucat, untungnya Mbok Tari masuk untuk membawakan sarapan.
“non, nih sarapannya”, kata Mbok Tari sambil meletakkan makanan di meja yang berada di samping ranjangku.
“mbookk,,,”, teriakku sambil memeluk Mbok Tari dengan kencang.
“ada apa Non, kok pucat begini?”.
“tadi malem, aku abis ngeliat hantu”.
“tenang non, tenang non”, Mbok Tari berusaha menenangkanku sampai aku tenang 3 menit kemudian.

“udah non, sekarang udah siang, jadi gak bakalan ada hantu”. Setelah kupikir-pikir Mbok Tari ada benarnya juga sehingga aku menjadi tenang. Setelah itu, aku mandi sambil ditemani oleh Mbok Tari karena aku masih merasa takut. Kemudian, aku pergi ke salon sambil was-was, takut-takut ada hantu Wawan di kursi belakangku. Di perjalanan aku terus-terusan mual, dan ingin muntah sampai-sampai aku harus berhenti untuk muntah. Aku juga jadi memikirkan masalah mualku ini.
“masa’ gara-gara tadi malem, masih kerasa ampe udah siang begini sih?”, tanyaku dalam hati. Karena itu aku membatalkan rencanaku untuk pergi ke salon dan jadi pergi ke dokter. Dokter bilang tidak ada apa-apa dengan diriku dan mual-mual yang kurasakan hanyalah masuk angin biasa, tapi aku yakin ada sesuatu yang tidak beres dengan diriku. Hari demi hari berlalu, aku masih mual-mual dan terus menerus dihantui oleh hantu Wawan sampai aku merasa tidak tahan lagi dan hampir gila, saat itulah aku melihat sepotong kertas di dompetku.
“apaa nih?”, tanyaku dalam hati. Dan ternyata itu kertas itu berisikan alamat dukun yang pernah ditawarkan oleh Dewi. Aku memutuskan untuk mencobanya, daripada aku tidak melakukan usaha apa-apa dan bisa-bisa lama kelamaan aku menjadi gila. Tapi, aku tidak mengajak teman-temanku karena aku sudah pernah bilang kalau aku anti dukun, masa’ tiba-tiba aku berubah pikiran, gengsi donk.

Yang aku tau, dukun biasa buka praktek pada malam hari, jadi aku memutuskan untuk datang malam hari. Malam harinya aku langsung memacu mobilku ke tempat praktek dukun itu yang bertempat di jl. Pocong Marocong. Setelah sampai, rumahnya sangat seram sesuai dengan dugaanku, aku masuk ke dalam rumah dan betapa kagetnya karena begitu aku masuk keadaan dalam rumah sang dukun sangat berbeda dengan di luarnya. Di dalam ruangan itu, ada foto-foto sang dukun yang ternyata narsis, ada yang sedang senyum, ada foto yang seperti gaya Naif atau jaman dulu, bahkan ada fotonya yang sedang memeluk Teddy Bear. Tiba-tiba kudengar suara.
“silakan masuk Vina”. Aku tersentak kaget karena suara itu entah muncul darimana dan bagaimana dia bisa tau namaku. Aku pun mendekati pintu satu-satunya yang ada di hadapanku. Begitu aku masuk ke dalam, aku menjadi kurang yakin kalau tempat yang kudatangi adalah rumah dukun karena ruangan itu dicat pink dan banyak teddy bearnya, ditambah lagi, ada seorang pria tua dihadapanku yang sedang memegang laptop dan memakai pakaian seperti Rhoma Irama.
“silakan duduk dek Vina, sebentar ya, gue lagi main CS nih”. Aku pun duduk di hadapannya dengan wajah heran dan bingung. Tiba-tiba.
“mampus lo, akhirnya kena juga gue tembak”. Aku agak kaget juga mendengarnya berteriak seperti itu. Tak lama kemudian dia menyapaku.

“maaf ya, gue tadi main dulu, abis tanggung sih”.
“mm,, maaf nih, mbah, dukun apa bukan?”.
“ya dukunlah, emang lo kira apa?”.
“abisnya gak meyakinkan sih”.
“emang menurut lo dukun tuh kayak gimana?”.
“yah biasanya kan, dukun itu serem, catnya gelap, dekorasinya tengkorak, pokoknya yang kayak gitu deh”.
“aah, itu mah dukun kuno”.
“oh, jadi mbah dukun gaul ya?”.
“yah, bisa dibilang begitu”.
“terus kenapa catnya pink ‘n banyak teddy bear?”.
“oh, gue emang agak feminim”.
“ini dukun beneran apa bukan sih?”, tanyaku dalam hati.
“udah, jangan ngebahas itu, lo punya masalah diikuti hantu terus kan?”.
“hah?! mbah tau darimana?”.
“lo lihat di pintu masuk tadi deh”, aku pun langsung menoleh ke belakang dan melihat ada semacam gerbang seperti alat pendetektor logam yang ada di bandara pesawat.
“itu bukannya alat pendetektor logam, mbah?”.
“oh, bukan, itu, alat pendetektor masalah gaib”.
“hmmh? saya jadi bingung nih mbah?”.
“udah, deh pokoknya, gue tau masalah lo”.
“mbah dapet dari mana tuh alat?”.
“dari temen chatting sesama dukun dari Amrik”. Aku jadi semakin bingung saja.

“oh ya mbah tau darimana nama saya?”.
“lo gak lihat ada kamera pengawas di depan pintu, nah kan gue dapet tuh gambar lo, langsung dah gue cek ke markas polisi tentang data lo”.
“hah, kok bisa?”.
“iya, dong, biar dukun, gue juga bisa ngehack”.
“ah, bingung saya jadinya mbah”.
“udah, lo gak perlu bingung, mendingan sekarang lo diem dulu dah”. Lalu mulutnya komat-kamit sperti sedang membaca mantra, dan tak lama kemudian Mbahpun selesai.
Mbah, nama mbah siapa?”.
“oh ya, gue lupa, nama gue, Charles Ganteng, biasa dipanggil Centeng”.
“…”, aku hanya diam.
“oh ya, nama hantu yang ngikutin lo Wawan kan?.
“iya, tau darimana Mbah?”.
“emangnya tadi gue komat-kamit buat apa”.
“ya maap mbah, sayakan gak tau”.
“bentar ya, gue e-mail si Wawan dulu biar dateng ke sini”.

Biarpun cara manggil hantunya tidak biasa, tapi hantu Wawan benar-benar muncul di samping Mbah Centeng.
“nah, ini dia, si hantu, sini lo”. Wawan pun mendekati Mbah Centeng.
“lo kenapa gangguin si neng cantik ini?”.
“abisnya gue cinta mati ama dia”, jawab hantu Wawan.
“cinta sih cinta, tapi kan lo beda dunia sekarang, mendingan sekarang lo jangan ngikutin neng Vina lagi, kalau gak gue kepret, jadi babi lo”.
“gue bakal terus ngikutin Vina”.
“ee,, dibilangin ngeyel ye,,”.
“bukan gitu, Vina udah ngandung bayi gue”.
“hah?!”, aku tersentak kaget.
“emang bener?”, tanya Mbah Centeng kepadaku.
“saya gak pernah begituan ama dia mbah, paling-paling waktu di dalam mimpi yang pernah gue alamin”, jawabku.
“ooh gitu, waduh curang lo ye, mau mati, sempet-sempetnya nanem peju di neng ini, supaya arwah lo terus ngikutin neng ini"

“udah pergi lo, gue mau ngobatin neng ini dulu, abis itu nanti gue balikin lo ke alam lo”. Hantu Wawan pun langsung menghilang meninggalkan aku dan Mbah Centeng.
“oh gitu ceritanya,, i see”, ocehan Mbah Centeng.
“gini aja dek Vina, lo mau gak telanjang?”.
“hah, buat apa mbah?”.
“supaya gue bisa ngangkat tuh bayi”.
“di cessar aja deh mbah”.
“emangnya gue dokter!! lagian ini kan bayi goib, jadi mana bisa”.
“oh, ya, yaudah mbah, saya mau telanjang deh, tapi mbah jangan ngiler ya ngeliat body saya”.
“lo do’ain aja biar gue gak nafsu”. Aku mulai melucuti pakaianku satu per satu mulai dari kaos, celana jeans, sampai bra dan juga celana dalamku sehingga kini tubuh putih mulusku terpampang jelas di hadapan Mbah Centeng tanpa sehelai benang pun.

“body lo mantep banget”.
“tuh kan mbah jadi mupeng”.
“wajar dong, gue cowok normal biarpun agak fenimim”.
“terus, saya mau diapain mbah?”.
“oh ya, ampe lupa, lo tiduran deh”. Aku menurutinya dan tidur terlentang di lantai.
“bentar ya, gue scan dulu pake hp gue”. Lalu dia menggerakkan hpnya di sekitar perutku.
“nah, selesai, gila bayinya udah gede kayak gini, cepet amat”.
“mana mbah, sini saya liat”.
“tapi bo’ong,,”.
“yee, si Mbah ngelawak mulu”.
“bentar, gue tadi belum dapet”. Lama juga dia menggerak-gerakkan hpnya di sekitar perutku.
“ah, sialan nih bayi, pake ngumpet segala”.
“emang gak ada cara lain, Mbah?”, tanyaku.
“ada sih ‘n bisa langsung keluar dari dalam badan lo”.
“nah, tuh ada cara lain”.
“iya, tapi gue harus nyemprotin peju gue ke dalem memek lo supaya tuh bayi bisa keluar”.
“wah, jangan-jangan mbah ini, dukun cabul ya”.
“enak aja, nih kalau gak percaya ada sertifikat ISO ‘n SIP”.
“apaan tuh mbah?”.
“ISO itu International Sorcerer Organization, kalau SIP itu Surat Izin Perdukunan”.

“tapi mbah yakin kan, kalau abis itu, saya bakalan sembuh?”.
“200% yakin dah”. Agak ragu-ragu juga aku memutuskannya. Karena baru kali ini aku disuruh memilih untuk membiarkan seorang laki-laki tua mencicipi tubuh indahku atau aku terus menerus dihantui Wawan seumur hidupku.
“ok lah Mbah, tapi mbah telanjang dulu, biar saya ngeliat barang mbah juga”.
“wuih, gak nyangka, cantik-cantik aggresif juga, ok”. Lalu Mbah Centeng pun mulai membuka pakaiannya sendiri yang seperti pakaian Rhoma Irama itu. Penis Mbah Centeng termasuk penis yang besar dari semua penis yang pernah kulihat, karena penis Mbah Centeng berukuran panjangnya 23 cm dan diameternya 6 cm.

Lalu Mbah tiduran di lantai dan menyuruhku untuk menduduki wajahnya, setelah aku duduk di atas wajahnya, aku langsung menggerak-gerakkan pinggulku maju mundur serta menggoyang-goyangkan pinggulku sementara Mbah Centeng memegangi pinggangku dengan kedua tangannya. Aku apit kepala orang tua itu dengan kedua paha putihku sehingga kepalanya benar-benar terjepit di selangkanganku. Dia jilati vaginaku sampai aku benar-benar merasa keenakan karena dia pintar memainkan lidahnya yang panjang jika dibandingkan dengan manusia normal. Lidahnya terasa benar-benar nikmat menjilati rongga bagian dalam vaginaku dan bahkan lidahnya sampai mentok di ujung vaginaku. Karena itulah, aku jadi cepat mencapai orgasme dan mengalirkan cairan dari dalam vaginaku ke wajah Mbah Centeng, dengan sigap dia menerima semua cairanku dengan mulutnya sampai tak bersisa, dan Mbah Centeng memasukkan lidahnya lagi ke dalam vaginaku untuk menjilati sisa-sisa cairanku yang menempel di dinding vaginaku.
“mmmhhhh,,aahhhh”, desahku lembut menerima serangan lidah Mbah Centeng di dalam vaginaku. Setelah puas menjilati bagian dalam vaginaku, Mbah Centeng menyuruhku untuk menaiki penis supernya itu. Aku posisikan kepala penisnya tepat di depan lubang vaginaku, lalu aku mulai menurunkan tubuhku dengan perlahan agar tidak membuatku kesakitan, untungnya Mbah Centeng mengerti dan membiarkan aku yang memasukkan penisnya ke dalam vaginaku.

Ternyata, memang tidak mungkin, vaginaku hanya bisa menelan 3/4nya saja dari penis Mbah Centeng. Mbah Centeng tidak bergerak sama sekali supaya aku bisa terbiasa dengan penisnya terlebih dahulu.
“dek Vina,, memek lo manteb banget,, seret’n sempit banget”.
“mmmm,,”. Setelah beberapa detik kemudian, Mbah Centeng mulai menghujamkan penisnya ke atas sehingga penisnya lebih masuk ke dalam vaginaku.
“aahhh,,”, desahku karena hujaman penis Mbah Centeng berasa pedih tapi nikmat di vaginaku. Mbah Centeng memompa penisnya dengan perlahan agar aku tidak terlalu merasa sakit, dan lama kelamaan rasa pedih itu hilang dan berganti menjadi rasa yang sangat nikmat. Tanpa sadar, malah kini aku yang menggerakkan tubuhku naik turun sementara Mbah Centeng diam saja dan memperhatikan wajahku yang mengeluarkan ekspresi orang yang sedang keenakan. Melihat payudaraku berguncang naik turun dengan indah sesuai irama tubuhku yang naik turun, Mbah Centeng gemes dan langsung menangkap kedua buah payudaraku dengan kedua tangannya dan meremasnya dengan lembut.

Kadang aku memajukan tubuhku sehingga aku bisa memberikan bibirku untuk dilumat Mbah Centeng. Sudah 30 menit, Mbah Centeng memompa vaginaku, dia belum menandakan tanda-tanda akan orgasme. Karena aku bosan dengan posisi ini, aku meminta untuk posisi baru. Aku tidur terlentang dan menaruh kakiku di kedua pundak Mbah Centeng, dan dia pun langsung memasukkan penisnya lagi ke dalam vaginaku. Kali ini dia langsung memompa penisnya tanpa menunggu seperti sebelumnya.
“aahhh,,teerruusss,,,mmbaahhh”, desahku karena memang terasa luar biasa nikmat. Entah sudah berapa kali aku orgasme, mungkin lebih dari 4 kali karena setiap kali Mbah Centeng memompa penisnya ke dalam vaginaku terdengar bunyi kecipak air yang sangat kencang menandakan kalau vaginaku sudah sangat becek.

10 menit kulalui dengan posisi itu, kini Mbah Centeng sudah sangat bernafsu karena itu dia menekan kakiku ke depan sehingga kini dia agak setengah berdiri sementara kedua lututku berada di samping kiri dan kanan kepalaku. Dalam posisi ini aku merasakan hujaman penisnya lebih kuat dan lebih dalam dari sebelumnya.
“mmmaahhh,,,,Mbaahhhh”, desahku merasakan kenikmatan yang lebih daripada sebelumnya. Dan setelah 1 jam lebih kami bersetubuh, akhirnya penis Mbah Centeng mulai berdenyut-denyut dalam vaginaku dan dinding vaginaku meremas-remas penisnya agar cepat memuntahkan isinya.
“aakhhh,,,keelluuaarrr”, teriak Mbah Centeng seiring semburan spermanya yang masuk ke dalam vaginaku dengan sangat kencang dan banyak mungkin sampai lebih dari 6 kali semburan.
“nah,, sekarang coba lo berdiri”.
“kenapa mbah, saya lemes nih”.
“yaudah, sini gue bantuin”. Dengan dipapah oleh Mbah Centeng, aku berdiri, setelah berdiri sperma mengalir keluar dari vaginaku dalam jumlah banyak, dan tak lama kemudian.
“pluk,,”, bunyi dari seonggok daging kecil yang keluar dari vaginaku.
“hah?! apaan tuh Mbah?”.
“itu bayi si Wawan”.
“waduh,, kok bisa keluar sih?”.
“peju gue udah gue latih supaya bisa ngebunuh peju laen”.
“…”. Wawan pun muncul ketika Mbah Centeng memanggilnya dari laptopnya lagi.
“nih,, bayi lo!!”.
“mbah kejem amat”, balas Wawan.
“biarin aja, supaya lo gak bisa deket-deket ‘n gangguin neng Vina lagi, sekarang pergi lo,,,sshuhhh”. Hantu Wawan menghilang dan berubah jadi asap sehingga kami tinggal berdua lagi di ruangan itu.

“waduh, Mbah, thank’s banget nih,,”.
“gak papa, emang udah pekerjaan gue kok”.
“gue mesti bayar berapa?”.
“gak perlu, tadi kan udah dibayar”.
“huu,, dasar, oh ya mbah, nanti saya hamil gak nih ama Mbah?”.
“gak bakalan, peju gue udah gue latih biar gak bisa hamilin cewek”.
“hebat banget sih mbah, yaudah mbah, saya pulang dulu”.
“dek Vina, jangan pulang dong”.
“kenapa? masih ada hal yang perlu saya lakuin?”.
“nggak sih, tapi gue ketagihan nih ama memek lo”.
“dasar mbah, ngerasain langsung ketagihan”.
“iya, kan jarang-jarang gue bisa ******* ama cewek yang sexy ‘n cantik kayak lo,, jangan pulang ya plzzz”. Tadinya, aku berencana untuk menolaknya tapi tiba-tiba Mbah Centeng sudah merogoh-rogoh vaginaku lagi sehingga nafsu biarhiku muncul lagi.
“yaudah deh mbah,, tapi saya mandi dulu ya biar wangi”.
“yaudah. sekalian ama gue aja, kebetulan gue juga mau mandi”. Akhirnya malam itu, kami berdua bersetubuh semalam suntuk karena ramuan yang dibuat oleh Mbah Centeng, tenaga kami jadi tidak habis-habis dan kami tidak mengantuk, sehingga Mbah Centeng puas menikmati tubuhku sampai esok harinya.

Scene III : Piaraan Mbah Centeng

Aku membuka mataku dan melihat Mbah Centeng yang masih dalam posisi tadi pagi yaitu sedang mengenyot puting kananku.
“mbah,, bangun mbah,,”, kataku sambil menggoyang-goyang badan Mbah Centeng. Akibat aku menggoyang-goyangkan badannya, Mbah Centeng membuka matanya.
“ada apa cantik?”.
“udah siang nih, mbah, saya mau pulang”.
“bentar lagi deh sayang”, balasnya sambil mengenyot puting kananku.
“mmmm,, mbah,, saa,,yaa,, maauu puulaanngg”, kataku sambil terbata-bata karena terasa geli. Mbah Centeng akhirnya membuka matanya lebar-lebar.
“kenapa sih sayang buru-buru?”.
“yee si mbah, saya kan pengen pulang, lagian dari kemarin malam kan mbah udah ngentotin saya terus, pasti mbah udah puas kan?”.
“belum,,”.
“belum apanya,, liat tuh barang mbah udah ampe gak bisa diri lagi”, kataku seraya menunjuk penis Mbah Centeng yang sudah benar-benar lemas karena isinya sudah disedot semua oleh vaginaku yang sekarang sangat belepotan oleh sperma Mbah Centeng yang sudah mengering.

Mbah Centeng akhirnya melepaskan kenyotannya terhadap puting kananku dan duduk sila sementara aku menaruh kepalaku di daerah selangkangannya dan memperhatikan wajahnya yang ada di atas kepalaku.
“gini, sayang”, dia memanggilku sayang karena dia memang sangat menyukaiku dan aku pun sudah takluk akibat penis dan daya tahannya yang luar biasa.
“ada apa mbah?”.
“mau gak dek Vina kerja disini?”.
“kerja? gimana caranya?”.
“iya, jadi kalau yang datang pria dan ngeluh penyakit yang gak sembuh-sembuh, nanti dia harus ******* ama dek Vina supaya penyakitnya kebuang lewat pejunya”.
“terus,, pasien itu ntar ngeluarin pejunya dimana?”.
“di dalam memek dek Vina”.
“berarti ntar saya bisa hamil ‘n penyakitnya pindah ke saya donk?”.
“ya nggak,, ntar abis itu mbah buang peju mbah di memek dek Vina supaya peju ‘n penyakit itu ilang dari badan dek Vina,, gimana?”.
“mm,,,gimana ya?”.
“mbah bayar deh, 5 juta per minggu”.
“yang bener mbah?”.
“bener,, lagian kan, dek Vina cuma dientot doang”.
“yee, emangnya saya perempuan murahan apa,, enak aja si mbah?”.
“yaa,, plzz dong,, kan sekalian mbah bisa ngentotin dek Vina setiap hari,,plzzz”.
“tapi, saya boleh pulang ke rumah kan?”.
“boleh,, jam kerja dek Vina mulai dari jam 4 sore ampe jam 6 pagi, gimana?”.
“alah, pake jam kerja, udah kayak orang kantoran aja,, yaudah deh mbah boleh”.
“asiik,, mbah jadi makin cinta ama dek Vina”.
“ama saya, apa ama bodi saya”.
“dua-duanya sih,,hehehe”.
“yaudah, mbah mulai kerjanya besok aja ya, saya mau ketemu temen-temen saya dulu”.
“yaudah, sampai besok ya”. Aku pun memakai baju dan langsung menuju rumah dengan mobilku. Keesokan harinya, pada jam 15.30, aku berangkat ke rumah Mbah Centeng, tapi di tengah perjalanan, ada telpon masuk.
“halo,, siapa nih?”.
“ni Mbah Centeng, mau ngasih tau, dek Vina datangnya jam 11 malem aja”.
“kenapa Mbah?”.
“dek Vina belum ketemu 2 piaraan gue”.
“piaraan?”.
“udah pokoknya,dek Vina datengnya jam 11 malem aja”.
“sip mbah, yaudah kalo gitu, saya pulang lagi ya mbah”.

Sekitar jam 10.30, aku kembali memacu mobilku ke arah rumah Mbah Centeng.
“ayo dek Vina silakan masuk”, suara Mbah Centeng ketika aku turun dari mobil dan menuju teras rumahnya. Aku masuk ke rumah Mbah Centeng untuk yang kedua kalinya, yang terdengar hanyalah suara jangkrik karena rumah Mbah Centeng boleh dibilang jauh dari pusat keramaian. Perlahan aku memasuki rumah Mbah Centeng, dan langsung menuju ruangan praktek Mbah Centeng. Di dalam ruangan itu Mbah Centeng sudah menunggu sambil berduduk sila di depan meja yang ada laptop di atasnya.
“mbah, kok sepi sih? mbah gak laku yah?”.
“enak, aja, sengaja gue tutup cepet supaya gue bisa ngenalin lo ama peliharaan gue”.
“peliharaan apaan sih mbah? saya jadi bingung”.
“mending lo buka baju dulu deh”. Aku menuruti kata Mbah Centeng dan membuka semua pakaianku dan karena aku memang sengaja tidak memakai pakaian dalam, jadi ketika sudah kulepaskan kaos dan celana jeansku, tubuh putihku langsung terlihat jelas oleh Mbah Centeng tanpa ada sehelai benang pun yang menutupiku.

“wah, dek Vina udah siap ya? gak pake bh ‘n celana dalam?”.
“iya donk mbah”.
“bentar ya, mbah panggil dulu piaraan mbah”. Aku jadi deg-degan karena aku penasaran dengan piaraan Mbah Centeng itu. Akhirnya muncullah kedua piaraan Mbah Centeng yang ternyata 2 jin berwajah seram.
“ada apa bos,, manggil-manggil kami, orang lagi enak-enak tidur juga,,,”.
“tidur mulu,, tuh liat di depan lo ada siapa!!”. Mereka berdua langsung menatapku dengan mata mereka yang menyeramkan.
“wuah,, cantik sekali,, siapa ini bos?”.
“lah,, kok bisa ngerti cantik apa nggak sih,, jin apaan nih?”, tanyaku dalam hati.
“ini sekretaris gue yang baru”.
“bos tumben pake sekretaris?”.
“iya,, biar gue tiap hari bisa cuci mata, lagipula dia seneng ‘n mau jadi sekretaris gue”.
“boleh kenalan gak bos?”.
“justru itu,, gue manggil lo berdua biar kenalan ama sekretaris cantik gue”. Mereka berdua mendekatiku dan mengubah wujud mereka menjadi lebih kecil sehingga sepantaran dengan Mbah Centeng.
“perkenalkan,, nama gue Tomang”.
“nama gue Cuprit”.
“nama saya Vina”.

“Vina,, cantik sekali,,”, kata Cuprit.
“terima kasih”.
“bos, kok dia telanjang?”, tanya Tomang ke Mbah Centeng.
“itu dia, supaya lo bertiga lebih deket,, lo berdua boleh ******* ama dia”.
“si bos sembarangan aja,, mana mau cewek secantik Vina ini ******* ama 2 jin yang serem kayak kita, bener kan neng Vina?”, ujar Cuprit.
“nggak kok, bener apa kata Mbah Centeng,, kalian boleh kok menikmati tubuh saya”.
“yang bener nih?”, tanya Tomang keheranan mendengar kata-kata itu keluar dari bibir mungil seorang gadis cantik sepertiku.
“bener kok,, saya kan bakal jadi rekan kerja kalian”.
“bos,, gimana nih?”.
“yaudah,, silakan,, itung-itung hadiah buat lo berdua karena lo berdua adalah 2 jin gue yang paling penurut”.
“makasih bos”, jawab mereka berdua serentak. 2 jin itu berubah bentuk, yang tadinya bagian bawah tubuh mereka adalah asap kini menjadi seperti bagian bawah seorang laki-laki. Cuprit mempunyai penis yang panjang tapi kurus, sedangkan Tomang mempunyai penis yang gemuk tapi pendek.
“maaf ya neng Vina,, kami nyobain badan neng dulu”.
“silakan aja,, saya bakal ngelayanin kalian berdua”, jawabku sambil terkesima dengan kesopanan mereka yang seperti seorang pria bangsawan.

Tomang si berbadan besar mendekatiku yang duduk tanpa berbusana di tengah-tengah ruangan dari arah kananku, sementara Cuprit yang berbadan kurus mendekati dari arah kiriku. Secara perlahan, aku menurunkan tubuhku dan ditahan oleh kedua jin itu dengan kedua tangan mereka. Sekarang aku tidur terlentang sambil pasrah kepada dua jin yang akan mencicipi tubuhku.
“ohh,, gue udah gak sabar pengen nyobain memek neng Vina ini, Mang”, kata Cuprit pada Tomang.
“sama ama gue”, balas Tomang.
“yaudah,, ayo dimulai aja”, kataku menyela pembicaraan mereka.
“ok deh,, kalo emang diijinin”, balas Tomang. Tomang mulai menjilati seluruh bagian payudara kananku, sementara Cuprit menyapukan lidahnya juga di seluruh bagian payudara kiriku, baru kali ini aku merasakan kedua buah payudaraku disapu oleh 2 jin secara bersamaan, rupanya lidah mereka lebih kasar dan panjang dibandingkan dengan manusia. Mulut mereka juga bisa melebar dengan ukuran yang tak dapat dipercaya, bahkan mereka bisa memasukkan payudaraku yang berukuran 34B secara utuh ke dalam mulut mereka sehingga tidak heran lagi, baik payudara kanan maupun kiriku bermandikan air liur mereka.

Tidak henti-hentinya mereka memainkan mulut mereka di kedua buah payudaraku, juga sambil asyik melahap payudaraku masing-masing, Tomang dan Cuprit juga secara bergantian mengelus-elus daerah selangkanganku mulai dari bawah sampai ke atas hingga mengenai klitorisku sehingga aku tidak bisa diam dan menggelinjang kesana kemari menerima rangsangan birahi dari 2 jin yang sangat ahli memainkan tubuh wanita, apalagi aku memang sensitif. Akhirnya hanya dalam waktu 7 menit, aku mencapai orgasme dan mengeluarkan desahan nikmat.
“aaahhh,,,mmhhhh,,,oohhh”.
“wah, udah keluar ya neng Vina”, aku hanya mengangguk pelan.
“kalau gitu, gue duluan ya Prit,, gue kan abang lo”.
“curang lo, pake abang-abangan segala,, yaudah sono duluan,, tapi ntar bersihin loh,, jigong lo kan bau neraka”.
“ya iyalah,, kita kan emang dari neraka”.

Tomang pun memuntahkan payudara kananku yang tadi sedang dimasukkan ke dalam mulutnya lalu dia bergerak ke arah selangkanganku. Aku menekuk kakiku yang tadinya lurus dan tegang, setelah itu aku melebarkan kedua kakiku sehingga memberikan pemandangan indah ke Tomang yang sudah menaruh wajahnya di tengah-tengah kedua pahaku.
“hmm,,neng Vina memeknya wangi ‘n bentuknya bagus banget”, komentar Tomang sambil mengelus-elus belahan vaginaku dari bawah ke atas, kemudian dia memainkan klitorisku membuatku semakin kegelian dan keenakan.
“jiilaatt,,,donnngg”, kataku meminta karena birahiku yang sudah tidak bisa kutahan lagi. Tomang mulai menjulurkan lidahnya, dan akhirnya lidahnya menyentuh bibir vaginaku yang sudah basah akibat orgasme pertamaku tadi.
“ahhhh,,,teeruusss”. Dengan dukungan dariku Tomang menggerakkan lidahnya dan menyapu bibir luar vaginaku dari atas ke bawah, dan sebaliknya sehingga tidak heran aku menggelinjang karena selain memang terasa nikmat, beberapa kali lidahnya terkena klitorisku sehingga menambah rasa nikmat yang sudah ada. Sementara Tomang asyik menyeruput cairanku di bawah sana, kini Cuprit leluasa memainkan lidahnya di bagian tubuh atasku, mulai dari payudaraku, perutku, leherku, dan wajahku dijilati olehnya sehingga sekarang aku benar-benar berlumuran air liur Cuprit. Tadinya dia ingin tidur di atas tubuhku tapi karena takut nanti aku keberatan ditindih badannya, Cuprit memutar badannya sehingga badannya berada di atas kepalaku, dan kepalanya ada di depan wajahku, dia langsung lumat bibirku dan memainkan lidah panjangnya di dalam rongga mulutku, dan aku juga membalas serangan lidahnya dengan lidahku sehingga lidah kami saling bertemu dan membelit satu sama lain. Kurasakan benda hangat, keras, kasar, dan agak menonjol di sana sini menerobos masuk lubang vaginaku tanpa permisi.
“ohh,, sempitt gilaaa”, desah Tomanh yang ternyata sedang berusaha menjebloskan penis gemuknya ke dalam lubang vaginaku yang gelap, lembap, sempit, kesat, dan merupakan surga dunia bagi laki-laki ataupun JIN laki-laki.

Penisnya memang tidak terlalu panjang tapi diameternya membuat vaginaku benar-benar terasa penuh, tapi terasa nikmat. Aku melingkarkan kakiku di pinggangnya, lalu karena sudah tidak tahan lagi, Tomang mulai menggerakkan pinggulnya maju mundur sehingga penisnya yang gemuk itu bergesek-gesek dengan dinding vaginaku secara terus menerus sehingga menimbulkan sensasi tersendiri. Cuprit melepaskan cumbuannya terhadapku, tapi aku tak rela karena permainan lidahnya yang panjang membuatku ketagihan, tapi Cuprit tetap menyudahi cumbuannya. Rupanya, birahinya juga sudah tak bisa dikendalikan lagi olehnya sehingga dia mengangkangi wajahku, kemudian dia berjongkok tepat di atas wajahku sehingga penis panjangya berayun-ayun di depan mataku. Aku seperti ikan yang melihat penis panjang Cuprit sebagai umpan karena aku membuka mulutku dan aku menggerakkan kepalaku ke arah penis Cuprit untuk menangkapnya dengan mulutku. Cuprit tersenyum senang karena aku sekarang menjadi budak seksnya yang akan melakukan apapun demi mendapatkan penisnya. Karena itulah dia mempermainkanku, Cuprit menaik-turunkan tubuhnya sehingga kadang penisnya menjauh dari lubang mulutku dan kadang penisnya bisa masuk ke dalam mulutku dengan sangat dalam.

Aku tidak marah, karena aku memang menyukai jika aku dipermainkan seperti itu bahkan aku sempat tertawa kecil karena aku menganggap diriku sebagai ikan yang sedang berusaha menangkap umpan. Akhirnya, Cuprit capek sendiri dan malah kini dia bertumpu pada lutut dan kedua sikunya kemudian dia menurunkan bagian bawah tubuhnya sehingga kini aku bisa meraih penisnya dengan mulutku dan memasukkan ke dalam mulutku dengan leluasa. Tapi berada di tengah-tengah selangkangan jin bukanlah pengalaman yang menyenangkan karena baunya bukan sekedar bau tapi baunya amat menyengat. Karena birahi yang sudah tidak bisa terkontrol, aku tidak memikirkan baunya lagi, malah aku menjilati penis dan buah zakar Cuprit dengan sangat antusias. Entah sudah berapa lama tubuhku dimainkan oleh kedua jin itu, tapi kudengar Mbah Centeng berkata.
“udah 1 jam Vina sayang, sabar ya, mereka biasanya 1 ronde itu 1 setengah jam”.
“hah?!”, teriakku kaget dalam hati.
“berarti bisa pingsan nih gue, tapi gapapa deh, yang penting enak”, kataku dalam hati. Rupanya Cuprit tidak puas memainkan penisnya di mulutku saja sehingga dia mencabut penisnya yang sedang asyik kukulum dan menyuruh Tomang untuk berhenti sebentar memompa vaginaku. Tomang menghentikan pompaannya terhadap vaginaku dan mencabut penisnya keluar dari lubang vaginaku, sementara Cuprit mendorong tubuhku sehingga sekarang posisiku miring.

Lalu Tomang tiduran di depanku dan Cuprit tiduran di belakangku sehingga aku seperti menjadi dinding pemisah di antara mereka. Tomang mengangkat kaki kiriku ke atas tinggi-tinggi. Kemudian, Tomang mulai memasukkan batang kejantanannya ke dalam tempat sebelumnya yaitu vaginaku, dan Cuprit sedang berusaha memasukkan penis panjangnya ke dalam lubang anusku. Agak sakit dan perih juga ketika Cuprit berusaha menanamkan penisnya ke dalam anusku karena anusku kering dan memang masih sempit meskipun sudah beberapa kali diterobos Mbah Centeng malam kemarin. Pas sekali diameter penis Cuprit di dalam anusku tapi lubang anusku hanya bisa menelan 3/4nya saja dari penis Cuprit, ini dikarenakan penisnya yang begitu panjang sampai mentok di dalam anusku. Lalu mereka mulai memompa penis mereka ke dalam kedua lubangku dengan irama yang kadang bersamaan, kadang iramanya berlawanan.
“aaahhh,,,oohhhh,,,terrusss,,,entoott akkuuuu,,,akuu adalahh budak kaaliaann,,,!!!!”, desahku seperti orang kesetanan karena rasa nikmat yang kurasakan belum pernah kudapat dari manusia bahkan Mbah Centeng sekalipun. Hanya selang 5 menit setelah aku dipompa oleh Tomang dan Cuprit secara bersamaan, aku mengalami orgasme yang begitu dahsyat, bahkan aku seperti dialiri listri 10000 volt dan badanku sangat tegang sehingga cairan yang keluar dari vaginaku sangat deras dan melumasi dinding vaginaku yang sedang bergesekan dengan penis Tomang yang menimbulkan bunyi kecipak air yang sangat kencang. Karena aku belum minum ramuan anti capek Mbah Centeng, aku merasa tenagaku sudah terkuras habis dan mataku sudah mulai sayup-sayup meskipun aku baru 2 kali orgasme, tapi seperti yang kubilang tadi orgasme keduaku sangat dahsyat sehingga menguras tenaga banyak sekali.

Akhirnya..
“ahhh,,keluuaarrr!!!”, teriak Tomang disusul dengan semburan hangat dari penisnya menyemprot masuk ke dalam rahimku dengan sangat kencang dan banyak. Tak lama kemudian.
“oohhhhh,,,!!!!”, erang Cuprit yang juga mencapai orgasme dan menyemburkan spermanya ke dalam lubang anusku. Aku benar-benar letih setelah > 1 1/2 jam, 2 jin itu menyetubuhiku. Aku mengatur nafasku yang tersengal-sengal menandakan kalau aku sangat kelelahan, tapi sambil mengatur nafas aku merasakan penis mereka tidak mengecil sama sekali, ukurannya tetap.
“maaf ya neng Vina,, bukannya kami mau membuat neng pingsan, tapi ****** kami tidak bakalan tidur kalau gak ngencrot 3 kali”. Aku sudah tidak bisa menjawab karena sagat kelelahan. Mereka mengerti kalau aku sudah mencapai batasku sehingga dia tidak menunggu balasan dariku, mereka langsung mencabut penis mereka dari kedua lubangku.

Kemudian mereka bertukar posisi sehingga kini penis gemuk Tomang yang berada di depan lubang anusku dan penis panjang Cuprit berada di depan lubang vaginaku. Aku sudah tidak peduli apa yang mereka akan lakukan terhadap tubuhku karena aku sudah tidak punya tenaga lagi. Tomang mengangkatku sehingga tubuhku yang putih mulus dan lebih kecil daripada badan Tomang berada di atas tubuhnya. Kemudian Cuprit menuntun penis abangnya itu ke dalam anusku sampai penisnya amblas ditelan anusku, tapi aku merasa lubang anusku melebar karena penis gemuk Tomang. Setelah itu, Cuprit mengangkat kedua kakiku dan menaruh kakiku di bahunya. Lalu dia menuntun penisnya masuk ke dalam vaginaku sampai mentok ke dalam lubang vaginaku seperti tadi, hanya 3/4nya saja yang bisa masuk. Mereka mulai memompa penisnya keluar masuk di tempat mereka masing-masing. Sambil menggenjot anusku, Tomang menjilati bagian belakang leher dan kupingku, sementara Tomang melumat bibirku lagi seperti sebelumnya. 8 menit kemudian aku mengalami orgasme sehingga aku tidak kuat lagi dan akhirnya aku pingsan karena tenagaku sudah benar-benar nol.

Scene IV : Ending

Aku buka mataku karena mendengar kicauan burung yang sangat merdu.
“hoahhhmmmmm,,,”, aku menguap. Aku baru menyadari kalau aku tidur di atas Mbah Centeng dan aku merasakan penisnya masih tertanam di vaginaku.
“mbah, bangun mbah”, kataku sambil menggoyang-goyang badan Mbah Centeng.
“hooahhh,, eh,, udah bangun ya Vina sayang”.
“Tomang ama Cuprit mana Mbah?”.
“lagi tidur di alamnya, mereka cape’ abis ngentotin Vina semalaman”. Lalu aku merasakan ada sesuatu di wajah, payudara, daerah selangkanganku, dan juga daerah pantatku. Aku bangun dan langsung pergi ke kaca, betapa terkejutnya aku melihat hampir di seluruh bagian tubuhku ditutupi noda sperma yang sudah mengering apalagi daerah selangkanganku dan juga daerah pantatku, sudah seperti danau sperma yang sudah mengering saja.
“mbah,, ini peju ya?”.
“ya,, itu semua peju kami bertiga”.
“waduh,, parah,, yaudah,, Vina mau mandi dulu ya”.
“ikut dong,,”.
“yaudah, Mbak,, sekalian sabunin Vina ya Mbah”.
“gak usah disuruh,, juga mbah sabunin”.

Setelah selesai mandi sambil ngesex, kami pun keluar dari kamar mandi di ruangan tidur Mbah Centeng.
“mbah,, tadi malem,, Vina diapain aja”.
“ya dientot ama 2 jin mbah”.
“yee si mbah, ditanya bener-bener, gitu doang jawabnya”.
“abisnya,, mau dijawab apa?”.
“udahlah,, kapan nih Vina mulai kerja?”.
“tar sore,, dek Vina kesini lagi ya”.
“oh ya mbah,, sebenarnya mbah melayani apa aja sih?”, tanyaku sambil memakai baju.
“ya nyembuhin penyakit, cari kerja, bikin orang sukses, dan lain-lain”.
“lain-lain,, maksudnya pelet mbah?”.
“eitss,, mbah paling anti yang namanya pelet”.
“loh,, bukannya dukun terkenal kalo peletnya mantep?”.
“ah gak juga,, nih buktinya mbah bisa berhasil tanpa pelet”.
“kenapa sih mbah gak mau ngasih layanan pelet?”.
“soalnya mbah pernah denger lagu”.
“lagu apa mbah?”.
“gini nih,, bila kau cinta, katakan cinta. Bila kau sayang,, katakan sayang,,, gitu dek Vina”.
“alah si mbah,, itu mah lagunya Anima kan..”.
“tau aja dek Vina,,”.


Kamis, 12 April 2018

Tante vania yang montok



Pagi hari selanjutnya, Saat Ruly Terbangun, ia melihat Tantenya itu sudah tak dikamar, setelah keluar dari kamar, ia melihat Tante vania sudah sibuk merapikan diri. "pagi Ruly, kau pinjem bajunya mamamu ya, untung ada yang ditaruh diluar kamarnya...", "iya tante... tante mau kemana?", "Tante ada urusan Rul...", "ooh, gitu ya" Tante vania lalu berbalik dan memeluk Ruly, "Jangan sedih, nanti siang tante balik lagi kok, hehe...", "iya tante, hehe" Kemudian Tante vania segera pergi keluar rumah, sepertinya menuju suatu tempat. Ruly memilih segera mandi, lalu sarapan, dan ganti pakaian. "Ruly.... oooi" Sedang bersantai diruang tamu, ada orang memanggilnya, setelah Ruly membuka pintu rumahnya, ternyata itu Alif, teman sekolahnya di SMP. "Hey lif...", "Rul, Ayo main PS dirumah, ada game baru", " ooh, ayo, jangan lama lama tapi", "kenapa? kan libur, udah ayo" Ruly mengunci rumahnya, lalu ia pergi kerumah Alif itu. Sesampai disana, segera mereka mulai bermain game baru. "Wah, bagus nih lif", "iya, ayo Rul, pasti gua menang terus" Ruly dan Alif segera bermain bersama dengan asyik, memang liburan paling enak digunakan untuk bermain bersama. Tak terasa Ruly bermain sampai hari mulai Siang. "Tuh, kalah lag lu Lif", "udah ah, ganti, aku ada game baru lagi, tapi dimana ya?", "Udah kamu cari tuh game kamu, aku pulang dulu", "eh Rul, wah main pulang aja habis menang, dasar..." Ruly segera pulang, dan ketika sampai Rumah, untung Tante vania belum pulang. ia masuk kerumah, lalu menunggu tantenya itu. Beberapa menit kemudian, Tante vania sudah kembali. "Wah, udah ditunggu sama Ruly, hehe", "hehe, iya tante", "huff, pegelnya..." Tante vAnia langsung duduk disebelah Ruly, membuat anak SMP itu tersenyum lagi.
"tante, dari mana sih?", "dari ketemu temen bisnisnya suamiku, terus mampir kerumah temen..." Ruly mulai gembira lagi, Tante vania tanpa malu melepas bajunya, karena kepanasan, perempuan itu kini hanya memakai BH yg menopang buah dada montoknya. "ooh, gitu ya...", "Rul, tante tidur siang yah... dah ngantuk...", "ooh, iya tante, tapi...", "pasti mau Nyusu lagi, yuk deh... sambil tidur tapi ya..", "yey, iya tante, makasih..." Ruly dan Tantenya kembali menuju kamar, Kini Tante vania hanya memakai celana saja, tanpa baju dan BH. Jadi kini Ruly sudah dengan bebas bisa menikmati buah dada Tante vania dikasurnya. "Slruup..mm...slruup..", "hmmh... Ruly, isepnya pelan aja, tante gak bisa tidur nanti...", "ooh, maaf tante...mm...mm...slruup" Ruly mengecap dan menghisap puting tante vania perlahan, sambil mengelus buah dada jumbo milik tantenya itu. Ruly masih asyik menghisap puting dan meminum air susu , saat tantenya itu sudah mulai tertidur. Beberapa menit Asyik minum susu, terdengar suara orang didepan rumahnya, membuat Ruly bingung. Ruly kemudian menghentikan aksi nikmatnya, lalu pergi kedepan, ternyata itu si ALif. "Aduh lif, ganggu aja ah!", "Ayo Rul main lagi, nih gameku yang lainnya lagi ketemu", "Aah, gak ah, lagi sibuk", "sibuk ngapain sih?", "ada deh, udah besok aja mainnya", "sibuk apa sih Rul?" Ruly mulai gelisah, ketika Alif tiba tiba masuk kerumahnya, tanpa sempat dikejar, temannya itu berhenti didepan kamar Ruly, dan menengok kedalam, lalu tampak Alif tercengang melihat Tante vania tanpa busana, dan buah dada montoknya tak ditutupi, juga ada cairan putih diputingnya. Ruly langsung menyuruh Alif diam. Ruly lalu mengajak Alif keluar rumahnya sebentar.
"Asal masuk aja lu Lif!", "Gila! siapa tuh Rul? gile  buah dadanya...", "aduh, gimana ya?", "hei, ditanya malah bingung sendiri kamu Rul", "itu... Tanteku", Alif mulai bertanya lebih, ia penasaran. "tantemu? kok telanjang dada gitu? Eh tadi aku liat, putingnya ada air susunya!", "iya...itu...", "Wah! pasti kamu... lagi minum susunya tante mu kan Rul?!", "Aduh, pelan aja ngomongnya...", "Parah lu Rul...", "duh, gimana ya njelasinnya lif?", "parah deh, kok gak ajak ajak sih lu?" Ruly beberapa detik itu terdiam mendengar perkataan Alif, lalu ia tertawa kecil. "hahaha, Dasar kamu lif", "gini gini, oke gak usah main game dulu, tapi... aku minum susu juga dong", "Aah, enakan di elu lif!", "kalau gak mau, aku bilangin orang tuamu entar", "eeh, jangan lif, pliis", "ya udah, aku ikut minum susu ya...", "Tapi lif, aku takut nanti Tante vania marah", "marah? kok nyusuin kamu dia mau?", "ya... gak tau sih lif", "pokoknya aku mau nyusu juga..." Alif tiba tiba sudah masuk kerumah Ruly, menuju kamar dan menemui Tante vania yang tertidur itu. Ruly yang sempat mengejar Alif segera berbisik pada temannya itu, "heh, kalau mau nyusu, pelan aja nyedotnya, nanti kebangun tanteku...", Alif hanya mengacungkan jempolnya, lalu perlahan mendekati Tante vania. Persis seperti Ruly sebelumnya, Alif dengan seksama memperhatikan buah dada jumbo milik Tante vania. Alif perlahan memberanikan diri, ia mendaratkan jari jarinya diatas buah dada montok itu, lembut dan mulusnya gundukan kenyal itu membuat Alif begitu gembira wajahnya. Ruly tampak menahan tawa, ia memikirkan pasti dirinya juga berekspresi seperti itu saat pertama menghadapi buah dada tante vania. Alif mulai menggoyang dan mengelus buah dada tante vania, "hmmh...mm" Tante vania bersuara lagi, membuat Alif kaget, tapi ternyata perempuan itu hanya memutar tubuhnya, kini ia menghadap keatas, Buah dada montoknya itu satu menggantung dikiri dan satu dikanan. Ruly lalu memberi kode pada Alif, agar ia pergi kesisi kiri, dan setelah Alif berpindah, Ruly mendekati sisi kanan Tante vania. Tanpa berfikir lagi Alif sudah mulai menepuk dan mengelus buah dada kiri tante vania, dan Ruly menggoyang dan mengelus buah dada kanan tante vania. Tak lama, mereka sudah mulai menempelkan mulutnya, dan segera puting tante vania segera dihisap lagi.
"Slruup...slruup...mmm", "mm...slruuup...slruup" Suara decap mulut Ruly dan Alif yang sibuk menghisap puting tante vania itu menjadi pengiring aksi minum mereka. Air susu yang manis nan segar itu kini sudah dinikmati Alif, dan Ruly sudah mulai membiasakan diri. Beberapa menit itu Mereka tak berhenti, puting tante vania terus dihisap, air susu mengisi mulut mereka, teguk demi teguk air susu segar mereka rasakan. "hmmh... udah rul..hnnh" Tante vania masih dalam tidurnya itu bergerak, menghentikan ulah Alif dan Ruly. Ruly lalu mengajak Alif keluar dari rumahnya lagi."Huuh, seger banget Rul, manis enak gitu susunya tante vania", "udah kan? puas? gih pulang", "eeh, main usir aja", "sebelum tante vAnia sadar tadi yang nyedot putingnya dua orang, nanti aku dimarahin", "hahaha, oke deh, makasih Rul..." Alif pulang dengan sangat gembira, Ruly tersenyum heran, ia sampai berbagi kenikmatan dengan temannya itu. Ruly lalu pergi kewarung untuk membeli lauk dan nasi. Setelah itu pulang, dan ia mulai makan siang. Ia juga membelikan makanan untuk Tante vania. Ruly lalu memilih Tidur Disebelah Tantenya itu, tanpa mengusiknya.

Sore Harinya Tante vania terbangun, melihat Ruly tidur dengan tenang disisinya. Perempuan itu tersenyum, lalu memakai baju, dan keluar dari kamar. Tante vania sadar tadi ada dua orang yang menghisap putingnya, ia hanya menunggu Ruly, untuk bertanya pada anak SMP itu. Tante vania lalu melihat makanan yang tadi dibeli oleh Ruly, segera ia makan sambil menonton tv. "Tante...", Beberapa puluh menit berlalu setelah Tante vania selesai makan, Ruly sudah bangun. "Eh Ruly, sini sini...", "iya tante...", "Tadi siapa lagi yang nyusu di buah dada tante?" GLAAAR! Ruly bangun tidur langsung terbuka lebar matanya mendengar pertanyaan tante vania. "Aduh, tante...", "bilang aja, gak tante marahin kok...", "anu... itu Alif, temen SMP ku...", "ooh, pantes, putingku disedot kuat banget", "m...maaf tante, aku gak izin dulu, soalnya dia...", "iya gak papa, kalian udah bantuin tante kok itu...", "iya, makasih tante...", "hehe, eh udah sore loh Rul", "iya tante, emang kenapa?", "Yuk mandi bareng tante, hehe..." Ruly tersenyum senang, "W..wah, ayo deh tante", "Heeh, semangat banget kamu, hehe" Tante vania melepas semua pakaianya, lalu disusul Ruly. " Handuknya tante...", "taruh depan kamar mandi aja, kita didalem seneng seneng aja", "oke tante...", "hehe, tuh punya kamu udah angguk angguk lagi, haha..." Ruly sedikit malu penisnya sudah tegak berdiri, Namun Melihat tubuh telanjang mulus nan montok Tante vania itu memang sungguh anugrah.Segera Sania dan Ruly masuk kekamar mandi.
Ruly masih berusaha menyembunyikan ketegangan pada penisnya, tapi ia tak bisa, karena pandangannya sudah tak bisa dipindah, Tubuh Tante vania yang mulai basah oleh air itu membuatnya terangsang sekali. Saat Tante vania menyiram tubuhnya, lalu mengelus buah dada montoknya, Ruly benar benar terhipnotis, anak SMP itu sampai melongo saja. "Ruly... jangan diem aja, sini mandi..." Ruly lalu mendekat, ia langsung disiram air oleh tantenya itu. Gelak tawa sempat mengisi waktu mereka mandi. "Duh tante ah, haha" Ruly tiba tiba dipeluk oleh Tante vania, Anak SMP itu merasakan punggungnya itu kini digesek gesek dengan buah dada montok tante Sania. "Ruly... masih mau minum susu gak? ini tante gesek dikit udah keluar lagi..." Ruly membalikan tubuhnya, buah dada montok milik Tantenya itu kembali dihadapinya, lalu segera tangannya menangkap dan mulai meremas gundukan ternikmat itu. "Iya tante, hehe...mm...slruup" Puting Kiri tante vania sudah mulai dihisap oleh mulut Ruly. Ruly sibuk minum susu, sedang Tantenya itu memilih menyirami tubuh mereka, lalu tak lama, Penis tegak milik Ruly kembali dikocok tangan mulut Tante vania. "Udah lama tante gak mandi bareng cowok begini, hehe...", "Slruup...ooh... tante...mm..." Ruly sungguh menikmati aksinya bersama tantenya itu. Air susu nikmat itu dihisapnya terus keluar dari puting coklat tante vania, penis anak SMP itu dengan nikmat dikocok oleh perempuan itu.  "Hehe... bentar deh Rul, tante mau coba..." Ruly berhenti menikmati buah dada tante vania. Anak SMP itu berdiri saja, sambil penisnya terus angguk angguk sendiri. Kini tante vania mendekat, lalu buah dada jumbonya itu ditempelkan menghimpit penis Ruly. Penis anak SMP itu kini merasakan mulus dan kenyalnya buah dada tante vania. "Waw, baru kali ini tante coba, bentar ya Rul, hmmh" Tante vania kini meremas kedua buah dadanya sambil ditekan ketengah, memberi sensasi ternikmat pada penis Ruly. "Aduh tante, auuh, hmmh..." Ruly tak kuasa menahan kenikmatan, saat penisnya digesek dengan begitu erat oleh buah dada tante vania yang besar itu, setiap gesekan nikmat itu, membuat air susu menetes keluar dari puting tante vania, pemandangan yang luar biasa menggairahkan itu sangat membuat Ruly bahagia. Beberapa menit asyik mengayunkan buah dadanya naik turun mengocok penis Ruly, Tante vania mulai melihat Ruly segera klimaks, Crooot croot crooot, Sperma Ruly menyembur, lalu jatuh diatas buah dada jumbo milik tante vania. "Wow, luar biasa...mmm" Tante vania menjulurkan lidahnya, lalu mulai menjilati buah dadanya sendiri, mencicip sperma Ruly, membuat Anak SMP itu berdesir hatinya, ia tak tau tantenya seasyik itu menikmati adegan bersama laki laki.
ooh, tante... aduh!" Ruly baru sempat memulihkan tenaganya, sudah disiram air oleh tante vania, "ayo mandi, nanti masuk angin, hehe...", "i...iya tante...", Segera mereka mandi tanpa beraksi, setelah mandi mereka keluar, menuju kamar Ruly. Ruly mengikuti goyangan bokong tantenya yang menuju kamar itu. "Eh Ruly, aku ada ide...", "mau ngeseks lagi tante?", "Heeh, kamu semangat amat ya? tuh penismu juga udah angguk angguk lagi...", "aduh, m...maaf tante", "hehe, iya, kamu pakai pakaian dulu gih, terus panggil temen kamu tadi itu...", "loh, ngapain tante?", "Ya sekalian Ruly, udah panggil aja, kalau bertiga nanti asyik loh...", "w...wah, yang bener tante?", "iya, gih pakai baju..." Ruly segera berpakaian, lalu pergi keluar rumahnya, menuju tempat Alif. "Liiif!" Ruly sudah penuh semangat berteriak memanggil Alif dari depan rumah itu, "Buset, keras amat teriakanmu... apa Rul? main yuk...", "sini sini...", "apa sih?" Ruly lalu berbisik ditelinga Alif. "tanteku tadi tau kamu loh", Alif langsung melompat kaget, ia heran sekali. "Aduh Rul!", "ssh, gak usah gitu juga kali... sini", "B...beneran rul?", "iya... tadi tau kamu ngisep putingnya, jadi kamu disuruh kerumah sekarang...", "w...waduh, diapain aku nanti?", "udah ayo, nanti enak pasti, eh kamu pamit dulu sana...", "oke oke..." Setelah berpamitan, Alif kemudian mengikuti Ruly menuju rumahnya.

Setelah masuk kerumah, Ruly dan Alif melihat Tante vania sedang bersantai duduk di ruang tengah, sudah memakai pakaian lagi. "Tante, ini Alif, yang tadi...", "Hey kamu... sini sini..." Alif menunduk, lalu mendekati Tante vania. "cup... anak pinter" Alif seketika heran, Tante vania malah mencium pipinya, lalu mengelus rambutnya. "m... tante gak marah?", "gak lah, seneng malah, hehe" Alif kemudian tersenyum, lalu ia melirik ke arah Ruly, temannya itu malah lebih gembira darinya. Hari memang sudah mulai malam, Ruly sudah siap menyetubuhi Tantenya itu. Tante vania tiba tiba melepas bajunya, ternyata perempuan itu tak memakai BH, buah dada montoknya lagi lagi dipertontonkan. "Ruly, Alif, sini sini...", "iya tante?", "buah dada tante udah penuh lagi... mau minum susu gak?", "mau banget tante!" "hehe, ayo sini... diisep yang enak ya..." Ruly dan Alif dengan senang hati langsung menangkap buah dada tante vania. Alif langsung menempelkan mulutnya diputing kiri milik Tante vAnia, segera disedot dan dihisap dengan senangnya. Ruly tampak ingin mencoba hal baru, anak SMP itu memilih menjulurkan lidahnya, lalu menjilati buah dada kanan Tante vania, dijelajahinya gundukan kenyal nan besar itu. "Slruup...mm...slruup", "Wah, Alif udah minum aja, Ruly...aahn... gak minum susu?", "mm... bentar tante...mmm" Ruly menggunakan dua tangannya mengangkat dan menggoyang goyang buah dada tante vania, anak SMP itu ingin meningkatkan rangsangan pada tantenya itu. Suara decap mulut Alif itu tak membuat Ruly bingung, anak SMP itu tetap tenang, menjilati dan menciumi buah dada kanan tante vania dengan penuh Gairah, tentu itu membuat Tante vania jadi terangsang. "ooh...mmmh", "mm... cup..mm... Ruly minum ya tante...mm... slruup", "N...aaahn! oouh" Ruly menghisap puting kanan Tante vania dengan keras, buah dada jumbo itu juga ditarik, memang Ruly begitu bersemangat. "Slruup...mm...aah...", "Slruup....Slruup ...aaah...slruup", "ooh, luar biasa..." Tante vania mulai merasa vaginanya basah, karena dua anak SMP sibuk menghisap putingnya dan meminum air susunya, ulah mereka membuatnya makin terangsang, menit demi menit.
ooh, aduh kalian hebat banget, bentar deh..." Tante vania menghentikan hisapan Ruly dan Alif pada putingnya. Perempuan itu berdiri, lalu melepas semua pakaiannya. Tentu itu membuat Ruly dan Alif sangat gembira. Tante vania lalu berjalan dengan penuh godaan menuju Kamar, tentu Ruly dan Alif mengikuti bokong tante vania yang bergoyang itu. Sesampai dikamar, Tante vania langsung merebahkan tubuhnya dikasur. "Ruly, Alif...", "iya tante?" Dua anak SMP itu menjawab bersamaan, "hehe, gih lepas pakaian kalian" dengan cepat dua anak SMP itu melepas pakaiannnya. Penis mereka sudah tegak dan berdenyut hebat, mereka sangat bersemangat. "Sini sini, Alif dikiri... Ruly dikanan..." Tante vania menggunakan suaranya yang begitu menggairahkan, membuat Alif dan Ruly segera bergerak sesuai permintaan perempuan itu. Penis mereka berdenyut denyut, tepat diatas buah dada tante vania. "Coba deh... tusuk buah dadaku...oooh!" Ruly dan Alif bergerak cepat, penis mereka ditempel dan digesek gesek pada buah dada tante vania. Ruly mencoba menusuk puting tante vania, dan penisnya itu mendorong puting tante vania masuk, dan penis Ruly seperti tenggelam dalam buah dada montok itu. "wow, super sekali tante...ooh" Alif malah menghimpit penisnya dibagian bawah buah dada tante vania, dengan begitu setiap kali ia mendorong penisnya maju mundur, pasti gundukan kenyal yang nikmat itu ikut terangsang dengan setiap gesekan nikmat itu. "Aaahn...oooh" Dua anak SMP itu fokus menggesek penis mereka maju mundur, mempenetrasi buah dada montok kenyal milik tante vania. beberapa menit beraksi, mereka sudah klimaks, "Aduh,ooh", "hnnh..." Croot cruot  crooot Sperma Ruly dan Alif menyembur, membasahi buah dada tante vania itu. "ooh, hnh... wow, hebatnya kalian...", "Tante, kok...", "udah, kamu tidur situ ya Rul" Ruly direbahkan diatas kasur, dan Tante vania ber pindah, kini lagi lagi perempuan itu berada diatas Ruly. "Ruly... mm...cup...mmm" Tanpa berargumen, tante vania yang sudah terangsang itu langsung mencium mulut Ruly, baru kali ini Ruly merasakan bercumbu dengan perempuan, dengan liar tante vania menggeliatkan lidahnya dalam mulut Ruly, anak SMP itu kuwalahan menghadapinya. "mm...tante...mmm...cup...mmm" melihat Temannya asyik berciuman, Alif ingin ikut memuaskan hasratnya, ia melihat bokong montok tante vania tak disentuh, "Tante vania, anu, alif mau...", "mmh...iya Lif, terserah deh...ohmm...cup..." Alif langsung berpindah, kebelakang, lalu menangkap bokong montok tante vania itu. Diremasnya kekanan dan Kekiri, begitu kenyal meski tak senikmat meremas buah dada jumbo tante vania. "mm...cup... Ruly, masukin penis kamu...", "mm.. iya tante...hnnh..", "Aaaahn!... ouh!" Penis milik Ruly itu sudah masuk divagina tante vania yang longgar itu. Kini Ruly memilih yang beraksi, ia gerakkan pinggulnya, membuat penisnya bergerak maju mundur menyodok vagina basah tante vania. "Ruly oooh... aaah! Alif...uuh" Alif kini sibuk memasukan jarinya kelubang panat tante vania, dua jarinya ditarik kekanan dan kekiri, mencoba melebarkan lubang itu. "tante, Alif masukin penis kesini ya...", "h...aahn... iya...ouh...mm... Aaaaaah!" Sleeb, penis Alif mengisi lubang pantat Tante vania, membuat Alif yang baru pertama mencoba itu langsung mendongak kan kepalanya keatas, merasakan sensasi luar biasa itu. Kini Tante vania disetubuhi dua anak SMP itu dikamar Ruly.
"ooh, Tante...uuh" Ruly Kini sibuk menyodok vagina Tante vania dari bawah, ketika ia juga merasakan buah dada kenyal itu menggesek tubuhnya. "Aaahn...ouh...ssh...oh...oh...mmnhh" Tante vania tampak sedikit kualahan, ketika lubang pantat dan juga vaginanya disodok bersamaan. Alif terlihat begitu sibuk menggesekan penisnya, meski begitu sempit, rasa yang dirasakannya itu sangat nikmat, ia dorong maju mundur penisnya dengan penuh semangat mempenetrasi lubang pantat Tante vania. Ruly merangkul tantenya itu, dan terus menyodok vagina perempuan itu, ia benar benar gembira, sensasi bersetubuh memang sangat memuaskan. "Aahn.....ouuh...mhhh... sssh... luar biasa...aahn" Tante vania hanya terus mendesah, ketika tubuhnya bergoyang terus, karena disodok dua penis remaja. "oooh, mantap banget" Alif begitu menikmati, ia pegang bokong montok tante vania, sambil terus mempenetrasinya. Menit demi menit Adegan Threesome itu terus bergulir, Ruly dan Alif sangat menikmati aksi mereka menyetubuhi Tante vAnia yang montok dan menggairahkan itu. Mereka sangat puas, bisa menyodok lubang kewanitaan perempuan menarik itu. "Tante...aduh..ooh!" Crooot crooot Alif menyembur spermanya dilubang pantat Tante vania, "Aaaah! Alif... ouh" Tante vania tak uasa menahan kenimatan, sampai ia roboh disebelah Ruly. Ruly yang penisnya kini sudah tak menyodok vagina tante vania sedang disiapkan, dikocoknya didepan wajah tantenya itu. "tante, aku belum keluar..", "hnnnh ,keluarin sini sayang...oooh!" Saat Tante vania meraih penis Ruly dan dikocoknya beberapa kali, Crooot crooot sperma anak SMP itu menyembur kewajah tantenya itu. Ruly dan Alif merasakan sensasi luar biasa, ketika melihat Tante vania wajahnya penuh sperma, dan perempuan itu tubuhnya bergetar setelah puas disodok penis keras mereka.

"hhnh... kalian, memang hebat...", "m...makasih tante vania...", "Iya Alif, jangan bilang siapa siapa ya, nanti kamu gak kebagian, haha", "hehe, siap tante...mm... Alif pulang dulu ya, udah malem", "Iya, makasih Alif" Alif yang sudah berpakaian lagi itu segera pulang dengan sangat gembira. "Tante gak papa kan?", "hnnh, iya Rul, bentar" Tante nya itu lalu pergi kekamar mandi, membersihkan tubuhnya dari sperma anak anak SMP itu. Ruly memilih merebahkan tubuhnya dikasur, ia juga lelah, lalu tante vania sudah kembali kekamar dan menyusul Ruly tiduran dikasur. "huuf, lelah ya kamu  Ruly?", "hehe, kalo buat tante aku gak ada lelahnya kok", "haha, dasar, tidur yuk deh, besok tante mau ajak kamu bersih bersih rumah", "mm... memang ada apa tante?", "besok ada temen aku kesini...", "ooh, siap tante...", "hehe, yuk tidur, udah gak usah pake baju", "nanti dingin tante", "pake selimut aja, kalo tante peluk kan anget, kamu minum susu juga boleh...", "ooh, i..iya deh tante..." Ruly lalu mengambil selimut, lalu menyelimuti tubuhnya, juga tubuh Tantenya yang montok itu. Dengan pelukan yang hangat, mereka mencoba tidur, "Sluuurp...mmm... met tidur tante", "hehe, iya Ruly sayang..." Ruly Sambil tidur menghisap puting tantenya itu, menikmati air susu favoritnya. Anak SMP itu sangat gembira, liburan ini ia bisa tidur bersama tantenya itu, dengan pelukan hangat yang membuatnya senang.